—Saiful Islam*—
“Dipahami dengan segenap akal
kecerdasan, dipraktikkan dengan sepenuh kerinduan dan kemampuan serta
disampaikan kepada sesama dengan seutuh kesabaran dan kerendahan hati…”
Selain talaa, kata ‘membaca’
dalam Qur’an itu disebut dengan al-qiroo’ah. Menurut Al-Mufradat fi
Gharib al-Qur’an, kata al-qiroo’ah berarti menyusun (mengumpulkan)
huruf-huruf dan kata-kata secara bagus dan indah. Meskipun qoro’a dan jama’a
artinya berdekatan, tetapi tidak bisa dipakai untuk semua konteks kalimat.
Misalnya, tidak boleh dikatakan, “Qoro’tu al-qowm,” sedangkan yang
dimaksud adalah “Aku berkumpul dengan suatu kaum.” Lebih tepatnya, al-qiroo’ah
berarti menyusun.
Kalau seseorang mengucapkan hanya
dengan sebuah huruf, maka itu tidak bisa disebut qiroo’ah. Bentuk kata al-qur’aan,
itu aslinya adalah mashdar (semacam kata benda atau kata sifat).
Bentuknya seperti kufroon dan rujhaan.
QS. Al-Qiyaamah[75]: 17-18
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ
وَقُرْآنَهُ
Sesungguhnya atas tanggungan
Kamilah mengumpulkannya (di kalbumu) dan MENYUSUNNYA.
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ
فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
Apabila Kami telah selesai MEMBACAKANNYA,
maka ikutilah BACAANNYA itu.
Jika dikatakan, “Taqorro’tu,”
maka artinya adalah “Aku menjadi paham (tafahhamtu).” Dan jika
dikatakan, “Qooro’tuh,” itu artinya adalah “Aku mempelajarinya (daarostuh).”
Menurut Ibnu Abbas, QS.75:17-18 di
atas, itu maksudnya adalah begini: “Ketika Kami mengumpulkan dan mengokohkan
ayat-ayat Qur’an itu di dadamu, maka amalkanlah.” Jadi, selain untuk
memikir-mikirkan maknanya (tadabbur al-ma’naa), serta berusaha
memahaminya, membaca Qur’an, itu memang sudah sepatutnya ada kerinduan dan upaya
untuk mengamalkannya.
Membaca Qur’an, itu memang bukan
hanya sekadar dirapal dengan pamer lengkingan dan merdunya suara. Juga bukan hanya
sekadar dihafalkan teksnya, tanpa dipahami kandungannya dan tanpa keinginan
mempraktikkannya langsung dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utama Qur’an itu,
adalah ini: dipahami dengan segenap akal kecerdasan, dipraktikkan dengan
sepenuh kerinduan dan kemampuan serta disampaikan kepada sesama dengan seutuh
kesabaran dan kerendahan hati.
Kata Al Qur’an, itu kemudian
menjadi nama khusus untuk Al-Kitab (ayat-ayat Qur’an) yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad. Maka Al Qur’an itu lantas menjadi tanda atau petunjuk bagi
beliau SAW. Sebagaimana Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Injil
kepada Nabi Isa AS.
Menurut sebagian ulama, Al-Kitab
yang turun kepada Nabi dinamai Al Qur’an, itu karena Al Qur’an menghimpun
intisari kitab-kitab Allah terdahulu. Bahkan karena Al Qur’an itu menghimpun
inti sari semua ilmu pengetahuan. Sebagaimana ditunjukkan oleh QS.12:111.
QS. Yusuf[12]: 111
لَقَدْ كَانَ فِي
قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ
تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً
لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pada KISAH-KISAH
mereka itu terdapat PELAJARAN bagi orang-orang yang menggunakan AKALNYA. AL
QUR’AN ITU BUKANLAH KISAH YANG DIBUAT-BUAT, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya, MENJELASKAN SEGALA SESUATU, serta sebagai PETUNJUK dan RAHMAT bagi
kaum yang beriman.
Membaca yang menggunakan redaksi qoro’a,
itu misalnya seperti diceritakan oleh beberapa ayat Qur’an berikut.
QS. Al-Nahl[16]: 89
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ
الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ
لِلْمُسْلِمِينَ
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab
(Al Qur’an) UNTUK MENJELASKAN SEGALA SESUATU dan PETUNJUK serta RAHMAT dan KABAR
GEMBIRA bagi orang-orang yang berserah diri.
QS. Al-Zumar[39]: 28
قُرْآنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ
ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
(Ialah) AL QUR’AN DALAM BAHASA ARAB
yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) SUPAYA MEREKA BERTAKWA.
QS.Al-Isra’[17]: 106
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ
لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
Dan Al Qur’an itu telah Kami
turunkan dengan berangsur-angsur AGAR KAMU MEMBACAKANNYA PERLAHAN-LAHAN KEPADA
MANUSIA. Dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
QS.
Al-Rum[30]: 58
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ
فِي هَٰذَا الْقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ
Dan sesungguhnya telah Kami buat
dalam Al Qur’an ini SEGALA MACAM PERUMPAMAAN untuk manusia.
QS. Al-Isra’[17]: 78
أَقِمِ الصَّلَاةَ
لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ
مَشْهُودًا
Dirikanlah salat dari sesudah
matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh.
Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
QS. Al-Waqi’ah[56]: 77-81
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ
Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah BACAAN
yang sangat mulia.
فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ
Pada Kitab yang terpelihara.
لَا يَمَسُّهُ إِلَّا
الْمُطَهَّرُونَ
Tidak akan bisa ‘menyentuhnya’
kecuali orang-orang yang disucikan.
تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ
الْعَالَمِينَ
Diturunkan dari Tuhan semesta alam.
أَفَبِهَٰذَا الْحَدِيثِ
أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ
Maka apakah kamu menganggap remeh
saja Al-Qur’an ini?!
Adapun yang berarti membacakan,
redaksinya berasal dari kata aqro’a. Jika dikatakan, “Aqro’tu Fulaan,”
itu artinya membacakan sesuatu kepada Fulan. Makna seperti ini juga terdapat
dalam QS.87:6.
QS. Al-A’la[87]: 6
سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَىٰ
Kami akan MEMBACAKAN (AL QUR’AN)
KEPADAMU (MUHAMMAD), maka kamu tidak akan lupa.
Walloohu a’lam bishowaab....
*Penulis buku Ayat-Ayat Kemenangan,
Beraksi ala Pemenang, dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar