Negeri
ini pernah dihajar oleh bencana bertubi-tubi dengan ratusan ribu jiwa dan harta
benda yang tak terkira. Mulai dari gempa dan tsunami Aceh di akhir tahun 2004,
disusul ancaman gunung Merapi, disusul lagi gempa dan tsunami di Yogyakarta,
diteruskan dengan banjir bandang di berbagai wilayahnya, meluapnya lumpur di
Sidoarjo, dan sejumlah gempa lainnya di berbagai kawasan. Yang terbaru, gempa
di NTB, di Palu, dan di Jatim.
Ada
pendapat bahwa Indonesia sedang diperingatkan oleh Allah agar segera menyadari
berbagai kesalahan yang telah kita perbuat. Mulai dari korupsi, mafia
peradilan, penyalahgunaan kekuasaan, pornografi, perjudian, narkoba, pelacuran
dan berbagai penyimpangan seksual, serta segala jenis kemaksiatan lainnya.
Ada
pula yang menyatakan bahwa bencana-bencana yang kita alami itu tak ada
kaitannya dengan murka Allah. Ini semata-mata adalah konsekuensi logis dari
wilayah Indonesia yang berada di pertemuan lempeng-lempeng bumi, Eurasia,
Australia, dan Pasific.
Karena
berada di pertemuan tiga lempeng besar tersebut, maka wilayah Indonesia menjadi
tidak stabil. Sehingga gampang terkena gempa tektonik. Dan juga banyak memiliki
gunung-gunung berapi aktif.
Menurut
laporan WALHI, antara tahun 1998 sampai dengan 2003 saja, Indonesia diterpa
bencana sebanyak 647 kali. Sebagian besarnya adalah banjir dan tanah longsor.
Masing-masing sebanyak 302 kejadian banjir dan 245 tanah longsor. Tersebar
mulai dari kota-kota di pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara sampai
Maluku.
Berikutnya
adalah bencana angin topan sebanyak 46 kali, gempa bumi 38 kali, dan gunung
berapi 16 kali. Seluruh bencana itu memakan korban jiwa sebanyak lebih dari 2.000 orang. Juga
kerugian material ratusan miliar rupiah. Belum lagi sepanjang tahun 2003-2004,
lantas terus sampai sekarang 2018.
Ada
yang mengatakan bahwa bencana itu ada yang bisa dimenej, dikendalikan. Ada pula
yang tidak bisa dikontrol. Diantara yang bisa dikendalikan itu adalah banjir,
tanah longsor, kebakaran hutan, kekeringan, dan kekacauan musim. Sedangkan yang
tidak bisa dikontrol adalah gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan angin
topan.
Jadi,
ternyata berbagai bencana yang menimpa negeri ini sebagian besarnya adalah
bencana-bencana yang seharusnya bisa dikontrol. Tampak, 85% bencana di
Indonesia adalah disebabkan oleh salah urus, korupsi, keserakahan, dan
perusakan lingkungan. Hanya 15% yang di luar kontrol manusia. Itu pun, sama
sekali tak terlepas dari perilaku manusia dalam memanajemeni planet bumi ini.
Ada
yang mengusulkan, sejatinya Indonesia bisa mengontrol dan menekan sebagian besar
bencana yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang. Yaitu dengan menerapkan
manajemen pengelolaan bencana secara maksimum. Katanya lagi, banyak di antara
kita tidak mau. Terutama mereka yang berada di lingkaran strategis pembuat
keputusan.
Kita
harus segera menghentikan rentetan bencana di negeri ini. Allah telah
menunjukkan caranya. Yaitu segera hentikan berbuat kerusakan. Di abad modern
ini kita sudah maklum bahwa kerusakan lingkungan hidup akan menjerumuskan kita
semua pada bencana.
“Dan
janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah
membuat kerusakan di bumi.” (QS. Asy Syu’ara[26]: 183)
Yang
paling parah adalah kerusakan hutan habis-habisan. Kedua, penambangan liar dan
lepas kontrol. Yang ketiga, polusi alias pencemaran edan-edanan, baik di
perairan, daratan maupun udara. Ke empat, adalah tataguna dan tata kelola ruang
perkotaan atau pedesaan. Dan terakhir, perbaiki akhlak bangsa ini agar
menyembah dan mentaati petunjuk-petunjuk Allah.
Jika
tidak, bangsa Indonesia bakal semakin sulit untuk lepas dari terpaan bencana
bertubi-tubi. Dulu dililit bencana penjajahan. Lalu berganti dengan bencana
politik. Dilanjutkan dengan bencana ekonomi. Lantas kini dihajar dengan bencana
alam.
“Dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik.
Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat
Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”
(QS. Al A’raf[7]: 56)
Ayat
itu mengajarkan kita agar segera menahan diri untuk terus berbuat kerusakan. Sebab
sebenarnya, Allah sedang mengembalikan lingkungan hidup kita dalam
keseimbangannya kembali. Berdoalah kepada Allah dengan penuh harap. Maka Allah
akan segera melepaskan kita dari bencana bertubi-tubi ini. Asalkan, kita
memperbanyak berbuat kebajikan. Yaitu memperbaiki akhlak bangsa ini dan bekerja
keras untuk memanajemeni lingkungan yang sudah kocar-kacir.
~ Salam ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar