Nabi Isa’ AS
wafat pada tahun 32 Masehi. Sedangkan Nabi Muhammad lahir pada tahun 632
Masehi. Dengan demikian, ada jeda 640 tahun antara wafatnya Nabi Isa dengan
saat kenabian Nabi Muhammad —Nabi Muhammad baru menjadi rasul ketika usia
beliau 40 tahun. Nah, jeda waktu itu disebut sebagai masa fatrah —maksudnya selama jeda waktu tersebut tidak ada seorang pun
utusan Allah di tengah-tengah masyarakat.
QS. Al
Maidah[5]: 19
Hai Ahli Kitab. Sesungguhnya telah datang kepadamu
Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul. Agar kamu tidak
mengatakan: “Tidak datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira
maupun seorang pemberi peringatan.”
Ada perbedaan
target dakwah Nabi Muhammad dengan nabi-nabi sebelum beliau. Dakwah nabi-nabi
sebelum Nabi Muhammad itu hanya terbatas pada kaumnya saja. Contohnya Nabi Isa
AS yang diutus untuk Bani Israel saja.
QS. Az
Zukhruf[43]: 59
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami
berikan kepadanya nikmat (kenabian). Kami jadikan dia sebagai tanda bukti
(kekuasaan Allah) untuk Bani Israel.
QS. Ash Shaff[61]:
6
Dan (ingatlah) ketika Isa bin Maryam berkata: “Hai
Bani Israel. Sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu. Membenarkan kitab sebelumku, yakni Taurat. Dan
memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang
sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad, terpuji).” Maka tatkala rasul itu
datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata:
“Ini adalah sihir yang nyata.”
Sedangkan Nabi Muhammad sebagai rasul
terakhir (khataman nabiyyin) yang
diutus kepada seluruh umat manusia.
QS. Al A’raf[7]:
158
Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu semua. Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi;
tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Yang menghidupkan dan yang
mematikan. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang
berman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah
dia, supaya kami mendapat petunjuk.”
QS. Saba’[34]:
28
Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.
Ada seorang
kawan bertanya, “Mas. Kan ayah dan ibu
Nabi Muhammad tidak salat?”
Justru yang
benar, memang tidak salat. Juga tidak melakukan ritual-ritual apa pun.
Jangankan ayah dan ibu Nabi Muhammad yang tidak salat. Sebelum diangkat jadi
rasul—dan itu baru terjadi setelah usia Nabi Muhammad 40 tahun—Muhammad muda pun
juga tidak salat.
Kita tahu bahwa
ayah Nabi Muhammad —Abdullah— wafat saat Muhammad masih dalam perut ibunya,
alias belum lahir. Sedangkan ibu beliau, Aminah, wafat ketika Muhammad berusia
6 tahun. Berarti keduanya telah wafat sebelum Nabi Muhammad diangkat sebagai
rasul.
Ada satu rumus
yang pernah dibuat oleh ilmuwan ushul: “Asal dari ibadah itu batal. Sampai ada
dalil yang menyuruh.” Jadi sebelum ada rasul atau penyampai ajaran Allah sampai
kepada seseorang, yang baik dan benar memang tidak perlu melakukan ibadah
ritual.
Tapi meskipun
tidak salat, ayah dan ibu Nabi Muhammad itu tidak akan diazab oleh Allah.
Mereka tidak salah. Karena risalah Allah tidak sampai kepada mereka. Allah hanya
akan mengazab seseorang jika sudah ada rasul yang menyampaikan risalah Allah
kepadanya, lantas ditolaknya.
QS. Al Isra’[17]:
15
Dan Kami tidak
akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul.
Seorang kawan
pernah menyoal kesimpulan saya ini. Lantas dia berkata, “Saiful tidak konsisten
dengan rasionalitasnya. Katanya akal sudah mampu menentukan benar-salah,
baik-buruk tanpa wahyu…”
Rupanya dia
kurang tepat memahami apa yang saya maksudkan rasional. Dalam literatur klasik,
memang begitu paham rasional yang disampaikan kawan saya itu. Bahwa akal sudah
tahu baik-buruk, benar-salah. Tanpa wahyu pun akal sudah mampu.
Tapi saya
sedikit beda. Akal memang mampu menilai baik-buruk, benar-salah, tanpa menunggu
wahyu. Tapi kemampuan akal yang seperti ini hanya untuk masalah-masalah yang
selain ibadah ritual. Mencuri misalnya. Tanpa wahyu, akal sudah tahu bahwa itu
buruk dan salah. Berbeda kalau urusan salat. Untuk salat, akal harus menunggu
wahyu. Tidak bisa dan tidak boleh akal membuat-buat ritual sendiri.
Selain tidak
akan diadzab, ayah dan ibu Nabi Muhammad akan masuk surga. Karena di masa
kekosongan itu agama mereka adalah fitrah. Sebagaimana pernyataan Nabi Muhammad
bahwa setiap anak itu terlahir dalam keadaan fitrah. Yakni bertauhid kepada
Allah. Ini telah dijelaskan oleh Allah bahwa sejak saat baru keluar dari tulang
sulbi pun, anak manusia itu telah bersyahadat.
QS. Al A’raf[7]:
172
Dan (ingatlah) ketika
Tuhan-mu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman),
“Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika
itu kami lengah terhadap ini.”
Kawan saya yang
lain menyoal, “Bukankah setiap umat itu
sudah ada pemberi peringatan?” Lantas dia mengutip ayat di bawah ini.
QS. Yunus[10]:
47
Tiap-tiap
umat mempunyai rasul.
Maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka
dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.
QS. Fathir[35]:
24
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa
kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan
telah ada padanya seorang pemberi peringatan.
Dalam sejarah,
kita tidak menemukan bahwa ada rasul setelah Nabi Isa selain Nabi Muhammad.
Kalau pun Abdullah dan Aminah diklaim sebagai umat Nabi Isa, ajarannya sudah
tidak murni lagi. Terbukti, pada 20 Mei sampai 19 Juni 325 Masehi ada Konsili
Nikea yang menyepakati bahwa Isa AS adalah Tuhan itu sendiri. Jadi dalam masa fatrah 600-an tahun itu, sudah terjadi
penyelewengan ajaran Nabi Isa yang asli.
Di samping itu,
Abdullah dan Aminah itu bukan Bani Israel —ingat, Nabi Isa hanya diutus untuk Bani
Israel saja. Sehingga Abdullah dan Aminah tidak bisa disebut sebagai umat Nabi
Isa. Maka, Abdullah dan Aminah hidup dalam masa terputusnya para rasul itu.
Sehingga, agamanya pada masa fatrah
itu adalah agama fitrah. Yakni, ‘tauhid otomatis’ kepada Allah.
Lalu, Abdullah
dan Aminah itu umat siapa? Umat itu berarti masyarakat atau bangsa. Keduanya
adalah orang Arab. Dan rasul bangsa Arab pada waktu itu hanya Nabi Muhammad. Setiap
umat itu ada rasulnya. Rasul Bani Israel adalah Nabi Isa. Maka, rasul bangsa
Arab adalah Nabi Muhammad. Meski keduanya telah wafat sebelum Muhammad menjadi
Rasul.
Memang Allah
informasikan bahwa setiap umat ada rasulnya. Tapi kita tidak bisa pungkiri
bahwa pernah ada masa terputusnya pengiriman rasul-rasul. Dan itu waktunya
tidak sebentar—enam abad lebih. Meski keduanya adalah umat Nabi Muhammad, tapi
risalah tidak sampai kepada mereka. Sehingga, agama mereka adalah fitrah.
Jadi masalah
utamanya sebenaranya soal sampainya risalah itu sendiri. Jika sudah ada risalah
yang sampai kepada Abdullah maupun Aminah, siapa penyampainya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar