Yang
mengucapkan kalimat syahadat terus bertambah. Kebanyakan dari kalangan budak,
bekas budak, warga Quraisy pinggiran, atau pemuda Quraisy lembah dari keluarga
berpengaruh. Setiap kali mereka menghadap Nabi, membuat orang tua dan para
pemuka kaumnya murka.
Abd
al Rahman, Hamzah, dan Arqam adalah pengecualian, meski ketiganya bukan termasuk
pemuka. Nabi sangat berharap dapat menundukkan para pemukanya. Jika beliau
didukung oleh orang seperti paman Abu Jahl, Walid—bukan hanya kepala Bani
Makhzum, tapi juga pemimpin informal Quraisy—maka akan sangat membantu misinya.
Walid
lebih terbuka diajak berdiskusi dibanding lainnya. Suatu hari, Nabi sempat
berbicara empat mata dengan Walid. Sayang, saat sampai pada percakapan serius,
seorang lelaki buta lewat—ia baru saja masuk Islam. Ia memohon Nabi untuk
membacakan beberapa ayat Alquran. Ketika diminta untuk bersabar dan menunggu
saat yang tepat, orang buta itu terus mendesak sampai Nabi bermuka masam dan
berpaling.
Percakapannya
dengan Walid tersebut tidak membuahkan hasil, meski tanpa interupsi orang buta
itu. Walid tidak lebih terbuka menerima dakwah daripada orang yang tampaknya
tak berdaya tersebut.
Seketika
itu juga firman baru turun. Dimulai dengan kalimat, “Ia bermuka masam dan
berpaling. Karena seorang buta datang kepadanya.” Kemudian berlanjut, “Adapun
orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal, bukanlah
kesalahanmu jika ia tidak menyucikan diri (beriman). Sedangkan orang yang
datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), ia takut
kepada Allah. Dan kamu mengabaikannya (QS.80:1-2, 5-10).”
Tak
lama setelah peristiwa itu, Walid membanggakan dirinya sendiri. “Mengapa wahyu
diturunkan kepada Muhammad, bukannya kepadaku? Bukankah aku pemimpin Quraisy
dan tokoh mereka? Mengapa wahyu itu tidak diturunkan kepadaku atau kepada Abu
Mas’ud, penguasa Tsaqif? Bukankah kami berdua adalah dua orang besar dari dua
kota?”
Reaksi
Abu Jahl tak kalah pongahnya. Lebih garang. “Kami dan keturunan Abd Manaf
saling bersaing memperoleh kehormatan. Mereka memberikan makanan, kami pun
memberikan makanan. Mereka memikul beban orang lain, kami pun melakukannya. Mereka
memberi, kami pun memberi.
“Sampai
ketika kami berada pada posisi yang sama, lutut sama lutut, seperti dua kuda
betina dalam sebuah perlombaan, lantas mereka berkata, ‘Salah seorang dari kami
adalah nabi; wahyu dari langit diturunkan kepadanya!’ Lantas, kapan kami akan
memperoleh kesempatan seperti ini? Demi Tuhan, kami tidak akan pernah percaya
kepadanya. Kami tidak akan pernah mengakuinya sebagai pembawa kebenaran.”
Sementara
Utbah dari Bani Abd al Syams, tanggapannya tidak begitu sengit. Meski hampir sama
tak wajarnya. Suatu saat ia berdebat dengan Abu Jahl tentang kenabian Muhammad.
Nabi mendengarnnya, kemudian menghampiri keduanya, “Hai Utbah. Engkau berdebat
bukan untuk membela Tuhan. Juga bukan demi rasul-Nya. Melainkan untuk
kepentingan dirimu sendiri. Sedangkan engkau Abu Jahl, musibah akan menimpamu. Engkau
akan sedikit tertawa dan akan banyak menangis.”
Sikap
para pemuka Quraisy terhadap Nabi berbeda-beda. Tapi mereka sepakat menolak
ajarannya. Karena gengsi kehormatan mereka lenyap. Kehormatan ini diraih
melalui kedermawanan, memiliki keberanian, tepat janji. Dipuji karena berbagai
kebaikan dalam hidup ini dan setelah mati, bagi mereka, adalah kehormatan dan
keabadian yang sangat bermakna.
Mereka
semuanya peka, dalam tingkat yang berbeda-beda, terhadap keindahan bahasa
Alquran. Tapi, jiwa mereka langsung menutup diri terhadap makna yang
dikandungnya. Terutama terhadap pelbagai ayat yang menyatakan bahwa mereka dan
leluhurnya yang terhormat tidak memperoleh apa-apa. Serta semua usaha mereka
akan sia-sia.
“Dan
tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Sesungguhnya akhirat
itulah kehidupan yang sejati, kalau mereka mengetahui (QS.29:64).”
~
Salam ~
IG : saifulislam_45
FB : Berpikir Bersikap Beraksi
: Ahmad Saiful Islam
Twitter
: @tipkemenangan
:
@MotivasiAyat
Blog : tipkemenangan.blogspot.com
Untuk
pertanyaan, diskusi, dan lain-lain, silakan di kolom comment. Terimakasih…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar