Selasa, 09 Juni 2020

AFALAA & FALAWLAA

—Saiful Islam—

 Sebenarnya yang dipermasalahkan tidak begitu substansial. Yaitu kata falawlaa yang saya terjemahkan dengan ‘mengapa tidak’. Menurut kawan, terjemahan itu tidak pas. ‘Mengapa tidak’, itu Bahasa Arab-nya adalah afalaa. Bukan falawlaa. Menurutnya, yang benar kata falawlaa pada QS.9:122 itu berarti ‘marilah’.

 Baiklah. Mari kita lihat satu per satu. Menurut Kamus Almaany kata afalaa itu artinya antara lain adalah ‘apakah maka tidak’, ‘apakah tidak’, ‘maka apakah tidak’, ‘maka mengapa tidak’, ‘maka tidakkah’, dan ‘mengapa tidak’.

 Ayat-ayat Qur’an yang menggunakan kata afalaa, misalnya pada QS.2:44,76; QS.3:65; QS.4:82; QS.5:74; QS.6:32, 50, 80; QS.7:65, 169; QS.10:3, 16, 31; QS.11:24, 30, 51; QS.12:109; QS.16:17; QS.20:89; QS.21:10, 30, 44, 67; QS.23:23, 32, 80, 85, 87; QS.20:60, 71, 72; QS.32:4, 26, 27; QS.36:35, 68, 73; QS.37:138, 155; QS.45:23; dan QS.47:24.

 QS. Yasin[36]: 35

لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ ۖ أَفَلَا يَشْكُرُونَ

Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka MENGAPA mereka TIDAK bersyukur?

 Sedangkan falawlaa itu artinya antara lain ‘maka jika tidak’, ‘maka kalau tidak’, ‘maka mengapa tidak’, dan ‘mengapa tidak’.

 Ayat-Ayat Qur’an yang menggunakan kata falawlaa, misalnya pada QS.2:64; QS.6:43; QS.9:122; QS.10:98; QS.11:116: dan QS.37:143.

 QS. Al-Tawbah[9]: 122

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Tidak sepatutnya bagi Mukminin itu pergi semuanya (perang). MENGAPA TIDAK pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

 QS. Al-An’am[6]: 43

فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَٰكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Maka MENGAPA mereka TIDAK memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.

 Jadi begini. Kata falawlaa kalau diterjemahkan dengan ‘marilah’, itu tidak tepat. Sebab, ‘marilah’ dalam Bahasa Arab itu ada sendiri. Yaitu ta’aal, da’naa (seperti da’naa nadzhab—marilah kita pergi), halumma binaa, dan hayaa.

 Saya setuju kalau ‘marilah’ (ajakan atau anjuran atau perintah) itu adalah maksud dari falawlaa atau afalaa. Tetapi itu bukan terjemah.

 Kata falawlaa dalam QS.9:122, itu memang maksudnya adalah ajakan atau anjuran atau suruhan. Maksudnya adalah ‘marilah’. Kalimat falawlaa nafara min kull firqotin minhum…, itu maksudnya memang hendaklah ada. Atau anjuran atau perintah supaya ada sebagian Mukmin yang mempelajari Qur’an. Untuk memberi peringatan sebagian Mukmin yang kembali pulang setelah pergi perang. Mafhum mukhalafah-nya, adalah jangan semua Mukmin pergi perang.

 Begitu juga kata afalaa yasykuruun dalam QS.36:35, itu maksudnya adalah ‘marilah’. Yakni ajakan atau anjuran atau perintah untuk bersyukur. Mafhum mukhalafah-nya adalah jangan kufur nikmat.

 Tetapi baik afalaa maupun falawlaa kalau langsung diterjemahkan dengan ‘marilah’ itu tidak tepat. Saya belum menemukan dalam kamus-kamus Arab yang mengartikan afalaa maupun falawlaa dengan ‘marilah’. Kalau ada yang menemukan, tolong ditunjukan di kamus apa.

 Kata afalaa dan falawlaa yang terjemah Indonesianya berarti MENGAPA TIDAK itu adalah gaya bahasa Qur’an yang seakan-akan pertanyaan. Tetapi sejatinya adalah ajakan, anjuran atau bahkan perintah untuk melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu.

 Terkait Qur’an itu memang dimudahkan Allah sehingga mudah dipelajari manusia. Hal ini diulang sampai 4 kali dalam Qur’an. Yaitu QS.54:17, 22, 32, dan 40. Dan tidak ada satu ayat pun dalam Qur’an yang mengatakan bahwa Qur’an itu dipersulit atau sulit untuk dipelajari. Tidak ada juga satu ayat pun yang mengancam siapa yang salah memahami Qur’an maka tempatnya neraka.

 Walloohu a’lam bishowaab....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...