Minggu, 16 Februari 2014

HUKUM DAN POLISI, MUSUH ATAUKAH SAHABAT???



Kecelakaan dan ketidakbahagiaan itu banyak terjadi karena tidak tahu antara hak dan kewajiban. Kok bisa tidak tahu hak dan kewajiban? Karena tidak belajar, tidak mengerti, atau karena bodoh yang tidak tahu kebodohannya dan tidak mau belajar, sok tahu lagi yang menyebabkan hati dan akalnya terkunci. Dia tidak tahu, mana kewajibannya dan mana yang  haknya.

Kerakusan akibat kebodohannya, membuat semua milik orang diaku. Tidak mengerti birokrasi. Dengan entengnya dia mengatakan, “Ini buminya gusti Allah”, ketika petugas Satpol PP melakukan penertiban. Dikiranya, semua tidak ada aturannya. Dia belum tahu bahwa ini negara hukum. Tentu saja hukum Allah yang diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang.

Ada juga yang meski sudah tahu bahwa itu bukan haknya, sebaliknya hak orang lain, masih nekat juga menggasaknya. Dikira, hukum negara bukan hukum Allah. Mengatakan, “Ini bumi gusti Allah” pun sebenarnya hanya apologi untuk membenarkan tindakannya yang jelas-jelas salah. Sebenarnya, model orang seperti ini pun adalah orang yang tidak takut kepada Allah. Radar hatinya akan kebaikan sudah sakit, karena tidak shalat atau bahkan maksiat mungkin.

Itulah faktanya, bahwa tidak semua orang takut sama Allah. Satu-satunya hal yang membuat mereka takut, jera dan menjadi rem ketika mau berbuat semena-mena adalah hukum negara atau penjara. Bila terjadi kriminal, atau tindakan yang berpotensi menjadi kriminal, solusinya bukan bertengkar, adu mulut, atau adu jotos. Orang bijak, langsung menyerahkannya ke pihak yang berwajib, kepolisian.

Bisa lapor ke Polsek terdekat. Ada yang tanya kepada saya, “Bagaimana jika oknum Polseknya jahat? Lapor ke Allah yaa?” Bisa lapor ke Polres. Kalau masih ada oknum lagi, ke Polda. Insya Allah dari sekian banyak orang itu, seseorang akan takut atau malu menjadi oknum. Insya Allah, hukum bisa ditegakkan. Yang jelas, lapor memang gratis. Bahkan Polsek senang ada orang yang lapor. Sebab, mengurangi tugasnya, kedua bisa menaikkan prestise. 

Kalau lapor ke Allah? Itu nomor pertama. Tapi, setelah lapor ke Allah jangan diam. Kaki tetap melangkah ke Polsek terdekat. Inilah makna tawakkal, yaitu ketika ketemu antara usaha langit dengan usaha bumi. Usaha langit dalam hal ini, mengadu kepada Allah. Nah, usaha buminya, mengadu ke pihak yang berwajib.

Tadi malam di TVOne, saya nonton Lawan Bicara, soal Lokalisasi. Salah satu pembicaranya adalah Hidayat Nurwahid. Dia dan teamnya tidak setuju bahwa untuk menangani HIV HAID itu dengan melegalkan prostitusi. “Semua agama di negara kita melarang free sex. Hukum harus ditegakkan”, katanya. Tapi lawan bicaranya menyimpulkan bahwa pemerintah tidak mau tahu, dan hukumpun sudah banyak oknumnya. Nah, menurut saya hukum jangan digeneralisir seperti itu. Banyak juga kok Pak Polisi kita yang amanah. Pak Polisi yang amanah itu, adalah sahabat kita, pelayan kita. Sekali lagi, polisi yang baik pasti lebih banyak. Solusinya, cari dong sampai nemu?!

Polisi, jangan selalu distigmakan negatif. Kalau kita ditilang, kalau kita memang salah, ya gentle dong?! Kita harus mengakui kesalahan. Bahkan menurut saya, hukum negara kita ini adalah hukum Allah juga. “Taatilah Allah, rasul dan pemimpinmu”, begitu bunyi firman Allah yang terkenal. Nah, urusan kita bayar saat ditilang, ternyata itu salah kita. Kenapa mau bayar di tempat?! Kalau pengen benar, ya STNK kita ambil di pengadilan. Atau bahkan kejaksaan. Kira-kira seperti itu juga mekanisme Polsek, Polres, Polda dan seterusnya.

Orang-orang yang bodoh, apalagi sudah tidak tahu Allah, pasti tidak mempan diarahkan pakai dalil. Kita pun tidak dibenarkan baik oleh Allah maupun negara, main hakim sendiri, main pukul sendiri. Tidak boleh! Nah, makanya kita harus menempuh jalur yang paling bijak, paling benar, baik menurut Allah maupun menurut hukum negara, yaitu lapor kepada prosedur hukum yang benar.

             Jadi, memang tidak perlu kita bingung-bingung nyari bodyguard agar aman. Tidak mesti perlu nyari teman polisi atau tentara untuk keren-kerenan. Dengan hukum, tidak ada yang lebih kuat. Rakyat jelata, tidak lebih lemah dari polisi atau tentara yang badannya kekar-kekar itu. Bahkan presiden pun bisa kalah dengan kuli bangunan, kalau si presiden memang salah di mata hukum. Tidak ada di negara kita ini, siapa pun, yang kebal hukum. Hukum diciptakan untuk keharmonisan bersama. Justru yang membuat aman sejatinya adalah hukum itu sendiri. Jadi, kalau kita benar, mau tidak mau, hukum atau polisi akan sayang kepada kita. Ya, polisi dan hukum adalah sahabat bagi siapa pun yang benar! Sebaliknya, menjadi musuh bagi siapa pun yang salah. Dan hukum negara kita, itu sama saja dengan hukum Allah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...