—Saiful Islam*—
“Qur’an, itu bukan rangkaian teks
tanpa makna…”
Terkait membaca yang mesti dengan
pemahaman, ini menarik rasanya menelusuri kalimat sanulqiyy ‘alayka qowlan…
dan kalimat lain yang sepadan dengan itu di dalam Qur’an.
Dari kata dasar laqiya.
Menurut Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, kata al-liqoo’ itu
artinya adalah bertemunya sesuatu baik disengaja atau tidak. Kata-kata
derivasinya, maknanya bisa dipertimbangkan dari arti bertemu tersebut. Disebutkan
juga bahwa bertemu yang dimaksud, adalah meraih sesuatu dengan rasa (feeling),
pengetahuan (bashor), dan akal kecerdasan (bashiiroh).
Disebutkan redaksi alqoytu ilayka
qowlan wa salaaman wa kalaaman wa mawaddatan. Seperti tulquuna ilayhim
bil mawaddah pada QS.60:1; fa alqow ilayhim al-qowl (QS.16:86); wa
alqow ilallooh yawmaidz al-salam (QS.16:87); innaa sanulqiy ‘alayk
qowlan tsaqiilan (QS.73:5). Itu menunjuk pada substansi kenabian dan wahyu.
Adapun kalimat alqoo al-sam’a (QS.50:38), maksudnya adalah mendengarkan.
Begitu juga menurut Lisan
al-Arab. Bahwa apapun yang bertemu, baik bertemunya itu disengaja, atau
bertemunya itu kebetulan, maka disebut laqiya.
Disebutkan dalam Hadis Aisyah:
“Ketika iltaqoo al-khitanaan (dua organ reproduksi berbeda jenis bertemu),
maka wajib mandi.”
Adapun firman Allah fatalaqqo
aadam min robbih kalimaat… (QS.2:37), maka yang dimaksud talaqqoo
itu adalah menerima dengan mengambil kalimat itu. Menurut pendapat yang lain,
yang dimaksud adalah mempelajari dan berdoa dengan kalimat itu. Jadi Adam
menerima sebuah kalimat dari Allah. Kemudian ia mempelajarinya dan berdoa
dengan kalimat tersebut.
Kalimat yulaqqoohaa pada
QS.28:80, itu artinya adalah diberi ilmu dan diberi penjelasan. Hanya orang
yang sabar yang bisa meraih ilmu dan penjelasannya.
Kalau kita perhatikan juga
ayat-ayat Qur’an terkait kata laqiya yang terkait dengan bacaan atau
ucapan, itu kadang-kadang diterjemahkan dengan menurunkan, menyatakan,
mengatakan, mengemukakan, menyerahkan, menyampaikan, memberikan, menerima,
meraih, memperoleh, dan lain sebagainya. Intinya sama, yaitu mempertemukan
maksudnya kepada pihak lain.
Begitulah orang berbicara atau
menulis. Tentu bukan hanya bermaksud untuk mempertemukan perkataan atau teks
saja kepada seseorang. Tetapi memang supaya hati dan akal kecerdasan pendengar
atau pembaca bertemu dengan maksud atau makna di balik kata-kata penulis itu.
Bukan hanya sampai di telinga dan mata saja. Tapi tembus ke hati dan akal
sampai menghasilkan pemahaman.
Jadi ketika terkait dengan ucapan,
kalimat, atau teks, maka laqiya itu artinya adalah meraih sesuatu dengan
rasa (feeling), pengetahuan, dan akal kecerdasan. Sebagaimana disebutkan
oleh Al-Mufradat di atas. Nah, ketika sudah melibatkan rasa dan akal
kecerdasan, pasti yang diraih itu bukan hanya teksnya. Tetapi maknanya. Yakni
pemahamannya.
Marilah kita perhatikan dengan
perlahan-lahan.
QS. Muzzammil[73]: 5
إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ
قَوْلًا ثَقِيلًا
Sesungguhnya Kami akan MENURUNKAN kapadamu
perkataan yang berbobot.
QS. Al-Baqarah[2]: 37
فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِنْ
رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Kemudian Adam MENERIMA beberapa
kalimat dari Tuhannya. Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
QS. Al-Naml[27]: 6, 28 dan 29
وَإِنَّكَ لَتُلَقَّى
الْقُرْآنَ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ عَلِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar DIBERI
Al Qur'an dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
اذْهَبْ بِكِتَابِي هَٰذَا
فَأَلْقِهْ إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ
Pergilah dengan (membawa) suratku
ini, lalu SERAHKAN kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu
perhatikanlah apa yang mereka bicarakan."
قَالَتْ يَا أَيُّهَا
الْمَلَأُ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ
Berkata ia (Balqis): "Hai para
pembesar, sesungguhnya telah DISERAHKAN kepadaku sebuah surat yang mulia.
QS. Al-Nahl[16]: 86 & 87
وَإِذَا رَأَى الَّذِينَ
أَشْرَكُوا شُرَكَاءَهُمْ قَالُوا رَبَّنَا هَٰؤُلَاءِ شُرَكَاؤُنَا الَّذِينَ
كُنَّا نَدْعُو مِنْ دُونِكَ ۖ فَأَلْقَوْا إِلَيْهِمُ الْقَوْلَ إِنَّكُمْ لَكَاذِبُونَ
Dan apabila orang-orang yang
mempersekutukan (Allah) melihat sekutu-sekutu mereka, mereka berkata: "Ya
Tuhan kami. Mereka inilah sekutu-sekutu kami yang dahulu kami sembah selain
dari Engkau.” Lalu sekutu-sekutu mereka MENGATAKAN (MENYAMPAIKAN) kepada
mereka: "Sesungguhnya kamu benar-benar orang-orang yang dusta.”
وَأَلْقَوْا إِلَى اللَّهِ
يَوْمَئِذٍ السَّلَمَ ۖ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ
Dan mereka MENYATAKAN ketundukannya
kepada Allah pada hari itu dan hilanglah dari mereka apa yang selalu mereka
ada-adakan.
QS. Al-Qiyamah[75]: 15
وَلَوْ أَلْقَىٰ
مَعَاذِيرَهُ
Meskipun ia MENGEMUKAKAN alasan-alasannya.
QS. Al-Nisa’[4]: 171
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا
تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ ۚ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ
مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ
ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۖ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ۚ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ ۘ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
الْأَرْضِ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا
Wahai ahli Kitab, janganlah kamu
melampaui batas dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah
kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam, itu adalah utusan
Allah dan KALIMAT-NYA YANG DISAMPAIKAN-NYA kepada Maryam, dan ruh dari-Nya.
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu
mengatakan: "(Tuhan itu) tiga.” Berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih
baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa. Maha Suci Allah dari
mempunyai anak. Segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
QS. Al-Qomar[54]: 25
أَأُلْقِيَ الذِّكْرُ
عَلَيْهِ مِنْ بَيْنِنَا بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ
Apakah wahyu itu DITURUNKAN kepadanya
di antara kita? Sebenarnya ia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong.
QS. Al-Qashash[28]: 86
وَمَا كُنْتَ تَرْجُو أَنْ
يُلْقَىٰ إِلَيْكَ الْكِتَابُ إِلَّا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا
لِلْكَافِرِينَ
Dan kamu tidak pernah mengharap
agar Al Qur’an DITURUNKAN kepadamu. Tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat
yang besar dari Tuhanmu. Sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong
bagi orang-orang kafir.
QS. Yunus[10]: 15
وَإِذَا تُتْلَىٰ
عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ ۙ قَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَٰذَا
أَوْ بَدِّلْهُ ۚ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ
أُبَدِّلَهُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِي ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۖ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي
عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
Dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat Kami yang jelas, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan
Kami berkata: "Datangkanlah Al Qur’an yang lain dari ini atau gantilah
ia.” Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya DARI PIHAK DIRIKU
SENDIRI. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya
aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat).”
Walloohu a’lam bishowaab....
*Penulis buku Ayat-Ayat Kemenangan,
Beraksi ala Pemenang, dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar