Semua
bencana yang terjadi di bumi kita ini, tidak terjadi dengan sendirinya. Selalu
ada sebab musababnya. QS. Al Ankabut[29] ayat 40 di bawah ini bisa menjadi
refleksi.
“Maka
masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya. Maka di antara mereka
ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada
yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami
benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan. Dan
Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri.”
Antar
komponen struktur bumi ini saling mempengaruhi. Itulah sistem tertutup yang
Allah ciptakan. Semuanya saling terkait membentuk keseimbangan. Sekecil apa pun
perubahan yang terjadi, menyebabkan pergeseran pada komponen yang lain.
Saling
terkait seperti sebuah jala ikan yang dibentangkan kencang. Jika salah satu
benang pada jala itu ada yang putus, maka akan terjadi perubahan bentuk secara
keseluruhan. Begitulah kondisi bumi.
Contoh
kongkretnya adalah gempa. Gempa yang pernah menimpa Aceh misalnya, telah
menimbulkan ketidakstabilan pada wilayah berikutnya. Maka, beberapa waktu
kemudian, gempa tersebut merembet ke sepanjang pantai selatan pulau Jawa. Terus
bergerak sampai ke Indonesia Timur.
Pola
itu bisa kita lihat juga pada gempa yang terjadi di Lombok, NTB baru-baru ini.
Dengan korban meninggal dunia mencapai 436 jiwa. Tak lama kemudian, terjadi lagi
gempa yang lebih besar di Palu, Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah yang meminta
korban 2.045 jiwa. Lantas merembet ke Jawa Timur, tepatnya di Situbondo.
Menewaskan 3 orang.
Dalam
sejarah bencana tsunami dunia, kawasan lautan Hindia pada dasarnya bukan
termasuk kawasan yang rawan tsunami. Justru kawasan lautan Pasifik yang paling
sering. Kemudian Atlantik. Karenanya, sistem deteksi tsunami di kawasan ini
tertata dengan baik. Negara-negara di kawasan lautan Hindia merasa tidak perlu
memasang alat berharga jutaan dolar itu, sebab dianggap tidak efektif. Tapi
anehnya, ternyata di kawasan inilah justru muncul gelombang tsunami terbesar
dalam sejarah manusia yang paling mengerikan. Ya, gempa Aceh Desember 2004 itu
memakan korban lebih dari 280 ribu jiwa.
Kebanyakan
bencana tsunami lainnya terjadi di wilayah Pasifik. Tahun 1782 terjadi
gelombang tsunami di Laut China Selatan yang menelan korban jiwa 40.000 orang,
serta ribuan rumah hancur. Pada 1883 muncul tsunami akibat letusan gunung
Krakatau yang korbannya lebih dari 36.500 jiwa. Tahun 1868 bencana yang sama
melibas Chilie dan menewaskan sekitar 25.000 orang.
Meski
begitu, pantai di wilayah Atlantik pun pernah diterjang oleh tsunami. Tepatnya
pada 1775 terjadi gempa bumi di Lisbon. Gempa ini menyebabkan tsunami yang
menghajar pantai Portugal, Spanyol dan Afrika Utara. Korbannya tak kurang dari
60.000 orang. Gelombangnya mencapai ketinggian 7 meter di laut Karibia.
Daerah
itu beberapa kali dihantam tsunami. Tapi dalam skala yang lebih kecil. Sejak
1498 terjadi 37 kali tsunami yang menelan korban sekitar 9.500 orang. Tsunami
besar lainnya muncul dengan gelombang raksasa pada tahun 1999 di laut Marmara,
dekat Turki setelah gempa Izmit.
Bagaimana
dengan polusi? Ya, polusi di suatu wilayah pun akan sangat berpengaruh pada
kualitas atmosfer bumi secara keseluruhan. Ketika hutan Kalimantan terbakar,
asapnya menyengsarakan tak hanya orang Kalimantan. Tapi juga semua negara
tetangga.
Saat
gunung Krakatau meletus tahun 1883, selain memunculkan tsunami yang menelan
korban 36.500 jiwa di pantai ujung barat pulau Jawa, asapnya membumbung tinggi
sampai terlihat dari daratan Eropa dan Amerika.
Ketika
penduduk bumi banyak yang menggunakan gas Freon dan pengisi tabung semprot
dengan gas perusak Ozon, maka lapisan ozon di bagian atas atmosfer rusak.
Diamati dari luar angksa, lapisan Ozon di atas kutub selatan menjadi lubang
sangat besar.
Dampak
pemanasan global tersebut menjadi merembet. Yaitu, pergeseran mekanisme iklim
di bumi. Pergerakan angin menjadi lebih liar dari biasanya. Hawa panas dan
dingin lebih sering muncul di wilayah-wilayah empat musim sehingga memakan
korban lebih banyak. Mekanisme hujan pun menjadi kacau. Sehingga menimbulkan
berbagai banjir bandang dalam skala luas.
~
Salam ~
IG : saifulislam_45
FB : Berpikir Bersikap Beraksi
: Ahmad Saiful Islam
Twitter
: @tipkemenangan
:
@MotivasiAyat
Blog : tipkemenangan.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar