Jumat, 22 Maret 2019

ANDALAN TUHAN*


“Banyak orang takut kelak akan ditanya Allah, karena tidak haji dan umrah padahal uangnya berlebih. Tapi tidak takut kelak akan ditanya Allah, karena tidak menolong saudara dan tetangganya yang miskin, padahal uangnya berlebih.”
Sebelum Islam, beberapa orang Arab memang sudah mengenal konsep agama monoteis. Namun tidak ada bukti bahwa konsep monoteis mereka sama dengan konsep yang diserukan oleh Nabi Muhammad. Konsep monoteis beliau berjalan beriringan dengan konsep keadilan sosial dan ekonomi masyarakat. Ini sangat terasa sekali pada wahyu-wahyu awal yang turun.
            QS. Al Ma’un[107]: 1-7
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya’. Dan tidak mau menolong sama sekali.
            Salah kalau orang mengira Islam adalah agama ritual saja. Islam bukan hanya soal shalat. Juga bukan hanya soal haji dan umrah. Orang yang rajin shalat, berkali-kali haji dan umrah, belum jaminan mendapat ridha ilahi. Saya tegaskan, belum jaminan akan masuk surga!
Bahkan bisa disebut pendusta agama kalau shalat, umrah dan hajinya itu hanya untuk pamer. Hanya untuk status sosial. Tidak peduli ada saudara atau tetangganya yang kurang makan, kurang perhatian, dan tidak mampu sekolah. Malah cuek bebek, dan kasar terhadap anak yatim.
            Seperti bernafas, Islam adalah agama ritual dan sosial. Kita harus melakukan dua-duanya: menghirup dan menghembuskan. Belum sempurna shalat dan hajimu, kalau kau biarkan saudaramu lapar dan bodoh. Tidak sempurna shalat dan hajimu, kalau kau biarkan tetanggamu lapar dan bodoh. Kau pendusta agama, kalau tidak mengasihi dan menyayangi anak-anak yatim dan janda-janda miskin.
            Mungkin kau banyak ilmu dan cerdas. Itu tanda Allah menyuruhmu bermanfaat bagi sekitarmu dengan ilmu dan kecerdasanmu itu.
            Mungkin kau banyak harta. Itu tanda Allah memintamu bermanfaat bagi sekitarmu dengan hartamu itu.
            Mungkin kau punya otot bak Ade Rai. Itu tanda Allah mempercayakan kepadamu agar bermanfaat bagi sekitarmu dengan ototmu itu.
            Kita dihadirkan Allah di dunia ini untuk memberi. Semangat Qur’an adalah supaya kehadiran kita ini berkontribusi. Menjadi tangan-tangan Allah bagi kemanusiaan khususnya, bagi kehidupan umumnya. Tidak mungkin Allah memberdayakan manusia, kecuali Ia melibatkan pihak lain. Salah satunya: kita!
            Ya, tidak mungkin Allah turun dari langit misalnya. Lalu memberi makanan dan pekerjaan kepada orang miskin. Tidak mungkin Allah menjelma sebagai manusia, lalu mengajar orang bodoh. Tidak mungkin Allah sendirian yang menyembuhkan orang sakit. Tak mungkin pula Allah sendirian menghibur anak-anak yatim dan janda-janda miskin tatkala bersedih. Justru Allah hadirkan kita untuk menjadi andalan-Nya.

*Saiful Islam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...