Cita-cita boleh setinggi langit. Ingin jadi profesor. Ingin punya perusahaan
bisnis raksasa. Ingin sedekah kepada ribuan anak yatim. Ingin membangun
pesantren. Ingin jadi motivator kelas kakap. Dan seterusnya. Mimpi besar, boleh
dan bahkan harus. Kalau kita membidik bintang di langit, walau pun meleset,
maka misil kita jatuhnya di tempat yang tinggi. Tapi, mulailah dari yang kecil.
Anggap cita-cita itu adalah pengetahuan Anda. Tapi sebenarnya bukan pengetahuan
itu yang penting, sebaliknya apa yang Anda lakukan dengan pengetahuan Anda.
Mimpi boleh selangit, mulailah dari yang kecil-kecil yang dapat Anda lakukan
sekarang.
Seorang pemuda ingin pergi ke kota untuk mengadu nasib. Sebelum
berangkat, ia mengunjungi seorang kakek yang bijak di kampungnya untuk meminta
petunjuk.
“Kek, bagaimana caranya untuk mencapai kesuksesan?”, tanya pemuda
tadi.
Kakek bijak itu tidak menjawab pertanyaan. Ia malah menyilakan
pemuda itu duduk di teras rumahnya. Kemudian ia pergi ke kebunnya yang berada
di samping rumah dan memetik sebuah semangka yang tidak begitu besar. Ia
memotongnya menjadi tiga bagian dengan ukuran berbeda: besar, sedang, kecil.
Kemudian kakek bijak itu bertanya kepada anak muda itu, “Jika masing-masing
semangka ini mewakili kesuksesan yang akan dicapai, mana duluan yang akan kamu
ambil?”
“Yang besar duluan, kek”, jawab pemuda itu.
Kakek bijak memberikan potongan semangka paling besar kepada pemuda
itu dan memintanya untuk memakannya sampai habis. Pada saat yang bersamaan
kakek bijak mengambil potongan yang paling kecil. Kemudian mereka mulai
memakannya.
Hanya dalam beberapa kali gigitan, kakek bijak telah menghabiskan
potongan semangka yang kecil itu. Kemudian ia mengambil lagi potongan semangka yang
berukruran sedang sambil memerhatikan pemuda di depannya yang tampak kesulitan
menghabiskan semangkanya. Karena potongannya yang besar, agak sulit bagi pemuda
itu untuk memakan bagian tengahnya. Kemudian kakek itu berkata, “Nak, dengan
memakan yang kecil lebih dulu, saya bisa mengambil potongan yang kedua. Jumlah
keseluruhan yang saya ambil lebih besar daripada yang kamu punya. Selain itu
juga, lebih mudah bagi saya untuk menghabiskannya”.
Sambil memegang potongan semangkanya kakek itu melanjutkan pertanyaannya,
“Kamu mengerti maksud kakek?”
Sambil mengangguk-anggukkan kepala, pemuda itu berkata, “Ya...ya...
sekarang saya mengerti”.
Satu hal yang bisa kita petik dari kisah di atas, mulailah sesuatu
yang besar dari yang paling kecil. Mulailah sesuatu yang sulit dari yang paling
mudah. Prinsip dasar inilah yang harus selalu diingat. Setelah langkah awal
berhasil, barulah Anda, setahap demi setahap dan secara konsisten,
mengembangkannya menjadi lebih besar.
Tidak ada para pendaki itu langung sampai di puncak bukit. Mereka
selalu mengawalinya dari panjatan pertama, disusul dengan panjatan kedua.
Begitu seterusnya. Begitu selanjutnya. Seperti itulah dalam hidup, dalam
mengejar cita-cita kita. Terus melangkah menuju cita-cita kita, dengan
langkah-langkah kecil selaras dengan waktu.
Pasalnya dengan melakukan hal-hal kecil untuk cita-cita besar kita,
kita akan mendapatakan pengalaman dan pembelajaran dari setiap langkah kecil
itu. Seperti memanjat anak tangga, tentu mudah apabila kita menapakinya satu
demi satu dari bawah. Menjadi lebih sulit apabila kita langsung meloncat ke
anak tangga teratas. Disamping resiko jatuh juga lebih besar daripada
selamatnya.
(sumber foto: mnurwahid.blogspot.com)
NB: Silahkan IZIN kepada penulis di:
ahmadsaifulislam@gmail.com (085733847622), bila berminat menerbitkan
artikel-artikel di blog resmi ini. Terimakasih, Salam Menang…J) Yuk
diskusi juga di @ipoenkchampion, dapatkan kultweet yang menyegarkan
intelektual, emosional dan spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar