Sebelum memimpin
kafilah dagang Khadijah, kredibilitas Muhammad telah dikenal di penjuru Mekah.
Muhammad telah dikenal sebagai al-Amin
–orang yang dapat dipercaya, dapat diandalkan dan jujur. Kabar ini berasal dari
laporan orang-orang yang telah beberapa kali memercayakan barang dagangan
mereka kepada Muhamad. Khadijah juga telah mendengar tentang track record kredibilitas Muhammad yang
bersumber dari keluarganya.
Pada suatu hari,
Khadijah meminta Muhammad untuk membawakan barang dagangannya ke Suriah.
Bayarannya dua kali lebih besar dari bayaran tertinggi yang pernah diberkan
kepada orang Quraisy. Dan, untuk perjalanan, Khadijah menawarinya bantuan
seorang budaknya bermana Maysarah. Muhammad pun menerima tawarannya. Dengan
ditemani budak itu, ia berangkat membawa barang dagangan Khadijah ke utara.
Setibanya di
Mekah, Muhammad dan Maysarah menuju ke rumah Khadijah dengan barang-barang yang
mereka beli di pasar Suriah seharga dengan barang-barang yang mereka jual.
Khadijah duduk mendengarkan Muhammad, ketika ia menceritakan perjalanan dan
transaksi yang dilakukannya. Ternyata, transaksi itu sangat menguntungkan,
karena Muhammad dapat menjual aset-asetnya hampir dua kali lipat dari harga
yang dibayarkan.
Baru setelah
mendengarkan cerita Muhammad itu, Khadijah jatuh cinta. Begitu Muhammad pergi,
Khadijah berkonsultasi dengan temannya, Nufaysah. Nufaysah menawarkan diri
untuk mendekati Muhammad, dan jika perlu, untuk mengatur pernikahan mereka
berdua. Kemudian, Nufaysah datang kepada Muhammad dan menanyakan mengapa ia
belum menikah.
“Aku tidak
memiliki apa-apa untuk dapat berumah tangga,” jawab Muhammad.
“Jika ada
seorang wanita yang cantik, kaya, terhormat, dan berlimpah harta, apakah engkau
bersedia?” kata Nufaysah.
“Siapakah dia?”
tanya Muhammad.
“Khadijah.”
“Bagaimana aku
dapat menikahinya?”
“Serahkan hal
itu padaku!”
“Baiklah. Dari
pihakku bersedia,” jawab Muhammad.
Nufaysah kembali
kepada Khadijah menyampaikan beritanya. Kemudian, Khadijah menyuruh Nufaysah
memanggil Muhammad agar datang kepadanya. Setelah Muhammad datang, Khadijah
berkata, “Putra pamanku, aku mencintaimu karena kebaikanmu padaku, juga karena
engkau selalu terlibat dalam segala urusan di tengah masyarakat, tanpa menjadi
partisan. Aku menyukaimu karena engkau dapat diandalkan, juga karena keluruhan
budi dan kejujuran perkataanmu.” Khadijah pun akhirnya menawarkan dirinya untuk
dinikahi.
Mereka sepakat
agar masing-masing berbicara kepada pamannya. Khadijah berbicara kepada
pamannya –Asad— karena ayahnya –Khuwaylid— telah wafat. Sementara itu, Bani
Hasyim mengutus Hamzah sebagai wakil. Maka, Hamzah membawa keponakannya menemui
‘Amr dan melamar Khadijah. Kesepakatan dicapai di antara mereka bahwa Muhammad
harus memberinya mahar dua puluh ekor untuk betina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar