Rabu, 17 Oktober 2018

DRAMA KOLOSAL


Seorang kawan, sarjana Perbandingan Agama, pernah bertanya. Begini:

“Saya kepingin tanya bang, kenapa Gusti Allah menciptakan makhluk terutama manusia... padahal Dia Maha Kuasa, tak membutuhkan kita.”
 Penciptaan manusia, memang ada kaitannya dengan kekuasaan Allah. Yakni, Ia terbuti kuasa menciptakan makhluk yang bernama manusia. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menciptakan manusia. Kecuali manusia imitasi, seperti robot, boneka, patung dan semisalnya.
Dan penciptaan manusia, tak ada kaitannya dengan kebutuhan Allah. Artinya, dengan diciptakannya manusia bukan berarti Allah butuh kita. Allah tidak butuh kita. Tidak butuh sembahan kita. Tidak butuh ibadah kita. Tidak butuh harta, keluarga dan anak-anak kita. Tidak butuh semua hal milik kita yang kita anggap membanggakan.
Sebaliknya, kitalah yang butuh Allah. Kita butuh Allah dengan shalat kita. Kita butuh Allah dengan puasa kita. Kita butuh Allah dengan zakat kita. Kita butuh Allah dengan haji kita. Yaitu supaya kita sukses, selamat, dan bahagia sejak di dunia ini. Ringkas kata, kita butuh Allah dengan segala kebaikan yang kita lakukan. Sebab, sudah menjadi sunnatullahnya (hukum alam yang Allah telah ciptakan), bahwa setiap aksi—baik atau buruk—yang kita lakukan, reaksinya atau akibatnya akan kembali kepada kita sendiri.

“Dia juga menciptakan surga dan neraka sebagai balasan perbuatan kita
Untuk apa ini semua?????
Padahal tanpa makhluk pun Dia tetap Yang Kuasa
Rasa takut, kecewa, sedih, senang, pasti menimpa manusia. Semua terasa seperti hanya permainan-Nya saja”
Dia telah menciptakan surga dan neraka, kehidupan manusia, semesta, dan segala drama kehidupan ini. Dengan begitu teraturnya. Tanpa makhluk pun Dia tetap kuasa. Tapi dengan adanya semua makhluk itu pun juga bukti bahwa Dia kuasa. Sudah menjadi kehendak-Nya, sebagai bukti kekuasaan-Nya, dia ciptakan segala drama kolosal kehidupan ini. Untuk apa semua ini? QS. Al Mulk[67] ayat 2 menjawab, “Allah yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik perbuatannya..”
Dalam ujian itu, ada yang lulus. Ada pula yang gagal. Yang lulus akan masuk surga. Yang gagal akan masuk neraka. Dalam ujian itu, Allah tidak sembarangan. Ia bekali manusia dengan kesempurnaan fisik dan psikisnya. Serta segenap kapasitas dan kapabilitasnya. Terutama akal sehatnya yang luar biasa cerdas itu. Bukan hanya itu, Allah masih memberinya ‘buku panduan’. Al Qur’an namanya. Masih kurang? OK, Allah kirim para rasul-Nya. Masih belum puas? OK, Allah buat hukum kausalitas. Contoh kongkret sehari-hari dalam kehidupan kita sekarang: orang baik dapat akibat baik. Orang buruk dapat akibat buruk. Jelas sekali!
Rasa takut, kecewa, sedih dan senang. Bukankah ini sesuatu yang luar biasa?! Kok bisa sosok yang bernama manusia ini bisa punya rasa takut, kecewa, sedih dan senang?! Bukankah ini sesuatu yang sungguh-sungguh menakjubkan?! Kalau pun ini dianggap sebagai ‘permainan-Nya’, oh sungguh. Ini adalah permainan yang menakjubkan. Ini sudah kehendak-Nya. Sudah takdir-Nya. Kejadian!
Allah meniupkan ruh-Nya kepada manusia. Otomatis sifat-sifat-Nya akhirnya menular kepada manusia. Tentu sesuai dengan kapasitas manusia. Allah Maha Mengasihi. Manusia pun lantas bisa mengasihi. Allah punya sifat Menyayangi. Menular kepada manusia yang juga bisa menyayangi. Allah Maha Melihat. Manusia bisa melihat. Allah Maha Mendengar. Manusia lantas bisa mendengar. Dan seterusnya.

“Apakah Allah menganggap manusia hanya boneka????”
Boneka adalah benda mati. Ia tidak punya kehendak. Tak punya pilihan. Nasibnya seratus persen apa kata tuannya. Mau dibuang atau disayang, terserah semau pemiliknya.
Allah tidak menciptakan manusia seperti itu. Beda 180 derajat. Manusia dibekali kehendak. Manusia dibekali otak dan hati sehingga bisa berakal. Manusia punya pilihan. Bahkan mau masuk surga atau neraka pun, tergantung pilihannya sendiri. Apalagi soal yang ‘remeh-remeh’ lainnya. “Yang mau beriman, silakan berman. Yang mau kafir (ingkar), silakan kafir,” (18:29).
Sejak awal, Allah menyatakan sendiri bahwa Dia memuliakan manusia. “Sungguh Kami muliakan keturunan Adam,” (17:70). Dia juga tegaskan, “Sungguh Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik kejadian,” (95:4).
Dari pernyataan-pernyataan Allah di atas pun kita faham bahwa Allah melibatkan manusia dalam mewujudkan kehendak-Nya. Berulang kali dia menggunakan kata ‘Kami’. Ini berarti Allah melibatkan pihak lain. Untuk memintarkan, Allah melibatkan guru misalnya. Untuk menyehatkan, melibatkan dokter. Seterusnya, melibatkan arsitek, melibatkan petani, pengusaha, pembeli, dan para ahli di bidang masing-masing semisalnya.
Desain penciptaan manusia adalah khalifah-Nya. Alias partner-Nya. Kita ini adalah para hamba-Nya. Sekaligus pada andalan-Nya. Untuk mewujudkan drama kolosal kehidupan sesuai rencana-Nya. Dengan melibatkan pihak lain itu, sekali lagi, tidak berarti dia tak kuasa. Tapi sudah mau-Nya Dia seperti itu. Sudah rule game of life seperti ini.

Apakah Allah kesepian jika tak ada makhluk???
Semua eksistensi ini berasal dari-Nya. Awal eksistensi itu tidak ada. Kemudian diadakan. Dan nanti akan kembali tidak ada lagi. Semuanya kelak akan lenyap dan berakhir kembali kepada-Nya. Nanti yang ada hanya tinggal Dia saja (28:88).
Allah tak pernah kesepian. Karena ia memang tidak butuh makhluk. Ia sudah Maha Kuat. Yang merasa kesepian itu kita, manusia. Kenapa merasa kesepian? Karena kita butuh orang lain. Karena kita lemah. Butuh orang tua, pasangan hidup, anak-anak, tetangga, dan seterusnya.
QS. Al Baqarah[2]: 255
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahuai apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

~ Salam ~
 
IG        : saifulislam_45
FB       : Berpikir Bersikap Beraksi
 : Ahmad Saiful Islam
Twitter : @tipkemenangan
: @MotivasiAyat
Blog    : tipkemenangan.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...