Ketika
orang-orang Quraisy menzalimi banyak sahabat, Nabi Muhammad perintahkan para
sahabat dan keluarga beliau hijrah ke Abbyssinia yang rajanya bernama Negus
–seorang Nasrani. Nabi Muhammad bersabda, “Jika kalian pergi ke negeri
Abbyssinia, di sana engkau akan mendapatkan seorang raja yang adil dan
bijaksana. Suatu negeri yang kalian bebas dan leluasa dalam beragama. Sampai
suatu saat Allah memberikan jalan yang dapat menghindarkan penderitaan yang
kalian tanggung sekarang ini.”
Para pengungsi
itu –semuanya berjumlah sekitar delapan puluh orang, selain anak kecil— disambut
baik di Abbyssinia. Mereka diberi kebebasan penuh untuk beribadah.
Orang-orang
Quraisy tidak menyerah. Mereka –melalui dua utusannya-- membujuk Negus dan para
jenderalnya dengan hadiah-hadiah, agar “mengusir” para pengungsi itu. “Para
pemuka kaum mereka --yang juga ayah, paman, dan kerabat mereka-- memohon
kepadamu agar dikembalikan.”
Namun, Negus
tidak mau dan berkata, “Tidak! Demi Tuhan, mereka tidak boleh dikhianati.
Mereka telah meminta suaka perlindunganku dan menjadikan negeriku sebagai
tempat tinggal, serta telah memilihku dari yang lainnya! Mereka tidak akan aku
serahkan, sebelum aku memanggil mereka dan menanyakan perihal mereka seperti
yang dikemukakan utusan itu (‘Amr bin Ash, dari Bani Abd Al-Syam). Jika memang
benar seperti yang dikatakan, maka mereka akan kuserahkan untuk dibawa kembali
kepada kaum mereka sendiri. Namun, jika tidak, aku akan menjadi pelindung yang
baik selama mereka meminta perlindunganku.”
Tidak semuanya
diharuskan berhijrah. Keluarga Utsman (menantu Nabi Muhammad) mencoba
membatalkan kepergiannya, tapi Nabi malah mengizinkannya pergi dan membawa
serta Ruqayyah (putri Nabi Muhammad). Kehadiran mereka menjadi sumber kekuatan
bagi masyarakat di pengasingan itu.
Ikut mengungsi
juga: Ja’far dan isterinya, Asma’ –keduanya sangat dilindungi oleh Abu Thalib
(paman Nabi Muhammad); Mush’ab dari Abd al-Dar; Syammas –pemuda Bani Makhzum;
dan Zubayr putra Shafiyyah. Begitu juga sepupu-sepupu Nabi yang lain: Thulayb
putra Arwa; dua putra Umaymah --Abd Allah ibn Jahsy dan Ubaydillah serta
isternya, Umm Habibah; dan dua putra Barrah –Abu Salamah dan Abu Sabrah yang
keduanya beserta isteri masing-masing.
Setelah mereka
berkumpul semua, Negus bertanya. “Agama apa gerangan yang menyebabkan kalian
berpisah dari kaum kalian, sedangkan kalian tidak memeluk agamaku, juga tidak
memeluk agama suku-suku di sekitar kami?”
Ja’far menjawab,
“Wahai Raja! Dulu, kami adalah orang-orang jahiliah, menyembah berhala-berhala,
memakan daging yang tidak suci, melakukan maksiat, dan pihak yang kuat menerkam
yang lemah. Begitulah kami, sampai Allah mengutus kepada kami seorang rasul
dari kalangan kami, seseorang yang garis keturunannya kami ketahui, juga
kejujuran, integritas, dan penghargaannya terhadap kebenaran. Ia mengajak kami kepada Allah, bersaksi akan
keesaan-Nya, menyembah-Nya, dan meninggalkan batu-batu serta berhala-berhala
yang kami dan orang tua kami sembah.
“Ia
memerintahkan kami untuk berkata benar, memenuhi janji, menghormati ikatan
kekerabatan dan hak-hak tetangga kami. Ia melarang kami melakukan kejahatan dan
pertumpahan darah. Karenanya, kami hanya menyembah Allah semata, tidak
menyekutukan-Nya, menjauhi apa yang diharamkan-Nya dan melakukan apa yang
dibolehkan-Nya.
“Karena alasan
ini, kaum kami menentang dan menyiksa kami agar murtad dari agama kami dan
tidak lagi menyembah Allah serta kembali menyembah berhala. Karena itu pulalah
kami datang ke negeri Tuan, memilih Anda dari yang lain. Dan, kami puas dengan perlindungan
Anda. Harapan kami, wahai Raja, di sini, bersamamu, kami tidak akan
diperlakukan sewenang-wenang.”
Setelah
penerjemah menerjemahkan semua perkataan Ja’far, Negus bertanya, “Apakah ada
wahyu ilahi yang dibawa Nabi kalian?”
“Iya, ada.”
“Bacakanlah
kepadaku.”
Segera Ja’far
membaca surat Maryam[19] ayat 16-21. Negus menangis, begitu pula para
pendetanya, saat mereka mendengar ayat itu. Negus berkata, “Ini benar-benar
berasal dari sumber yang sama seperti yang dibawa oleh Yesus.” Kemudian ia
berkata kepada para utusan Quraisy, “Engkau boleh pergi! Karena demi Tuhan, aku
tidak akan menyerahkan mereka kepadamu; mereka tidak boleh dikhianati.”
Negus juga
berkata, “Pergilah sesuka kalian, karena kalian aman di negeriku ini. Aku tidak
akan melukai seorang pun diantara kalian walaupun diberi segunung emas.”
Sembari menunjuk ke arah utusan Quraisy itu, ia berkata kepada para
pembantunya, “Kembalikan hadiah pemberian itu kepada mereka, aku tidak
memerlukannya.” Maka, ‘Amr dan temannya itu kembali ke Mekah dengan rasa malu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar