Senin, 19 November 2018

SIKAP PARA PENTOLAN QURAISY

PERINGATAN MAULID 9 – 1440 H

Yang mengucapkan kalimat syahadat terus bertambah. Kebanyakan dari kalangan budak, bekas budak, warga Quraisy pinggiran, atau pemuda Quraisy lembah dari keluarga berpengaruh. Setiap kali mereka menghadap Nabi, membuat orang tua dan para pemuka kaumnya murka.
Abd al Rahman, Hamzah, dan Arqam adalah pengecualian, meski ketiganya bukan termasuk pemuka. Nabi sangat berharap dapat menundukkan para pemukanya. Jika beliau didukung oleh orang seperti paman Abu Jahl, Walid—bukan hanya kepala Bani Makhzum, tapi juga pemimpin informal Quraisy—maka akan sangat membantu misinya.
Walid lebih terbuka diajak berdiskusi dibanding lainnya. Suatu hari, Nabi sempat berbicara empat mata dengan Walid. Sayang, saat sampai pada percakapan serius, seorang lelaki buta lewat—ia baru saja masuk Islam. Ia memohon Nabi untuk membacakan beberapa ayat Alquran. Ketika diminta untuk bersabar dan menunggu saat yang tepat, orang buta itu terus mendesak sampai Nabi bermuka masam dan berpaling.
Percakapannya dengan Walid tersebut tidak membuahkan hasil, meski tanpa interupsi orang buta itu. Walid tidak lebih terbuka menerima dakwah daripada orang yang tampaknya tak berdaya tersebut.
Seketika itu juga firman baru turun. Dimulai dengan kalimat, “Ia bermuka masam dan berpaling. Karena seorang buta datang kepadanya.” Kemudian berlanjut, “Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal, bukanlah kesalahanmu jika ia tidak menyucikan diri (beriman). Sedangkan orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), ia takut kepada Allah. Dan kamu mengabaikannya (QS.80:1-2, 5-10).”
Tak lama setelah peristiwa itu, Walid membanggakan dirinya sendiri. “Mengapa wahyu diturunkan kepada Muhammad, bukannya kepadaku? Bukankah aku pemimpin Quraisy dan tokoh mereka? Mengapa wahyu itu tidak diturunkan kepadaku atau kepada Abu Mas’ud, penguasa Tsaqif? Bukankah kami berdua adalah dua orang besar dari dua kota?”
Reaksi Abu Jahl tak kalah pongahnya. Lebih garang. “Kami dan keturunan Abd Manaf saling bersaing memperoleh kehormatan. Mereka memberikan makanan, kami pun memberikan makanan. Mereka memikul beban orang lain, kami pun melakukannya. Mereka memberi, kami pun memberi.
“Sampai ketika kami berada pada posisi yang sama, lutut sama lutut, seperti dua kuda betina dalam sebuah perlombaan, lantas mereka berkata, ‘Salah seorang dari kami adalah nabi; wahyu dari langit diturunkan kepadanya!’ Lantas, kapan kami akan memperoleh kesempatan seperti ini? Demi Tuhan, kami tidak akan pernah percaya kepadanya. Kami tidak akan pernah mengakuinya sebagai pembawa kebenaran.”
Sementara Utbah dari Bani Abd al Syams, tanggapannya tidak begitu sengit. Meski hampir sama tak wajarnya. Suatu saat ia berdebat dengan Abu Jahl tentang kenabian Muhammad. Nabi mendengarnnya, kemudian menghampiri keduanya, “Hai Utbah. Engkau berdebat bukan untuk membela Tuhan. Juga bukan demi rasul-Nya. Melainkan untuk kepentingan dirimu sendiri. Sedangkan engkau Abu Jahl, musibah akan menimpamu. Engkau akan sedikit tertawa dan akan banyak menangis.”
Sikap para pemuka Quraisy terhadap Nabi berbeda-beda. Tapi mereka sepakat menolak ajarannya. Karena gengsi kehormatan mereka lenyap. Kehormatan ini diraih melalui kedermawanan, memiliki keberanian, tepat janji. Dipuji karena berbagai kebaikan dalam hidup ini dan setelah mati, bagi mereka, adalah kehormatan dan keabadian yang sangat bermakna.
Mereka semuanya peka, dalam tingkat yang berbeda-beda, terhadap keindahan bahasa Alquran. Tapi, jiwa mereka langsung menutup diri terhadap makna yang dikandungnya. Terutama terhadap pelbagai ayat yang menyatakan bahwa mereka dan leluhurnya yang terhormat tidak memperoleh apa-apa. Serta semua usaha mereka akan sia-sia.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sejati, kalau mereka mengetahui (QS.29:64).”

~ Salam ~

IG        : saifulislam_45
FB       : Berpikir Bersikap Beraksi
 : Ahmad Saiful Islam
Twitter : @tipkemenangan
 : @MotivasiAyat
Blog    : tipkemenangan.blogspot.com

Untuk pertanyaan, diskusi, dan lain-lain, silakan di kolom comment. Terimakasih…





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...