Jumat, 12 Oktober 2018

KOK BENCANA TERUS


Negeri ini pernah dihajar oleh bencana bertubi-tubi dengan ratusan ribu jiwa dan harta benda yang tak terkira. Mulai dari gempa dan tsunami Aceh di akhir tahun 2004, disusul ancaman gunung Merapi, disusul lagi gempa dan tsunami di Yogyakarta, diteruskan dengan banjir bandang di berbagai wilayahnya, meluapnya lumpur di Sidoarjo, dan sejumlah gempa lainnya di berbagai kawasan. Yang terbaru, gempa di NTB, di Palu, dan di Jatim.
Ada pendapat bahwa Indonesia sedang diperingatkan oleh Allah agar segera menyadari berbagai kesalahan yang telah kita perbuat. Mulai dari korupsi, mafia peradilan, penyalahgunaan kekuasaan, pornografi, perjudian, narkoba, pelacuran dan berbagai penyimpangan seksual, serta segala jenis kemaksiatan lainnya.
Ada pula yang menyatakan bahwa bencana-bencana yang kita alami itu tak ada kaitannya dengan murka Allah. Ini semata-mata adalah konsekuensi logis dari wilayah Indonesia yang berada di pertemuan lempeng-lempeng bumi, Eurasia, Australia, dan Pasific.
Karena berada di pertemuan tiga lempeng besar tersebut, maka wilayah Indonesia menjadi tidak stabil. Sehingga gampang terkena gempa tektonik. Dan juga banyak memiliki gunung-gunung berapi aktif.
Menurut laporan WALHI, antara tahun 1998 sampai dengan 2003 saja, Indonesia diterpa bencana sebanyak 647 kali. Sebagian besarnya adalah banjir dan tanah longsor. Masing-masing sebanyak 302 kejadian banjir dan 245 tanah longsor. Tersebar mulai dari kota-kota di pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Nusa Tenggara sampai Maluku.
Berikutnya adalah bencana angin topan sebanyak 46 kali, gempa bumi 38 kali, dan gunung berapi 16 kali. Seluruh bencana itu memakan korban  jiwa sebanyak lebih dari 2.000 orang. Juga kerugian material ratusan miliar rupiah. Belum lagi sepanjang tahun 2003-2004, lantas terus sampai sekarang 2018.
Ada yang mengatakan bahwa bencana itu ada yang bisa dimenej, dikendalikan. Ada pula yang tidak bisa dikontrol. Diantara yang bisa dikendalikan itu adalah banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, kekeringan, dan kekacauan musim. Sedangkan yang tidak bisa dikontrol adalah gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan angin topan.
Jadi, ternyata berbagai bencana yang menimpa negeri ini sebagian besarnya adalah bencana-bencana yang seharusnya bisa dikontrol. Tampak, 85% bencana di Indonesia adalah disebabkan oleh salah urus, korupsi, keserakahan, dan perusakan lingkungan. Hanya 15% yang di luar kontrol manusia. Itu pun, sama sekali tak terlepas dari perilaku manusia dalam memanajemeni planet bumi ini.
Ada yang mengusulkan, sejatinya Indonesia bisa mengontrol dan menekan sebagian besar bencana yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang. Yaitu dengan menerapkan manajemen pengelolaan bencana secara maksimum. Katanya lagi, banyak di antara kita tidak mau. Terutama mereka yang berada di lingkaran strategis pembuat keputusan.
Kita harus segera menghentikan rentetan bencana di negeri ini. Allah telah menunjukkan caranya. Yaitu segera hentikan berbuat kerusakan. Di abad modern ini kita sudah maklum bahwa kerusakan lingkungan hidup akan menjerumuskan kita semua pada bencana.
“Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah membuat kerusakan di bumi.” (QS. Asy Syu’ara[26]: 183)
Yang paling parah adalah kerusakan hutan habis-habisan. Kedua, penambangan liar dan lepas kontrol. Yang ketiga, polusi alias pencemaran edan-edanan, baik di perairan, daratan maupun udara. Ke empat, adalah tataguna dan tata kelola ruang perkotaan atau pedesaan. Dan terakhir, perbaiki akhlak bangsa ini agar menyembah dan mentaati petunjuk-petunjuk Allah.
Jika tidak, bangsa Indonesia bakal semakin sulit untuk lepas dari terpaan bencana bertubi-tubi. Dulu dililit bencana penjajahan. Lalu berganti dengan bencana politik. Dilanjutkan dengan bencana ekonomi. Lantas kini dihajar dengan bencana alam.
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Al A’raf[7]: 56)
Ayat itu mengajarkan kita agar segera menahan diri untuk terus berbuat kerusakan. Sebab sebenarnya, Allah sedang mengembalikan lingkungan hidup kita dalam keseimbangannya kembali. Berdoalah kepada Allah dengan penuh harap. Maka Allah akan segera melepaskan kita dari bencana bertubi-tubi ini. Asalkan, kita memperbanyak berbuat kebajikan. Yaitu memperbaiki akhlak bangsa ini dan bekerja keras untuk memanajemeni lingkungan yang sudah kocar-kacir.

~ Salam ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...