Seorang
kawan, sarjana Perbandingan Agama, pernah bertanya. Begini:
“Saya kepingin tanya bang, kenapa
Gusti Allah menciptakan makhluk terutama manusia... padahal Dia Maha Kuasa, tak
membutuhkan kita.”
Penciptaan
manusia, memang ada kaitannya dengan kekuasaan Allah. Yakni, Ia terbuti kuasa
menciptakan makhluk yang bernama manusia. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa
menciptakan manusia. Kecuali manusia imitasi, seperti robot, boneka, patung dan
semisalnya.
Dan
penciptaan manusia, tak ada kaitannya dengan kebutuhan Allah. Artinya, dengan
diciptakannya manusia bukan berarti Allah butuh kita. Allah tidak butuh kita.
Tidak butuh sembahan kita. Tidak butuh ibadah kita. Tidak butuh harta, keluarga
dan anak-anak kita. Tidak butuh semua hal milik kita yang kita anggap
membanggakan.
Sebaliknya,
kitalah yang butuh Allah. Kita butuh Allah dengan shalat kita. Kita butuh Allah
dengan puasa kita. Kita butuh Allah dengan zakat kita. Kita butuh Allah dengan
haji kita. Yaitu supaya kita sukses, selamat, dan bahagia sejak di dunia ini. Ringkas
kata, kita butuh Allah dengan segala kebaikan yang kita lakukan. Sebab, sudah
menjadi sunnatullahnya (hukum alam yang Allah telah ciptakan), bahwa setiap
aksi—baik atau buruk—yang kita lakukan, reaksinya atau akibatnya akan kembali
kepada kita sendiri.
“Dia juga menciptakan surga dan
neraka sebagai balasan perbuatan kita
Untuk apa ini semua?????
Padahal tanpa makhluk pun Dia tetap
Yang Kuasa
Rasa takut, kecewa, sedih, senang,
pasti menimpa manusia. Semua terasa seperti hanya permainan-Nya saja”
Dia
telah menciptakan surga dan neraka, kehidupan manusia, semesta, dan segala
drama kehidupan ini. Dengan begitu teraturnya. Tanpa makhluk pun Dia tetap
kuasa. Tapi dengan adanya semua makhluk itu pun juga bukti bahwa Dia kuasa.
Sudah menjadi kehendak-Nya, sebagai bukti kekuasaan-Nya, dia ciptakan segala
drama kolosal kehidupan ini. Untuk apa semua ini? QS. Al Mulk[67] ayat 2
menjawab, “Allah yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik perbuatannya..”
Dalam
ujian itu, ada yang lulus. Ada pula yang gagal. Yang lulus akan masuk surga. Yang
gagal akan masuk neraka. Dalam ujian itu, Allah tidak sembarangan. Ia bekali
manusia dengan kesempurnaan fisik dan psikisnya. Serta segenap kapasitas dan
kapabilitasnya. Terutama akal sehatnya yang luar biasa cerdas itu. Bukan hanya
itu, Allah masih memberinya ‘buku panduan’. Al Qur’an namanya. Masih kurang?
OK, Allah kirim para rasul-Nya. Masih belum puas? OK, Allah buat hukum
kausalitas. Contoh kongkret sehari-hari dalam kehidupan kita sekarang: orang
baik dapat akibat baik. Orang buruk dapat akibat buruk. Jelas sekali!
Rasa
takut, kecewa, sedih dan senang. Bukankah ini sesuatu yang luar biasa?! Kok
bisa sosok yang bernama manusia ini bisa punya rasa takut, kecewa, sedih dan
senang?! Bukankah ini sesuatu yang sungguh-sungguh menakjubkan?! Kalau pun ini
dianggap sebagai ‘permainan-Nya’, oh sungguh. Ini adalah permainan yang
menakjubkan. Ini sudah kehendak-Nya. Sudah takdir-Nya. Kejadian!
Allah
meniupkan ruh-Nya kepada manusia. Otomatis sifat-sifat-Nya akhirnya menular
kepada manusia. Tentu sesuai dengan kapasitas manusia. Allah Maha Mengasihi. Manusia
pun lantas bisa mengasihi. Allah punya sifat Menyayangi. Menular kepada manusia
yang juga bisa menyayangi. Allah Maha Melihat. Manusia bisa melihat. Allah Maha
Mendengar. Manusia lantas bisa mendengar. Dan seterusnya.
“Apakah Allah menganggap manusia
hanya boneka????”
Boneka
adalah benda mati. Ia tidak punya kehendak. Tak punya pilihan. Nasibnya seratus
persen apa kata tuannya. Mau dibuang atau disayang, terserah semau pemiliknya.
Allah
tidak menciptakan manusia seperti itu. Beda 180 derajat. Manusia dibekali
kehendak. Manusia dibekali otak dan hati sehingga bisa berakal. Manusia punya
pilihan. Bahkan mau masuk surga atau neraka pun, tergantung pilihannya sendiri.
Apalagi soal yang ‘remeh-remeh’ lainnya. “Yang mau beriman, silakan berman. Yang
mau kafir (ingkar), silakan kafir,” (18:29).
Sejak
awal, Allah menyatakan sendiri bahwa Dia memuliakan manusia. “Sungguh Kami
muliakan keturunan Adam,” (17:70). Dia juga tegaskan, “Sungguh Kami telah
menciptakan manusia dengan sebaik-baik kejadian,” (95:4).
Dari
pernyataan-pernyataan Allah di atas pun kita faham bahwa Allah melibatkan
manusia dalam mewujudkan kehendak-Nya. Berulang kali dia menggunakan kata ‘Kami’.
Ini berarti Allah melibatkan pihak lain. Untuk memintarkan, Allah melibatkan
guru misalnya. Untuk menyehatkan, melibatkan dokter. Seterusnya, melibatkan
arsitek, melibatkan petani, pengusaha, pembeli, dan para ahli di bidang
masing-masing semisalnya.
Desain
penciptaan manusia adalah khalifah-Nya. Alias partner-Nya. Kita ini adalah para
hamba-Nya. Sekaligus pada andalan-Nya. Untuk mewujudkan drama kolosal kehidupan
sesuai rencana-Nya. Dengan melibatkan pihak lain itu, sekali lagi, tidak
berarti dia tak kuasa. Tapi sudah mau-Nya Dia seperti itu. Sudah rule game
of life seperti ini.
Apakah Allah kesepian jika tak ada
makhluk???
Semua
eksistensi ini berasal dari-Nya. Awal eksistensi itu tidak ada. Kemudian diadakan.
Dan nanti akan kembali tidak ada lagi. Semuanya kelak akan lenyap dan berakhir
kembali kepada-Nya. Nanti yang ada hanya tinggal Dia saja (28:88).
Allah
tak pernah kesepian. Karena ia memang tidak butuh makhluk. Ia sudah Maha Kuat. Yang
merasa kesepian itu kita, manusia. Kenapa merasa kesepian? Karena kita butuh
orang lain. Karena kita lemah. Butuh orang tua, pasangan hidup, anak-anak,
tetangga, dan seterusnya.
QS.
Al Baqarah[2]: 255
“Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya
apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah
tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahuai apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
~ Salam ~
IG : saifulislam_45
FB : Berpikir Bersikap Beraksi
: Ahmad Saiful Islam
Twitter
: @tipkemenangan
:
@MotivasiAyat
Blog : tipkemenangan.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar