Selasa, 25 Februari 2014

Prof. Dr. KH. YouTube, Lc. M.A. Ph.D.

Dunia atau hidup ini terus berubah. Baik dari sektor ekonomi, kesehatan, pendidikan dan seterusnya apalagi teknologi informasi. Kini, informasi dirasa sangatlah luas dan bebas. Siapa saja bisa mencari informasi apa saja. Bukan hanya informasi itu sendiri yang mudah didapat. Cara memperolehnya pun amat sangat gampang. Manusia modern sangat dimanjakan oleh apa yang namanya internet (jaringan internasional). Hanya dengan dua ribu, tiga ribu semua orang bisa langsung serching di google.

Tranfser informasi atau ilmu pengetahuan, tentu sangat dekat kaitannya dengan dunia pendidikan. Dulu, untuk mendapatkan suatu informasi, seseorang mesti datang ke sekolah, mengadakan soal jawab dengan guru. Setiap guru memberikan materi kepada murid-muridnya. Begitu juga di pesantren. Seorang kiai atau ustadz mengajar para santrinya di dalam kelas, masjid, atau halaqah-halaqah. Pendek kata, antara guru dan murid harus bertatap langsung. Dalam bahasa hadis liqa’ dan mu’asyarah.


Kini, sudah beda. Untuk proses transfer ilmu itu, tidak harus bertemu dan satu zaman lagi. Tidak itu saja, seseorang bisa menentukan mau belajar kepada siapa kapan saja dimana saja, asal ada jaringan internet.

Contoh yang paling representatif adalah melalui YouTube. Mau berguru kepada siapa saja, tidak hanya guru satu negara saja, bisa juga guru dari penjuru dunia ini. Kita tinggal mengetikkan nama guru yang kita inginkan di search angine-nya.

Tulisan ini, sama sekali tidak mengecilkan peran sekolah, pesantren atau lembaga formal yang lain. Kurang lebih 4 tahun saya menuntut ilmu di perguruan tinggi formal negeri. Saat mendapat tugas, terkadang dosen menyampaikan referensinya harus ini, penulisnya ini. Kami, teman-teman mahasiswa pun sering mendapatkannya. Kenapa harus pakai referensi tertentu? Sebab, mungkin penulisnya dianggap kredibel terutama oleh dosen-dosen kami.

Saat menemukan satu persatu referensi itu, kami pun jadi tahu. Bahwa memang mereka ahli dalam bidangnya. Tidak heran bila banyak dikutip dan dibicarakan baik oleh para dosen, maupun teman-teman kami saat referensi. Kami sangat PD ngomong di depan bila mengutip pendapat mereka. Tentu ini sangat bermanfaat. Hanya sayang, kami tidak pernah bertemu langsung dengan mereka. Apalagi, mereka hadir di tengah-tengah kami untuk memberi kuliahnya. Ada satu waktu itu, pakar tafsir Wahbah Zuhaili datang ke kampus saya. Tapi sayang, entah karena apa saya tidak bisa mengikutinya.

Begitu juga saat saya membaca karya-karya ilmuwan terkenal. Saya suka larut dalam pemikirannya yang cemerlang dan genius. Tapi sekali lagi, saya hanya bisa membayangan saja, seperti apa sosoknya. Sekali lagi, selama kurang lebih empat tahun itu, kami hanya bisa bertemu karyanya, tidak orangnya. Kalau pun mau mendatangkan mereka, tentu ada biaya yang tidak murah.

Tapi kini beda. Saat saya berselancar di YouTube. Saya tinggal ketik nama, “DonaldTrump”, saat itu juga DonaldTrump langsung berceramah di depan saya. Saya pun tahu persis bagaimana sosoknya, bagaimana suaranya, bagaimana emosinya yang tercermin dalam bahasa tubuh dan wajahnya. Wow, keren! Begitu juga saat saya ketik Robert Kiyosaki, Bill Gates, Brian Tracy, Dr Naik, Ahmad Deedat, Wahbah al-Zuhaili, Yusuf al-Qaradhawi, dan mau bertemu siapa pun tinggal ketik saja.
Tentu Anda tidak akan pernah menemui mereka secara langsung bertatapan muka seperti itu, di kampus! Kecuali mereka mau hadir Anda undang.

Yang terbaru, saya pengen lihat bagiamana Bong Chandra dan Pak Tung Desem Waringin memberikan seminar dan motivasi yang dahsyat. Dari Bong Chandra saya tahu bahwa sifat uang kini berubah, menjadi uang digital. Baru kali ini saya melihat dia yang selama ini saya hanya lihat di cover bukunya saja.

Yang keren lagi dari Pak Tung Desem Waringin. Dia merangkumkan untuk kita wejangan dari guru yang selalu dipuja-pujanya, Anthoni Robin. Dia berbagi pertama, tentang pain and pleasure. Ini adalah kekuatan untuk terus bisa semangat dan keep moving on. Orang hanya menghindar dari rasa sakit dan mencari kenyamanan. Ini bisa dimanfaatkan untuk meraih kesuksesan dan kemenangan.

Kedua, bahwa tindakan kita akan membawa emosi kita. Agar emosi terus prima, maka kita harus bertindak prima (loncak-lonjak misalnya), pudak tegap dan selalu senyum. Selanjutnya adalah memilih kata-kata positif dan mengubah keyakinan dan fokus. Nah, keyakinan dan fokus Anda bagaimana Anda bertanya pada diri Anda....(foto:
readwrite.com)




NB: Silahkan IZIN kepada penulis di: ahmadsaifulislam@gmail.com (085733847622), bila berminat menerbitkan artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…:) Yuk diskusi juga di @ipoenkchampion, dapatkan kultweet yang menyegarkan intelektual, emosional dan spiritual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...