—Saiful Islam*—
“Beruntunglah orang yang mensucikan
jiwanya. Karena jiwa yang kotor tidak akan bisa ‘menyentuh’ Al Qur’an…”
Setelah menelusuri kata tilawah,
qiro’ah, tumlaa, tartil, tadabbur, tadarus, yang semuanya memang
mengharuskan pemahaman, rasanya menarik juga disampaikan beberapa hal berikut
ini.
Pertama, tentang proses
pewahyuan kepada Nabi. Ayat-ayat Qur’an, itu diwahyukan oleh Allah kepada Nabi.
Allah melibatkan Jibril dalam pewahyuan itu. Karenanya Allah sering menggunakan
redaksi ‘Kami’. Yaitu Allah melibatkan selain Dzat-Nya sendiri. Pihak lain. Jibril
menancapkan ayat-ayat Al Qur’an itu langsung ke hati Nabi (‘alaa qolbik).
Tanpa suara. Tanpa mimpi. Jibril tanpa perlu menjelma menjadi manusia.
Diceritakan oleh ayat-ayat berikut ini.
QS. Al-Baqarah[2]: 97
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا
لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَىٰ قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا
لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Katakanlah: "Barang siapa yang
menjadi musuh Jibril, maka JIBRIL ITU TELAH MENURUNKANNYA (AL QUR’AN) KE DALAM
HATIMU dengan izin Allah. Al Qur’an itu membenarkan apa (kitab-kitab) yang
sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang
beriman.”
QS. Al-Syu’ara[26]: 192 – 194
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ
رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dan sesungguhnya Al Qur’an ini
benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam.
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ
الْأَمِينُ
Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh
Al-Amin (Jibril).
عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ
مِنَ الْمُنْذِرِينَ
KE DALAM HATIMU (MUHAMMAD) agar
kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.
Untuk mendapatkan gambaran lebih
jelas lagi tentang proses pewahyuan, ini bisa dibaca Surat ke-53, Al-Najm ayat
3 sampai 18. Di sini terutama digambarkan akal kecerdasan dan hati (fuaad)
Nabi dalam melihat ayat Qur’an itu.
Begitu juga ketika Allah menjaga
keotentikan Al Qur’an. Juga menggunakan redaksi ‘Kami’. Ia tidak bekerja
sendiri. Tetapi selalu melibatkan pihak lain (QS.15:9). Selain Malaikat, Allah
melibatkan manusia dalam penjagaan dan pemeliharaan Al Qur’an itu. Seperti
dengan ditulis, dicetak, dengan aplikasi android, dan penggunakan teknologi
lainnya. Termasuk dihafal teksnya di luar kepala. Serta dengan kajian.
Kedua, cara Nabi
mengkaji Qur’an. Ini lebih kepada Nabi yang mengkaji Al Qur’an sendirian. Di
malam hari yang panjang. Sedikit tidur. Beristighfar di waktu sahur
(QS.51:17-18). Nabi mengulang-ulang pengkajian ayat-ayat Qur’an yang telah
turun kepada beliau. Nabi diperintahkan untuk mengkaji Al Qur’an itu
perlahan-lahan. Pengkajian itu, membuat Nabi mendapat perkataan yang berbobot
(Al Qur’an). Ayat-ayat itu mantap di kalbu beliau.
QS. Al-Muzammil[73]: 1 – 7
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ
Hai orang yang berselimut (Muhammad).
قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا
قَلِيلًا
Bangunlah di malam hari, kecuali
sedikit (darinya).
نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ
مِنْهُ قَلِيلًا
(Yaitu) seperduanya atau kurangilah
dari seperdua itu sedikit.
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
Atau lebih dari seperdua itu. Dan KAJILAH
AL QUR’AN ITU DENGAN PERLAHAN-LAHAN.
إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ
قَوْلًا ثَقِيلًا
Sesungguhnya Kami akan MENGANUGERAHKAN
kapadamu PERKATAAN YANG BERBOBOT.
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ
هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah
LEBIH KUAT MENGISI JIWA dan MENGKAJI QUR’AN DI WAKTU ITU LEBIH BERKESAN.
إِنَّ لَكَ فِي النَّهَارِ
سَبْحًا طَوِيلًا
Sesungguhnya kamu pada siang hari
mempunyai urusan yang panjang (banyak).
Ketiga, tentang cara
Nabi menyampaikan Qur’an. Atau cara Nabi mengajar Al Qur’an itu kepada para
sahabatnya. Nabi mengkaji Al Qur’an bersama para Sahabatnya, itu juga pada
malam hari. Karena kajian di waktu itu, sangat berkesan. Digambarkan oleh ayat
berikut ini.
QS. Al-Muzammil[73]: 20
إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ
أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَىٰ مِنْ ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ
وَطَائِفَةٌ مِنَ الَّذِينَ مَعَكَ ۚ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ عَلِمَ أَنْ لَنْ تُحْصُوهُ فَتَابَ
عَلَيْكُمْ ۖ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ
الْقُرْآنِ ۚ عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ مِنْكُمْ مَرْضَىٰ
ۙ وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ
يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ ۙ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۚ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا
الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ
خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui
bahwasanya kamu bangun kurang dari dua pertiga malam. Atau seperdua malam. Atau
sepertiganya. (Demikian pula) segolongan dari ORANG-ORANG YANG BERSAMA KAMU.
Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu
sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu. Maka Dia memberi
keringanan kepadamu. Karena itu BACALAH (KAJILAH) APA YANG MUDAH (BAGIMU) DARI
AL QUR’AN. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit
dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan
orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah. Maka bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al Qur’an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang
kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah
sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Mohonlah
ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Keempat, cara kita meneladani
Nabi dan para Sahabatnya dalam mengkaji Qur’an. Secara umum. Yaitu kajian Al
Qur’an itu sebaiknya dilakukan di malam hari. Sambil istighfar di waktu sahur.
Sedikit tidur di waktu malam. Melakukan puasa Sunnah, misalnya puasa
Senin-Kamis (QS.2:184). Juga memelihara kesucian jiwa (QS.87:14). Karena jiwa
yang kotor tak akan bisa menangkap mutiara Al Qur’an (QS.56:79).
QS. Al-Qiyamah[75]: 16 – 19
لَا تُحَرِّكْ بِهِ
لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ
Janganlah kamu CEPAT-CEPAT
MENGGERAKKAN LIDAHMU UNTUK (MENGKAJI DAN MENYAMPAIKAN) AL QUR’AN.
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ
وَقُرْآنَهُ
Sesungguhnya atas tanggungan Kami
lah MENGUMPULKANNYA (DI KALBUMU) DAN MENYATUKANNYA (MENJADI AL QUR’AN
SEMPURNA).
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ
فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
Apabila Kami telah selesai
MENYATUKANNYA (MENJADI AL QUR’AN UTUH) MAKA IKUTILAH AL QUR’AN ITU.
ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا
بَيَانَهُ
Kemudian, sesungguhnya atas
tanggungan Kami lah PENJELASANNYA.
Kita tahu bahwa Al Qur’an, itu
diwahyukan kepada Nabi berangsur-angsur. Tidak turun 30 juz sekaligus.
Pewahyuan itu dalam proses selama 23 tahun. Memang untuk memantapkan hati dan
akal kecerdasan Nabi (QS.25:32). Begitu juga ketika Nabi menyampaikannya kepada
para Sahabatnya. Berangsur-angsur (QS.17:106). Supaya ayat-ayat Qur’an itu
mengakar kokoh di hati dan akal kecerdasan mereka.
Dengan begitu, ada masa ayat-ayat Qur’an
itu dalam proses pengumpulan. Yakni belum komplit 30 juz. Ada pula masa dimana
ayat-ayat Qur’an, itu sudah sempurna dan komplit 30 juz. Namun yang jelas, Nabi
mengkaji dan mengajarkan Al Qur’an kepada para Sahabatnya, itu tidak menunggu
komplit 30 juz dulu. Tujuannya selalu begini: dikaji berulang-ulang,
perlahan-lahan, dipahami, dan dipraktikkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Walloohu a’lam bishshowaab….
*Penulis buku Ayat-Ayat Kemenangan,
Beraksi ala Pememang, dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar