Rabu, 28 November 2018

PEMIMPIN NON MUSLIM YANG BAIK


PERINGATAN MAULID 13 – 1440 H

Mengetahui penyiksaan yang dialami pengikutnya, Nabi bersabda, “Jika kalian pergi ke negeri Abyssinia, di sana kalian akan dapati seorang raja yang adil dan bijaksana. Suatu negeri yang kalian bebas dan leluasa dalam beragama. Sampai suatu saat Allah memberikan jalan yang dapat menghindarkan penderitaan yang kalian tanggung sekarang ini.” Beberapa sahabat beliau pun berangkat ke Abyssina.
Para pengungsi itu sekitar delapan puluh orang, selain anak kecil. Mereka disambut baik di Abyssinia. Diberi kebebasan penuh untuk beribadah. Mereka tidak berangkat bersamaan. Tetapi secara rahasia dan per kelompok kecil.
Para pemimpin Quraisy tidak membiarkan pengungsi itu tenang di Abyssinia. Mereka lalu menyiapkan sejumlah hadiah berharga bagi orang-orang Abyssinia. Kerajinan kulit yang mereka hadiahkan cukup untuk menyuap semua jenderal Negus. Ada pula hadiah lain yang berlimpah. Kemudian dengan hati-hati mereka memilih dua orang utusan. Salah satunya adalah Amr ibn al Ash, dari Bani Abd al Syam.
Kaum Qurasiy mendekati setiap jenderal secara terpisah, memberinya hadiah, sambil berkata, “Beberapa pria dan wanita bodoh dari kaum kami telah melarikan diri ke kerajaan ini. Mereka telah meninggalkan agama mereka. Bukan untuk memeluk agama Anda, tapi agama yang mereka ciptakan, yang tak Anda maupun kami kenal. Para pemuka kaum mereka telah mengutus kami kepada raja Anda agar beliau berkenan memulangkan mereka. Maka, ketika kami menuturkan tentang mereka kepada beliau, nasihatilah beliau untuk menyerahkan mereka kepada kami tanpa menanyakan apa pun terhadap mereka. Karena kaum mereka melihat yang terbaik bagi mereka.”
Semua jenderal setuju. Dua utusan Quraisy itu pun memberikan hadiah kepada Negus, dan menambahkan, “Para pemuka kaum mereka, yang juga ayah, paman, dan kerabat mereka, memohon kepadamu agar mereka dikembalikan.”
Para jenderal itu hadir di pertemuan tersebut. Mereka serentak mendesak Negus agar permintaan kedua utusan itu dipenuhi. Namun Negus tidak berkenan dan berkata, “Tidak! Demi Tuhan. Mereka tidak boleh dikhianati. Mereka tidak akan aku serahkan, sebelum aku memanggil mereka dan menanyakan perihal mereka seperti yang dikemukakan utusan ini.”
“Jika memang benar seperti yang dikatakan,” lanjut Negus, “maka mereka akan kuserahkan untuk dibawa kembali kepada kaum mereka masing-masing. Tapi jika tidak, aku akan menjadi pelindung yang baik selama mereka meminta perlindunganku.”
Negus kemudian memanggil para sahabat Nabi itu. Pada saat yang sama, ia mengumpulkan para pendetanya. Para pendeta ini membawa kitab-kitab suci mereka yang diletakkan di sekitar kursi raja. Amr dan rekannya berusaha mencegah pertemuan Negus dan para pengungsi tersebut.
Orang Abyssinia adalah penganut Kristen. Banyak yang saleh. Mereka telah dibaptis, menyembah Tuhan yang satu, dan melaksanakan dengan khusyuk sakramen di Eucharist. Para pendeta itu kagum ketika mereka tahu bahwa para pengungsi itu lebih mirip mereka dibanding utusan Quraisy yang telah lebih dulu menghadap.
Tidak semua Nabi haruskan berhijrah. Keluarga Utsman sempat akan membatalkan kepergiannya, namun Nabi mengizinkannya pergi dan membawa serta Ruqayyah. Kehadiran mereka menjadi sumber kekuatan bagi masyarakat di pengasingan itu. Pasangan lainnya adalah Ja’far dan istrinya, Asma. Keduanya sangat dilindungi oleh Abu Thalib. Dan Ja’far menjadi juru bicara yang fasih. Kepribadiannya juga paling unggul.
Suatu hari Nabi pernah berkata kepada Ja’far, “Engkau mirip denganku dalam penambilan dan karakter.” Nabi memilih Ja’far untuk memimpin para pengungsi itu. Daya tarik serta kecerdasannya diperkuat oleh Mush’ab dari Abd al Dar—pemuda yang dipercaya Nabi untuk sebuah misi penting karena bakat alamiah yang dimilikinya.
Orang terkenal berikutnya adalah pemuda Bani Makhzum, Syammas—ibunya adalah saudara Utbah. Namanya yang berarti, ‘petugas gereja Kristen’, disandangkan kepadanya karena Mekah pernah dikunjungi tokoh Kristen yang terhormat dengan jabatan itu—lelaki sangat tampan yang menimbulkan kekaguman. Lantas Utabah berkata, “Akan kutunjukkan kepadamu seorang Syammas yang lebih tampan darinya. Lalu ia pergi membawakan keponakannya itu ke hadapan mereka.
Saat itu, Zubayr, putra Shafiyyah, juga hadir. Begitu juga para sepupu Nabi yang lain: Thulayb putra Arwa, dua putra Umaymah, Abd Allah ibn Jahsy dan Ubaydillah serta isterinya, Umm Habibah; serta dua putra Barrah, Abu Salamah dan Abu Sabrah—keduanya beserta isteri masing-masing. Umm Habibah adalah wanita tercantik di antara para pengungsi pertama ini.
