—Saiful Islam—
“Menikahi dan apalagi ‘menggauli’
perempuan paganis, itu haram…”
Sekali lagi. Perang antar suku di
kalangan orang Arab sebelum Qur’an turun (sebelum 610 M), itu merupakan
pemandangan yang sering terjadi. Paling tidak, Sejarah mencatatnya sebagai berikut:
Perang Yaum al-Kulab al-Awwal, Yaum Awarah, Yaum Ain Abagh, Yaum Bi’ats, Dahis
dan Ghubara, Al-Basus, dan Perang Fijar.
Dalam konteks kenabian Muhammad SAW.
Sebelum Qur’an turun itu, tidak ada istilah kaum Mukmin dan kaum Musyrik. Semuanya
bermusuh-musuhan. Gampang sekali antar kelompok, antar suku, dan antar kabilah
itu berperang. Lantas Qur’an menyatukan antar kaum Mukmin itu dengan tauhid.
QS. Ali Imran[3]: 103
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ
إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ
مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali (agama) Allah. Dan janganlah kamu bercerai berai. Dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu KETIKA KAMU DAHULU (MASA JAHILIYAH) BERMUSUH-MUSUHAN. Maka
Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Ketika Nabi Muhammad mulai
mendakwahkan Qur’an, tentu saja para pentolan Quraisy terusik kepentingannya. Otoritas
agama pagan dan pengaruh mereka terancam. Begitu juga dengan ketokohan,
ekonomi, politik, hukum, tradisi, dan sosialnya. Nilai-nilai Qur’an datang
melawan arus mainstream para tokoh Quraisy itu. Karenanya mereka
berusaha sekuat tenaga untuk ‘memadamkan’ ajaran Muhammad itu.
Maka setelah Qur’an turun itu,
tradisi perang Arab Jahiliyah itu pun berlanjut. Dengan kata lain, setelah
menerima Qur’an, Nabi dan pengikutnya berperang melawan orang-orang yang ingkar
kepadanya. Yang memusuhi dan memerangi beliau. Sebagaimana digambarkan oleh Qur’an.
Di antaranya oleh QS.2:190, QS.2:193, QS.4:76, QS.8:39, QS.9:12, QS.9:14, QS.9:29,
QS.9:36, QS.9:123, dan lain semisalnya.
QS. Al-Baqarah[2]: 193
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا
تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ ۖ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا
عَلَى الظَّالِمِينَ
Dan PERANGILAH mereka itu, sehingga
tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk
Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka TIDAK ADA PERMUSUHAN
(LAGI), KECUALI TERHADAP ORANG-ORANG YANG ZALIM.
Sejarah mencatat beberapa perang
Nabi melawan kaum Musyrikun dan Ahli Kitab. Yang paling terkenal di antaranya
adalah Perang Badar melawan kafir Quraisy yang terjadi tahun 624 M, Perang Uhud
melawan kafir Quraisy tahun 625 M, Perang Khandaq melawan pasukan gabungan
kafir Quraisy dan Yahudi Bani Nadhir tahun 627 M, Perang Mu’tah melawan
kekaisaran Romawi (Nasrani) tahun 629 M, dan Perang Tabuk melawan Romawi dan
raja Ghassan tahun 630 M.
Maka. Sebagai konsekuensi perang
tersebut, adalah tawanan perang. Qur’an pun mengatur soal tawanan perang itu.
Sebagaimana diceritakan oleh QS.8:67, QS.8:68, QS.8:69, dan QS.8:70.
QS. Al-Anfal[8]: 69
فَكُلُوا مِمَّا غَنِمْتُمْ
حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Maka KONSUMSILAH DARI SEBAGIAN
RAMPASAN PERANG yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Nabi dan kaum Mukminin pun lantas
mendapatkan harta rampasan perang itu. Salah satunya adalah para budak
perempuan. Yang oleh Qur’an disebut maa malakat aymaanuhum, maa malakat
aymaanukum, maa malakat yamiinuk, dan yang semisalnya itu.
QS. Al-Ahzab[33]: 50
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ
إِنَّا أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَاجَكَ اللَّاتِي آتَيْتَ أُجُورَهُنَّ *وَمَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ* مِمَّا أَفَاءَ
اللَّهُ عَلَيْكَ وَبَنَاتِ عَمِّكَ وَبَنَاتِ عَمَّاتِكَ وَبَنَاتِ خَالِكَ
وَبَنَاتِ خَالَاتِكَ اللَّاتِي هَاجَرْنَ مَعَكَ وَامْرَأَةً مُؤْمِنَةً إِنْ
وَهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِيِّ إِنْ أَرَادَ النَّبِيُّ أَنْ يَسْتَنْكِحَهَا
خَالِصَةً لَكَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۗ قَدْ عَلِمْنَا مَا فَرَضْنَا عَلَيْهِمْ
فِي أَزْوَاجِهِمْ *وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ* لِكَيْلَا يَكُونَ عَلَيْكَ حَرَجٌ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi. Sesungguhnya Kami telah
menghalalkan bagimu isteri- isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan HAMBA
SAHAYA YANG KAMU MILIKI yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang
dikaruniakan Allah untukmu. Dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari
saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu,
anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari
saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan Mukminah
yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau meikahinya, sebagai
pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah
mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka
dan HAMBA SAHAYA YANG MEREKA MILIKI supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. Al-Nur[24]: 33
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ
لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّىٰ يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَالَّذِينَ يَبْتَغُونَ الْكِتَابَ *مِمَّا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ* فَكَاتِبُوهُمْ إِنْ عَلِمْتُمْ فِيهِمْ خَيْرًا ۖ وَآتُوهُمْ مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي
آتَاكُمْ ۚ وَلَا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ عَلَى
الْبِغَاءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَمَنْ يُكْرِهْهُنَّ فَإِنَّ اللَّهَ
مِنْ بَعْدِ إِكْرَاهِهِنَّ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan orang-orang yang tidak mampu nikah
hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan
karunia-Nya. Dan BUDAK-BUDAK YANG KALIAN MILIKI yang memginginkan perjanjian,
hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan
pada mereka. Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan JANGANLAH KAMU PAKSA BUDAK-BUDAK PEREMPUANMU
UNTUK MELAKUKAN PELACURAN, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena
kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka,
maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada
mereka) sesudah mereka dipaksa itu.
Budak rampasan perang yang
perempuan itu, memang boleh ‘digauli’. Tapi sekali lagi, harus dan wajib dengan
akad nikah. Alias meminta kerelaannya. Tidak boleh main paksa. Kebolehan ‘menggauli’
itu pun hanya tawanan perempuan Ahli Kitab—perempuan Yahudi (seperti perempuan
Yahudi Bani Nadhir) dan Nasrani (seperti perempuan kekaisaran Romawi). Adapun tawanan
perempuan penyembah pagan, tidak boleh dinikahi. Dan apalagi ‘digauli’. Haram
(QS.2:221).
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar