Kamis, 11 Juni 2020

MAKSUD MEMBACA TARTIL


—Saiful Islam*—

“Balapan hatam Qur’an, itu bertentangan dengan perintah Allah…”

Dijumpai juga kata dalam Al Qur’an, yang sekilas bisa diartikan membaca. Kata itu adalah rottala. Ikut bentuk fa’’ala (ganda ‘ain fi’il-nya). Kata dasarnya adalah rotala. Menurut penelusuran Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an, kata rotala, itu terdapat pada QS.25:32; dan QS.73:4. Yaitu kata rottalnaahu, rottil, dan tartiilan. Kita kutip ayat sebelum dan sesudahnya agar mendapat gambaran konteksnya.

QS. Al-Furqan[25]: 32 – 33
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya SEKALI TURUN SAJA?” Demikianlah (turun berangsur-angsur), SUPAYA KAMI PERKUAT HATIMU DENGANNYA dan Kami membacanya SECARA TARTIL (teratur dan benar).

وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.

QS. Al-Muzammil[73]: 1 – 6
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ
Hai orang yang berselimut (Muhammad).

قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا
Bangunlah di malam hari, kecuali sedikit (darinya).

نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا
(Yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.

أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
Atau lebih dari seperdua itu. Dan BACALAH AL QUR’AN ITU DENGAN PERLAHAN-LAHAN.

إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu PERKATAAN YANG BERBOBOT.

إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah LEBIH KUAT MENGISI JIWA dan BACAAN DI WAKTU ITU LEBIH BERKESAN.

Menurut Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, kata al-rotal itu artinya adalah memberi muatan (isi) kepada sesuatu sekaligus aturannya secara istiqomah (ajeg atau konsisten). Misalnya dikatakan, “Rojul rotal al-asnaan,” yakni laki-laki yang teratur barisan giginya.

Sedangkan al-tartiil, artinya adalah mengirim kata dari mulut dengan mudah dan terus menerus (istiqomah).

Adapun Lisan al-Arab menggambarkan begini. Al-rotal itu berarti merangkai (mengatur) sesuatu dengan baik. Contohnya sama, yaitu gigi-gigi yang tertata rapi. Ada celah-celahnya sedikit. Tidak bertumpuk. Atau seperti tanaman yang berbaris rapi. Menurut Abu Manshur jika disebut gigi yang rotal, maksudnya ketika gigi itu tersusun dengan rapi.

Jika dikatakan, “Kalaam rotal,” atau “Kalaam rotil,” maka artinya adalah kalimat itu disampaikan dengan baik, teratur, dan perlahan-lahan.

Rottala al-kalaam, artinya adalah memperbagus ketika menyusun dan menjelaskan kalimat itu serta dengan tenang dan perlahan-lahan.

Al-tarttil fi al-qiroo’ah atau tartil dalam bacaan, maksudnya adalah perlahan-lahan dalam bacaan itu dan menjelaskannya dengan benar. Kalimat warottil al-Qur’aan tartiilan (QS.72:4), menurut Abu al-Abbas yang dimaksud adalah penyelidikan, penjelasan, dan penegasan (pengokohan) dalam membaca Qur’an.

Sedangkan menurut Mujahid, kata tartiil pada QS.72:4 itu berarti secara perlahan-lahan. Kemudian ia berkata, “Warottaltuhu tartiilan, sebagiannya menjadi jejak bagi sebagian yang lain.” Yakni bagian yang satu terkait dengan bagian yang lain.

Adapun menurut Ibnu Abbas, maksud QS.72:4, itu adalah “Jelaskanlah Qur’an itu dengan sejelas-jelasnya.”

Abu Ishaq berpendapat begini. Penjelasan (al-tabyiin), itu tidak sempurna jika tergesa-gesa ketika membacanya. Barulah penjelasan itu akan sempurna jika dijelaskan semua huruf-hurufnya serta sisi-sisi (sudut pandang) lain yang membuat audiens puas.

Sampai Al-Dhahhak berpendapat. Bahwa terkait QS.72:4 itu, yang dimaksud adalah rincilah per hurufnya. Juga terkait cara membacanya Nabi SAW, “Beliau membaca secara tartil itu ayat per ayat.”

Istilah tartiil al-qiroo’ah itu artinya adalah berlambat-lambat dan perlahan-lahan dalam bacaan, menjelaskan huruf-huruf dan harokat-harokat seperti gigi yang tersusun dengan rapi. Atau diserupakan dengan deretan bunga aster yang tidak hanya rapi, tetapi juga bagus dan indah. Maka dikatakan, “Rottala al-qiroo’ah: Seseorang membaca dengan tartil.” Dan “Tarottala fiihaa: Bacaannya menjadi tartil.”

