Selasa, 13 November 2018

TERPESONA KEINDAHAN ALQURAN DAN PENYAMPAINYA


Peringatan Maulid (5 – 1440 Hijriyah)
  
Di awal-awal Islam itu, para sahabat Nabi shalat berjamaah dengan sembunyi-sembunyi. Biasanya di lembah sempit di luar Mekah. Suatu hari, segerombolan orang musyrik tiba-tiba datang untuk menghalangi mereka shalat tersebut. Terjadilah perkelahian. Sa’ad dari Zuhrah memukul salah seorang kafir dengan pelana unta dan melukainya.
Itu merupakan pertumpahan darah pertama dalam Islam. Setelah kejadian ini, mereka lebih memilih untuk menahan diri. Tidak melakukan kekerasan, sampai Allah memerintahkan. Alasannya, Allah senantiasa menyuruh Nabi untuk bersabar. Mereka pun patuh.
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka katakan. Dan jauhilah mereka dengan cara yang baik (QS.73:10)” Selain ayat ini, Allah juga berfirman, “Karena itu berilah tangguh orang-orang kafir itu meski sebentar (QS.86:17)”
Beberapa pemimpin Quraisy menghampiri paman Nabi, Abu Thalib. Mereka meminta agar menghentikan aktivitas keponakannya itu. “Hai Abu Thalib! Engkau memiliki kedudukan yang tinggi dan terhormat di antara kami. Dan kami pun telah meminta kepadamu untuk menghentikan ponakanmu itu. Tapi engkau diam saja. Demi Tuhan. Kami tidak rela ayah kami dihina, cara kami diolok-olok, dan tuhan kami dicaci-maki. Suruhlah dia berhenti, atau kami akan memerangi kalian berdua!”
Dengan berat hati, Abu Thalib mengirim pesan tentang ancaman Quraisy itu kepada ponakannya. “Wahai putra saudaraku. Janganlah engkau bebankan kepadaku apa yang aku tak sanggup menanggungnya.” Nabi pun menjawab, “Aku bersumpah demi Tuhan! Sekalipun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tak akan meninggalkan dakwah ini sampai Allah memenangkannya atau aku terbunuh karenanya.”
Setelah menyatakan itu, Nabi pun berbalik hendak pergi. Namun pamannya memanggilnya kembali. “Lanjutkanlah. Dan katakanlah apa yang engkau inginkan. Karena demi Tuhan, apa pun alasannya, aku tidak akan pernah meninggalkanmu.”
Meski tak membuahkan hasil, Quraisy tak mudah menyerang Nabi. Sebab, sebagai pemimpin kabilah, sang paman memiliki kekuasaan untuk memberi perlindungan. Di Mekah itu, hak-hak pemimpin sangat dihormati. Mereka malah menyusun barisan untuk menganiaya para pemeluk Islam yang lain yang tak memiliki pelindung.
Musim haji segera tiba. Quraisy khawatir tuhan-tuhan mereka akan dicaci maki oleh Nabi Muhammad dan para pengikutnya. Sangat tidak menguntungkan mereka. Bukan hanya dari sisi perdagangan, tapi juga kehormatan Quraisy yang selama ini dikenal sebagai penjaga Tanah Suci. Mereka memberi tahu para peziarah, bahwa Nabi Muhammad bukan wakil mereka. Namun, para peziarah tersebut malah semakin tertarik mendengarkan dakwah Nabi.
Sebagian Quraisy mengusulkan supaya Nabi Muhammad disebut sebagai dukun, orang gila, penyair, dan yang lain mengusulkan sebagai tukang sihir. Mereka meminta pertimbangan dari orang yang sangat berpengaruh saat itu, bernama Walid puntra Mughirah: mana dari julukan-julukan tersebut yang paling pas untuk Nabi Muhammad.
Awalnya Walid menolak. Tapi setelah berpikir keras, ia memutuskan bahwa meski Nabi Muhammad tidak cocok dengan semua julukan itu, ia memiliki satu hal yang sama dengan yang dianggap penyihir: ia memiliki kekuatan yang bisa memisahkan anak dari ayahnya, atau dari saudaranya, atau isteri, atau keluarga secara umum. Karena itu Walid menganjurkan mereka agar menyebarkan tuduhan bahwa Nabi Muhammad adalah tukang sihir.
Sepangjang jalan menuju Mekah, harus dijaga. Para peziarah itu mesti diprovokasi supaya waspada kepada Nabi Muhammad. Sebab Quraisy benar-benar tahu—berdasar pengalaman mereka—Nabi Muhammad bisa memikat orang-orang yang melihatnya. Sebelum mulai berdakwah, Muhammad sudah terbukti menjadi sosok yang paling dicintai di Mekah. Lidahnya begitu fasih dan kehadirannya senantiasa menebarkan aura kemuliaan!
Ada seorang perampok jalanan dari Bani Ghifar yang bernama Abu Dzarr. Sebuah suku yang tinggal di barat-laut Mekah, tak jauh dari Laut Merah. Abu Dzarr mendengar kabar tentang Nabi dan perlawanan kepada beliau. Meski perampok, Abu Dzarr ini beriman kepada keesaan Tuhan. Ia tak mau hormat pada berhala. Karena mendapat kabar dari saudaranya, Unays, bahwa ada Nabi yang mendakwahkan keesaan Tuhan, Abu Dzarr langsung tertarik.
Abu Dzarr pun berangkat ke Mekah. Ia langsung menuju rumah Nabi dan mendapati beliau sedang berbaring di serambi rumah dengan wajah ditutupi jubah. Ia pun membangunkan Nabi dan mengucapkan selamat pagi. “Alaikum salam…,” jawab Nabi.
“Lantunkanlah ucapanmu,” kata Abu Dzaar.
“Aku bukan seorang penyair,” jawab Nabi lagi. “Tapi yang kuucapkan adalah Alquran. Dan Alquran itu bukanlah ucapanku. Melainkan firman Allah.”
“Bacakanlah kepadaku,” pinta Abu Dzarr. Nabi pun lantas membacakan sebuah surat kepadanya. Saat itu juga Abu Dzarr bersyahadat, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya.”
Kebanyakan orang-orang Bani Ghifar adalah perampok. Setelah mengajarkan Islam kepada Abu Dzarr, Nabi pun menyuruhnya untuk kembali ke kaumnya dan menunggu perintahnya. Akhirnya banyak orang yang masuk Islam melalui Abu Dzarr. Abu Dzarr pun tetap menjadi perampok. Ia merampok Quraisy. Namun, kalau Quraisy itu mau bersyahadat, Abu Dzarr akan mengembalikan harta mereka.
Persentuhan dengan Nabi, juga membuat Bani Daws—sebuah suku di pinggiran sebelah barat—berislam. Thufayl, salah seorang Daws, adalah penyair yang cerdas. Awalnya ia tak mau mendengarkan Nabi. Sampai menyumpal telinganya dengan bahan katun. Namun akhirnya, Thufayl sangat terpesona dengan keindahan Alquran. Lantas, ia menyatakan keimanannya.
“Kembalilah engkau kepada kaummu. Ajaklah mereka masuk Islam. Dan berlaku baiklah kepada mereka.” Instruksi Nabi itu dilaksanakan betul oleh Thufayl. Tahun demi tahun, semakin banyak keluarga Daws yang masuk Islam.

~ Salam ~

IG        : saifulislam_45
FB       : Berpikir Bersikap Beraksi
 : Ahmad Saiful Islam
Twitter : @tipkemenangan
 : @MotivasiAyat
Blog    : tipkemenangan.blogspot.com

Untuk pertanyaan, diskusi, dan lain-lain, silakan di kolom comment. Terimakasih…





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...