Setelah mereka berkumpul semua, Negus berkata kepada mereka, “Agama apa yang membuat kalian berpisah dari kaum kalian, sedangkan kalian tidak memeluk agamaku, juga tidak memeluk agama suku-suku di sekitar kami?”
Ja’far menjawab, “Wahai Raja! Dulu, kami adalah orang-orang jahiliah, menyembah berhala-berhala, memakan daging yang najis, melakukan maksiat, dan pihak yang kuat menerkam yang lemah. Begitulah kami sampai Allah mengutus seorang rasul dari kalangan kami, seorang yang garis keturunannya kami ketahui, juga kejujuran, integritas, dan penghargaannya terhadap kebenaran.
“Ia mengajak kami kepada Allah, bersaksi akan keesaan-Nya, menyembah-Nya, dan meninggalkan batu-batu serta berhala-berhala yang kami dan orang tua kami sembah. Ia memerintahkan kami untuk berkata benar, memenuhi janji, menghormati ikatan kekerabatan, dan hak-hak tetangga kami. Ia melarang kami melakukan kejahatan dan pertumpahan darah. Karenanya, kami hanya menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, menjauhi apa yang diharamkannya dan melakukan apa yang dibolehkan-Nya.
“Karena alasan ini kamu kami menentang dan menyiksa kami agar murtad dari agama kami dan tidak lagi menyembah Allah serta kembali menyembah berhala. Karena itu juga kami datang ke negeri Tuan, memilih Anda dari yang lain. Dan kami puas dengan perlindungan Anda. Harapan kami, wahai raja, di sini, bersamamu, kami tidak diperlakukan sewenang-wenang.”
Penerjemah kerajaan menerjemahkan semua perkataan Ja’far. Negus kemudian bertanya apakah ada wahyu ilahi yang dibawa nabi mereka. Saat Ja’far mengiyakan, Negus berkata, “Bacakanlah kepadaku!” Segera Ja’far membaca sebagian Surah Maryam, yang baru diturunkan—tidak lama sebelum keberangkatan mereka seperti berikut.
QS. Maryam[19]: 16-21
Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Alquran, Yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus ruh Kami (Jibril) kepadanya. Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata, "Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.” Ia (Jibril) berkata, "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” Maryam menjawab, "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!" Jibril berkata, "Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, "Hal itu adalah mudah bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan.”
Negus menangis. Begitu juga para pendetanya, saat mendengarnya. Mereka menangis kembali saat ayat itu diterjemahkan. “Ini benar-benar berasal dari sumber yang sama seperti yang dibawa oleh Yesus,” kata Negus. Kemudian ia berkata kepada para utusan Quraisy, “Engkau boleh pergi! Karena demi Tuhan, aku tidak akan menyerahkan mereka kepadamu. Mereka tidak boleh dikhianati.”
Tapi ketika kedua utusan itu keluar dari istana, Amr berkata kepada temannya, “Besok akan aku ceritakan kepada Negus suatu hal yang dapat menghancurkan kemakmuran mereka ini sampai ke akar-akarnya. Aku akan mengatakan kepadanya bahwa mereka menyebut Yesus putra Maryam adalah seorang hamba.” Maka, keesokan paginya ia menghadap Negus dan berkata, “Wahai Raja! Mereka telah mengucapkan kebohongan besar tentang Yesus putra Maryam. Panggillah mereka dan tanyakan apa yang mereka katakana tentang Yesus.
Karena itu, para pengungsi itu dipanggil kembali untuk menghadap Negus dan menceritakan kepadanya pendapat mereka tentang Yesus. Mereka serta-merta cemas karena persoalan seperti ini tidak pernah mereka alami. Mereka saling berkonsultasi satu sama lain tentang jawabannya, meskipun mereka semua tahu bahwa mereka tidak punya pilihan lain selain mengatakan apa yang telah Allah firmankan.
Ketika para pengungsi tersebut masuk istana, dan pertanyaan itu ditujukan kepada mereka, “Apa yang kalian katakan tentang Yesus putra Maryam?” Ja’far menjawabnya dengan baik bahwa Yesus adalah hamba sekaligus rasul-Nya. Setelah mendengar jawaban tersebut, Negus mengizinkan mereka pergi sesuka hati sekaligus menjamin keamanan mereka di negeri itu. Ia pun tidak menerima hadiah dari Amr dan temannya. Lantas keduanya kembali ke Mekah dengan rasa malu.

~ Salam ~

IG        : saifulislam_45
FB       : Berpikir Bersikap Beraksi
 : Ahmad Saiful Islam
Twitter : @tipkemenangan
 : @MotivasiAyat
Blog    : tipkemenangan.blogspot.com

Untuk pertanyaan, diskusi, dan lain-lain, silakan di kolom comment. Terimakasih…





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...