Minggu, 03 November 2019

MENGGAULI AHLI KITAB


—Saiful Islam—

“Menikahi dan apalagi ‘menggauli’ perempuan paganis, itu haram…”

Sekali lagi. Perang antar suku di kalangan orang Arab sebelum Qur’an turun (sebelum 610 M), itu merupakan pemandangan yang sering terjadi. Paling tidak, Sejarah mencatatnya sebagai berikut: Perang Yaum al-Kulab al-Awwal, Yaum Awarah, Yaum Ain Abagh, Yaum Bi’ats, Dahis dan Ghubara, Al-Basus, dan Perang Fijar.

Dalam konteks kenabian Muhammad SAW. Sebelum Qur’an turun itu, tidak ada istilah kaum Mukmin dan kaum Musyrik. Semuanya bermusuh-musuhan. Gampang sekali antar kelompok, antar suku, dan antar kabilah itu berperang. Lantas Qur’an menyatukan antar kaum Mukmin itu dengan tauhid.

QS. Ali Imran[3]: 103
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah. Dan janganlah kamu bercerai berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu KETIKA KAMU DAHULU (MASA JAHILIYAH) BERMUSUH-MUSUHAN. Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Ketika Nabi Muhammad mulai mendakwahkan Qur’an, tentu saja para pentolan Quraisy terusik kepentingannya. Otoritas agama pagan dan pengaruh mereka terancam. Begitu juga dengan ketokohan, ekonomi, politik, hukum, tradisi, dan sosialnya. Nilai-nilai Qur’an datang melawan arus mainstream para tokoh Quraisy itu. Karenanya mereka berusaha sekuat tenaga untuk ‘memadamkan’ ajaran Muhammad itu.

Maka setelah Qur’an turun itu, tradisi perang Arab Jahiliyah itu pun berlanjut. Dengan kata lain, setelah menerima Qur’an, Nabi dan pengikutnya berperang melawan orang-orang yang ingkar kepadanya. Yang memusuhi dan memerangi beliau. Sebagaimana digambarkan oleh Qur’an. Di antaranya oleh QS.2:190, QS.2:193, QS.4:76, QS.8:39, QS.9:12, QS.9:14, QS.9:29, QS.9:36, QS.9:123, dan lain semisalnya.

QS. Al-Baqarah[2]: 193
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ ۖ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ
Dan PERANGILAH mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka TIDAK ADA PERMUSUHAN (LAGI), KECUALI TERHADAP ORANG-ORANG YANG ZALIM.

Sejarah mencatat beberapa perang Nabi melawan kaum Musyrikun dan Ahli Kitab. Yang paling terkenal di antaranya adalah Perang Badar melawan kafir Quraisy yang terjadi tahun 624 M, Perang Uhud melawan kafir Quraisy tahun 625 M, Perang Khandaq melawan pasukan gabungan kafir Quraisy dan Yahudi Bani Nadhir tahun 627 M, Perang Mu’tah melawan kekaisaran Romawi (Nasrani) tahun 629 M, dan Perang Tabuk melawan Romawi dan raja Ghassan tahun 630 M.

Maka. Sebagai konsekuensi perang tersebut, adalah tawanan perang. Qur’an pun mengatur soal tawanan perang itu. Sebagaimana diceritakan oleh QS.8:67, QS.8:68, QS.8:69, dan QS.8:70.

QS. Al-Anfal[8]: 69
فَكُلُوا مِمَّا غَنِمْتُمْ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Maka KONSUMSILAH DARI SEBAGIAN RAMPASAN PERANG yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Nabi dan kaum Mukminin pun lantas mendapatkan harta rampasan perang itu. Salah satunya adalah para budak perempuan. Yang oleh Qur’an disebut maa malakat aymaanuhum, maa malakat aymaanukum, maa malakat yamiinuk, dan yang semisalnya itu.

QS. Al-Ahzab[33]: 50
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَحْلَلْنَا لَكَ أَزْوَاجَكَ اللَّاتِي آتَيْتَ أُجُورَهُنَّ *وَمَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ* مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْكَ وَبَنَاتِ عَمِّكَ وَبَنَاتِ عَمَّاتِكَ وَبَنَاتِ خَالِكَ وَبَنَاتِ خَالَاتِكَ اللَّاتِي هَاجَرْنَ مَعَكَ وَامْرَأَةً مُؤْمِنَةً إِنْ وَهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِيِّ إِنْ أَرَادَ النَّبِيُّ أَنْ يَسْتَنْكِحَهَا خَالِصَةً لَكَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۗ قَدْ عَلِمْنَا مَا فَرَضْنَا عَلَيْهِمْ فِي أَزْوَاجِهِمْ *وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ* لِكَيْلَا يَكُونَ عَلَيْكَ حَرَجٌ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi. Sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri- isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan HAMBA SAHAYA YANG KAMU MILIKI yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu. Dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan Mukminah yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau meikahinya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan HAMBA SAHAYA YANG MEREKA MILIKI supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

QS. Al-Nur[24]: 33
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتَّىٰ يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَالَّذِينَ يَبْتَغُونَ الْكِتَابَ *مِمَّا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ* فَكَاتِبُوهُمْ إِنْ عَلِمْتُمْ فِيهِمْ خَيْرًا ۖ وَآتُوهُمْ مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي آتَاكُمْ ۚ وَلَا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ عَلَى الْبِغَاءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَمَنْ يُكْرِهْهُنَّ فَإِنَّ اللَّهَ مِنْ بَعْدِ إِكْرَاهِهِنَّ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan orang-orang yang tidak mampu nikah hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan BUDAK-BUDAK YANG KALIAN MILIKI yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka. Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan JANGANLAH KAMU PAKSA BUDAK-BUDAK PEREMPUANMU UNTUK MELAKUKAN PELACURAN, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu.

Budak rampasan perang yang perempuan itu, memang boleh ‘digauli’. Tapi sekali lagi, harus dan wajib dengan akad nikah. Alias meminta kerelaannya. Tidak boleh main paksa. Kebolehan ‘menggauli’ itu pun hanya tawanan perempuan Ahli Kitab—perempuan Yahudi (seperti perempuan Yahudi Bani Nadhir) dan Nasrani (seperti perempuan kekaisaran Romawi). Adapun tawanan perempuan penyembah pagan, tidak boleh dinikahi. Dan apalagi ‘digauli’. Haram (QS.2:221).

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...