Senin, 18 September 2017

BERWALI KEPADA NASRANI


Ketika orang-orang Quraisy menzalimi banyak sahabat, Nabi Muhammad perintahkan para sahabat dan keluarga beliau hijrah ke Abbyssinia yang rajanya bernama Negus –seorang Nasrani. Nabi Muhammad bersabda, “Jika kalian pergi ke negeri Abbyssinia, di sana engkau akan mendapatkan seorang raja yang adil dan bijaksana. Suatu negeri yang kalian bebas dan leluasa dalam beragama. Sampai suatu saat Allah memberikan jalan yang dapat menghindarkan penderitaan yang kalian tanggung sekarang ini.”

Para pengungsi itu –semuanya berjumlah sekitar delapan puluh orang, selain anak kecil— disambut baik di Abbyssinia. Mereka diberi kebebasan penuh untuk beribadah.

Orang-orang Quraisy tidak menyerah. Mereka –melalui dua utusannya-- membujuk Negus dan para jenderalnya dengan hadiah-hadiah, agar “mengusir” para pengungsi itu. “Para pemuka kaum mereka --yang juga ayah, paman, dan kerabat mereka-- memohon kepadamu agar dikembalikan.”

Namun, Negus tidak mau dan berkata, “Tidak! Demi Tuhan, mereka tidak boleh dikhianati. Mereka telah meminta suaka perlindunganku dan menjadikan negeriku sebagai tempat tinggal, serta telah memilihku dari yang lainnya! Mereka tidak akan aku serahkan, sebelum aku memanggil mereka dan menanyakan perihal mereka seperti yang dikemukakan utusan itu (‘Amr bin Ash, dari Bani Abd Al-Syam). Jika memang benar seperti yang dikatakan, maka mereka akan kuserahkan untuk dibawa kembali kepada kaum mereka sendiri. Namun, jika tidak, aku akan menjadi pelindung yang baik selama mereka meminta perlindunganku.”

Tidak semuanya diharuskan berhijrah. Keluarga Utsman (menantu Nabi Muhammad) mencoba membatalkan kepergiannya, tapi Nabi malah mengizinkannya pergi dan membawa serta Ruqayyah (putri Nabi Muhammad). Kehadiran mereka menjadi sumber kekuatan bagi masyarakat di pengasingan itu.

Ikut mengungsi juga: Ja’far dan isterinya, Asma’ –keduanya sangat dilindungi oleh Abu Thalib (paman Nabi Muhammad); Mush’ab dari Abd al-Dar; Syammas –pemuda Bani Makhzum; dan Zubayr putra Shafiyyah. Begitu juga sepupu-sepupu Nabi yang lain: Thulayb putra Arwa; dua putra Umaymah --Abd Allah ibn Jahsy dan Ubaydillah serta isternya, Umm Habibah; dan dua putra Barrah –Abu Salamah dan Abu Sabrah yang keduanya beserta isteri masing-masing.

Setelah mereka berkumpul semua, Negus bertanya. “Agama apa gerangan yang menyebabkan kalian berpisah dari kaum kalian, sedangkan kalian tidak memeluk agamaku, juga tidak memeluk agama suku-suku di sekitar kami?”

Ja’far menjawab, “Wahai Raja! Dulu, kami adalah orang-orang jahiliah, menyembah berhala-berhala, memakan daging yang tidak suci, melakukan maksiat, dan pihak yang kuat menerkam yang lemah. Begitulah kami, sampai Allah mengutus kepada kami seorang rasul dari kalangan kami, seseorang yang garis keturunannya kami ketahui, juga kejujuran, integritas, dan penghargaannya terhadap kebenaran.  Ia mengajak kami kepada Allah, bersaksi akan keesaan-Nya, menyembah-Nya, dan meninggalkan batu-batu serta berhala-berhala yang kami dan orang tua kami sembah.

“Ia memerintahkan kami untuk berkata benar, memenuhi janji, menghormati ikatan kekerabatan dan hak-hak tetangga kami. Ia melarang kami melakukan kejahatan dan pertumpahan darah. Karenanya, kami hanya menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, menjauhi apa yang diharamkan-Nya dan melakukan apa yang dibolehkan-Nya.

“Karena alasan ini, kaum kami menentang dan menyiksa kami agar murtad dari agama kami dan tidak lagi menyembah Allah serta kembali menyembah berhala. Karena itu pulalah kami datang ke negeri Tuan, memilih Anda dari yang lain. Dan, kami puas dengan perlindungan Anda. Harapan kami, wahai Raja, di sini, bersamamu, kami tidak akan diperlakukan sewenang-wenang.”

Setelah penerjemah menerjemahkan semua perkataan Ja’far, Negus bertanya, “Apakah ada wahyu ilahi yang dibawa Nabi kalian?”

“Iya, ada.”

“Bacakanlah kepadaku.”

Segera Ja’far membaca surat Maryam[19] ayat 16-21. Negus menangis, begitu pula para pendetanya, saat mereka mendengar ayat itu. Negus berkata, “Ini benar-benar berasal dari sumber yang sama seperti yang dibawa oleh Yesus.” Kemudian ia berkata kepada para utusan Quraisy, “Engkau boleh pergi! Karena demi Tuhan, aku tidak akan menyerahkan mereka kepadamu; mereka tidak boleh dikhianati.”

Negus juga berkata, “Pergilah sesuka kalian, karena kalian aman di negeriku ini. Aku tidak akan melukai seorang pun diantara kalian walaupun diberi segunung emas.” Sembari menunjuk ke arah utusan Quraisy itu, ia berkata kepada para pembantunya, “Kembalikan hadiah pemberian itu kepada mereka, aku tidak memerlukannya.” Maka, ‘Amr dan temannya itu kembali ke Mekah dengan rasa malu.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...