Senin, 18 September 2017

ALASAN KHADIJAH CINTA MUHAMMAD


Sebelum memimpin kafilah dagang Khadijah, kredibilitas Muhammad telah dikenal di penjuru Mekah. Muhammad telah dikenal sebagai al-Amin –orang yang dapat dipercaya, dapat diandalkan dan jujur. Kabar ini berasal dari laporan orang-orang yang telah beberapa kali memercayakan barang dagangan mereka kepada Muhamad. Khadijah juga telah mendengar tentang track record kredibilitas Muhammad yang bersumber dari keluarganya.

Pada suatu hari, Khadijah meminta Muhammad untuk membawakan barang dagangannya ke Suriah. Bayarannya dua kali lebih besar dari bayaran tertinggi yang pernah diberkan kepada orang Quraisy. Dan, untuk perjalanan, Khadijah menawarinya bantuan seorang budaknya bermana Maysarah. Muhammad pun menerima tawarannya. Dengan ditemani budak itu, ia berangkat membawa barang dagangan Khadijah ke utara.

Setibanya di Mekah, Muhammad dan Maysarah menuju ke rumah Khadijah dengan barang-barang yang mereka beli di pasar Suriah seharga dengan barang-barang yang mereka jual. Khadijah duduk mendengarkan Muhammad, ketika ia menceritakan perjalanan dan transaksi yang dilakukannya. Ternyata, transaksi itu sangat menguntungkan, karena Muhammad dapat menjual aset-asetnya hampir dua kali lipat dari harga yang dibayarkan.

Baru setelah mendengarkan cerita Muhammad itu, Khadijah jatuh cinta. Begitu Muhammad pergi, Khadijah berkonsultasi dengan temannya, Nufaysah. Nufaysah menawarkan diri untuk mendekati Muhammad, dan jika perlu, untuk mengatur pernikahan mereka berdua. Kemudian, Nufaysah datang kepada Muhammad dan menanyakan mengapa ia belum menikah.

“Aku tidak memiliki apa-apa untuk dapat berumah tangga,” jawab Muhammad.

“Jika ada seorang wanita yang cantik, kaya, terhormat, dan berlimpah harta, apakah engkau bersedia?” kata Nufaysah.

“Siapakah dia?” tanya Muhammad.

“Khadijah.”

“Bagaimana aku dapat menikahinya?”

“Serahkan hal itu padaku!”

“Baiklah. Dari pihakku bersedia,” jawab Muhammad.

Nufaysah kembali kepada Khadijah menyampaikan beritanya. Kemudian, Khadijah menyuruh Nufaysah memanggil Muhammad agar datang kepadanya. Setelah Muhammad datang, Khadijah berkata, “Putra pamanku, aku mencintaimu karena kebaikanmu padaku, juga karena engkau selalu terlibat dalam segala urusan di tengah masyarakat, tanpa menjadi partisan. Aku menyukaimu karena engkau dapat diandalkan, juga karena keluruhan budi dan kejujuran perkataanmu.” Khadijah pun akhirnya menawarkan dirinya untuk dinikahi.

Mereka sepakat agar masing-masing berbicara kepada pamannya. Khadijah berbicara kepada pamannya –Asad— karena ayahnya –Khuwaylid— telah wafat. Sementara itu, Bani Hasyim mengutus Hamzah sebagai wakil. Maka, Hamzah membawa keponakannya menemui ‘Amr dan melamar Khadijah. Kesepakatan dicapai di antara mereka bahwa Muhammad harus memberinya mahar dua puluh ekor untuk betina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...