Firman Allah: Warottalnaahu tartiilan, artinya adalah Kami menurunkan Al Qur’an itu secara tartil. Yang dimaksud tartil di sini adalah lawan dari tergesa-gesa dan tenang bahkan menetap padanya. Alias tidak terburu-buru. Ini adalah pendapat al-Zajjaj. Jika dikatakan “Tarottala fi al-kalaam,” itu artinya adalah kalimat itu dibaca atau perlahan-lahan.

Sedangkan menurut Al-Kura’, al-rotal dan al-rotil itu bermakna kebaikan dalam setiap sesuatu.

Jadi pertama, kata tartil, itu lebih kepada cara membacanya. Yakni cara membaca Al Qur’an itu. Yaitu mesti tenang, perlahan-lahan. Bahkan jika diperlukan, berhenti itu baik.

Kedua, tartil, itu menunjuk pada cara turunnya ayat-ayat Al Qur’an yang berangsur-angsur. Teratur. Sedikit-sedikit. Begitulah cara Allah menurunkan firman-Nya kepada Nabi.

Nabi pun lantas menyampaikan Al Qur’an itu kepada umatnya juga meniru cara Allah itu. Yakni sedikit-sedikit. Perlahan-lahan. Selama kurang lebih 23 tahun. Tidak ditumpahkan sekaligus 30 juz ke hati beliau.

Ketiga, membaca Al Qur’an, itu memang sebaiknya dilakukan pada malam hari. Pemilihan waktu malam hari, itu juga cara terbaik membaca ayat-ayat Qur’an.

Dalam rangka apa semua itu? Tentu saja supaya mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Jelas tergambar pada QS.25:32 di atas: Supaya Kami perkuat hatimu dengan Al Qur’an itu. Tentu supaya hati menjadi kuat dan mantap, mesti melalui proses pemahaman terlebih dahulu. Mustahil hati bisa mantap tanpa memahami ayat-ayat Qur’an itu sendiri.

Tujuan membaca secara tartil, itu semakin gamblang pada Surat Al-Muzammil. Setelah perintah supaya Qur’an itu dibaca dengan perlahan-lahan pada QS.73:4, lantas disebutkan pada QS.73:5-nya: Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu PERKATAAN YANG BERBOBOT. Apanya yang berbobot? Tentu saja kandungan maknanya. Informasinya. Substansinya. Di situlah energi Qur’an itu!

Sehingga, jika ada orang membaca Qur’an secara seperti kejar setoran, maka jelas itu bertentangan dengan tuntunan Qur’an. Membaca Qur’an secara balapan hatam, itu tidak nurut perintah Allah. Pasti, orang seperti itu tidak akan mendapat mutiara Al Qur’an yang paling berharga: pemahaman. Karena dari awal memang tidak mau dengan mutiara itu. Tidak mau paham.

Contoh orang yang mendapat mutiara Qur’an itu. Misalnya sekarang Covid-19 sedang melanda dunia, tak terkecuali Indonesia. Ia akan tetap waspada dengan menerapkan sebisa mungkin saran dari pakar, seperti dokter, perawat, profesor medis, dan sebagainya. Tetapi hatinya tidak sedih, tidak takut, dan mantap melanjutkan hidup. Kenapa hatinya tidak takut, tidak sedih, dan tetap mantap? Karena ia paham dan menerapkan misalnya firman Allah berikut ini.

QS. Al-Baqarah[2]: 112
بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Barangsiapa yang MENYERAHKAN DIRI KEPADA ALLAH, sedang ia berbuat KEBAJIKAN, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan TIDAK ADA KETAKUTAN terhadap mereka dan TIDAK (pula) mereka BERSEDIH HATI.

QS. Fushshilat[41]: 30
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "TUHAN KAMI IALAH ALLAH." Kemudian mereka MENEGUHKAN PENDIRIAN mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "JANGAN TAKUT DAN JANGAN SEDIH. Dan BERGEMBIRALAH dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”

QS. Al-Tawbah[9]: 40
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya. (Yaitu) ketika orang-orang kafir mengeluarkannya (dari Mekah) sedang ia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu ia berkata kepada temannya: "JANGANLAH KAMU BERDUKA. SESUNGGUHNYA ALLAH BESERTA KITA." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan MEMBANTUNYA DENGAN TENTARA YANG TIDAK TERLIHAT. Dan Al Qur’an menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Walloohu a’lam bishowaab....

*Penulis buku Ayat-Ayat Kemenangan, Beraksi ala Pemenang, dll

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...