Senin, 18 September 2017

AYAH IBU NABI ITU MUKMIN


Nabi Isa’ AS wafat pada tahun 32 Masehi. Sedangkan Nabi Muhammad lahir pada tahun 632 Masehi. Dengan demikian, ada jeda 640 tahun antara wafatnya Nabi Isa dengan saat kenabian Nabi Muhammad —Nabi Muhammad baru menjadi rasul ketika usia beliau 40 tahun. Nah, jeda waktu itu disebut sebagai masa fatrah —maksudnya selama jeda waktu tersebut tidak ada seorang pun utusan Allah di tengah-tengah masyarakat.

QS. Al Maidah[5]: 19

Hai Ahli Kitab. Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul. Agar kamu tidak mengatakan: “Tidak datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan.”

Ada perbedaan target dakwah Nabi Muhammad dengan nabi-nabi sebelum beliau. Dakwah nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad itu hanya terbatas pada kaumnya saja. Contohnya Nabi Isa AS yang diutus untuk Bani Israel saja.

QS. Az Zukhruf[43]: 59

Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian). Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israel.

QS. Ash Shaff[61]: 6

Dan (ingatlah) ketika Isa bin Maryam berkata: “Hai Bani Israel. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu. Membenarkan kitab sebelumku, yakni Taurat. Dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad, terpuji).” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.”

  Sedangkan Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir (khataman nabiyyin) yang diutus kepada seluruh umat manusia.

QS. Al A’raf[7]: 158

Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua. Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Yang menghidupkan dan yang mematikan. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang berman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, supaya kami mendapat petunjuk.”

QS. Saba’[34]: 28

Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Ada seorang kawan bertanya, “Mas. Kan ayah dan ibu Nabi Muhammad tidak salat?”

Justru yang benar, memang tidak salat. Juga tidak melakukan ritual-ritual apa pun. Jangankan ayah dan ibu Nabi Muhammad yang tidak salat. Sebelum diangkat jadi rasul—dan itu baru terjadi setelah usia Nabi Muhammad 40 tahun—Muhammad muda pun juga tidak salat.

Kita tahu bahwa ayah Nabi Muhammad —Abdullah— wafat saat Muhammad masih dalam perut ibunya, alias belum lahir. Sedangkan ibu beliau, Aminah, wafat ketika Muhammad berusia 6 tahun. Berarti keduanya telah wafat sebelum Nabi Muhammad diangkat sebagai rasul.

Ada satu rumus yang pernah dibuat oleh ilmuwan ushul: “Asal dari ibadah itu batal. Sampai ada dalil yang menyuruh.” Jadi sebelum ada rasul atau penyampai ajaran Allah sampai kepada seseorang, yang baik dan benar memang tidak perlu melakukan ibadah ritual.

Tapi meskipun tidak salat, ayah dan ibu Nabi Muhammad itu tidak akan diazab oleh Allah. Mereka tidak salah. Karena risalah Allah tidak sampai kepada mereka. Allah hanya akan mengazab seseorang jika sudah ada rasul yang menyampaikan risalah Allah kepadanya, lantas ditolaknya.

QS. Al Isra’[17]: 15

Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul.

Seorang kawan pernah menyoal kesimpulan saya ini. Lantas dia berkata, “Saiful tidak konsisten dengan rasionalitasnya. Katanya akal sudah mampu menentukan benar-salah, baik-buruk tanpa wahyu…”

Rupanya dia kurang tepat memahami apa yang saya maksudkan rasional. Dalam literatur klasik, memang begitu paham rasional yang disampaikan kawan saya itu. Bahwa akal sudah tahu baik-buruk, benar-salah. Tanpa wahyu pun akal sudah mampu.

Tapi saya sedikit beda. Akal memang mampu menilai baik-buruk, benar-salah, tanpa menunggu wahyu. Tapi kemampuan akal yang seperti ini hanya untuk masalah-masalah yang selain ibadah ritual. Mencuri misalnya. Tanpa wahyu, akal sudah tahu bahwa itu buruk dan salah. Berbeda kalau urusan salat. Untuk salat, akal harus menunggu wahyu. Tidak bisa dan tidak boleh akal membuat-buat ritual sendiri.

Selain tidak akan diadzab, ayah dan ibu Nabi Muhammad akan masuk surga. Karena di masa kekosongan itu agama mereka adalah fitrah. Sebagaimana pernyataan Nabi Muhammad bahwa setiap anak itu terlahir dalam keadaan fitrah. Yakni bertauhid kepada Allah. Ini telah dijelaskan oleh Allah bahwa sejak saat baru keluar dari tulang sulbi pun, anak manusia itu telah bersyahadat.

QS. Al A’raf[7]: 172

Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”

Kawan saya yang lain menyoal, “Bukankah setiap umat itu sudah ada pemberi peringatan?” Lantas dia mengutip ayat di bawah ini.

QS. Yunus[10]: 47

Tiap-tiap umat mempunyai rasul. Maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.

QS. Fathir[35]: 24

Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.

Dalam sejarah, kita tidak menemukan bahwa ada rasul setelah Nabi Isa selain Nabi Muhammad. Kalau pun Abdullah dan Aminah diklaim sebagai umat Nabi Isa, ajarannya sudah tidak murni lagi. Terbukti, pada 20 Mei sampai 19 Juni 325 Masehi ada Konsili Nikea yang menyepakati bahwa Isa AS adalah Tuhan itu sendiri. Jadi dalam masa fatrah 600-an tahun itu, sudah terjadi penyelewengan ajaran Nabi Isa yang asli.

Di samping itu, Abdullah dan Aminah itu bukan Bani Israel  —ingat, Nabi Isa hanya diutus untuk Bani Israel saja. Sehingga Abdullah dan Aminah tidak bisa disebut sebagai umat Nabi Isa. Maka, Abdullah dan Aminah hidup dalam masa terputusnya para rasul itu. Sehingga, agamanya pada masa fatrah itu adalah agama fitrah. Yakni, ‘tauhid otomatis’ kepada Allah.

Lalu, Abdullah dan Aminah itu umat siapa? Umat itu berarti masyarakat atau bangsa. Keduanya adalah orang Arab. Dan rasul bangsa Arab pada waktu itu hanya Nabi Muhammad. Setiap umat itu ada rasulnya. Rasul Bani Israel adalah Nabi Isa. Maka, rasul bangsa Arab adalah Nabi Muhammad. Meski keduanya telah wafat sebelum Muhammad menjadi Rasul.

Memang Allah informasikan bahwa setiap umat ada rasulnya. Tapi kita tidak bisa pungkiri bahwa pernah ada masa terputusnya pengiriman rasul-rasul. Dan itu waktunya tidak sebentar—enam abad lebih. Meski keduanya adalah umat Nabi Muhammad, tapi risalah tidak sampai kepada mereka. Sehingga, agama mereka adalah fitrah.

Jadi masalah utamanya sebenaranya soal sampainya risalah itu sendiri. Jika sudah ada risalah yang sampai kepada Abdullah maupun Aminah, siapa penyampainya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...