—Saiful Islam—
Maka kita bisa simpulkan sementara.
Pertama, ghoib yang secara bahasa makna awalnya lawan dari hadir. Ghoib itu
bukan hanya hal fisik saja, atau metafisik saja. Ghoib bisa hal fisik, bisa
juga metafisik. Ghoib yang fisik, seperti kejadian-kejadian masa lalu. Atau kejadian-kejadian
masa depan. Ghoib yang metafisik, misalnya Allah.
Setiap yang metafisik, pasti ghoib.
Setiap yang ghoib belum tentu metafisik. Karena yang ghoib bisa juga sesuatu
yang fisikal, hanya tidak tampak oleh mata saja. Seperti sejarah; masa depan; unsur,
molekul, dan energi setiap materi; dan seterusnya.
Kedua, jin yang secara bahasa makna
awalnya adalah apa pun yang tidak bisa dijangkau oleh indra. Terutama pandangan
mata langsung. Nah, jin itu ternyata bisa juga untuk menamai bangsa binatang.
Saya telusuri ayat-ayat Qur’an.
Kata Arab, saya cari kata ‘al-jin’, ‘al-jinnah’, dan ‘al-jaan’. Atau ‘jin’
kalau kata Indonesianya. Ternyata saya tidak menemukan dengan jelas dan tegas
bahwa jin itu adalah makhluk halus. Atau makhluk metafisika. Makhluk ghoib. Jin
yang diartikan makhluk metafisika, itu adalah kesannya Al-Raghib Al-Ashfahaniy
dari Qur’an surat al-Jin [72] ayat 1. Yaitu terinspirasi dengan kalimat, “Katakanlah
(Muhammad): telah diwahyukan kepadaku…” Itu pun dia cukup menyebut ‘bangsa
ruh’.
Adapun yang mengatakan jin adalah
tengah-tengah antara malaikat dan setan, itu juga tidak ada sandarannya yang
jelas dari Qur’an. Lebih pasnya, semua pendapat ini kita sebut hipotesis. Baru hipotesis.
Alias dugaan sementara.
Yang saya temukan hanyalah bahwa
jin itu dibuat dari nyala api. Bahan penciptaan jin itu dari api yang membara. Tapi
ingat, tidak ada ayat yang menyebut begini: jin adalah makhluk halus. Allah cukup
menyebut, jin dibuat dari api. Apakah hanya jin yang terbuat dari api? Adakah sesuatu
atau materi yang terbuat dari api? Apa sih api itu sebenarnya?
Maka ada benarnya yang mengatakan
bahwa bahan dasar jin itu beda dengan manusia. Karena manusia disebut Qur’an
dari tanah. Berikut ini ayat-ayatnya.
QS. Al-Rahman[55]: 14-15
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ
“Dia menciptakan manusia dari
tanah kering seperti tembikar.”
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ
“Dan Dia menciptakan jin dari
nyala api.”
QS. Al-Hijr[15]: 26-27
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
“Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk.”
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ
“Dan Kami telah menciptakan jin
sebelumnya (manusia) dari api yang sangat panas.”
Jadi, jin itu terbuat dari nyala
api atau api. Penciptaan jin itu lebih dulu dari manusia. Kalau kita melihat
penciptaan alam semesta, memang bangsa manusia itu baru ada sekitar 2 juta
tahun yang lalu. Sedangkan bumi, itu terbentuk sekitar 4 miliaran tahun yang
lalu. Dan alam semesta sendiri baru terbentuk kira-kira 15 miliar tahun yang
lalu.
Sampai di sini, kita bisa lagi
mengambil kesimpulan sementara. Bahwa jin itu bisa juga untuk ‘sesuatu’ yang
berbeda bahan dasarnya dengan manusia. Apakah ia makhluk metafisik yang sudah
pasti ghoib? Atau sebenarnya ia adalah makhluk fisik yang ‘sekan-akan’ ghoib
saja, karena kita tidak punya teknologi untuk melihatnya? Atau ghoib karena
kita belum punya pengetahuannya?
Jadi jin itu dari api. Apa sih api
yang menjadi bahan dasar jin itu? Secara sains api didefinisikan sebagai ini: api
adalah oksidasi cepat terhadap suatu material dalam proses pembakaran kimiawi,
yang manghasilkan panas, cahaya, dan berbagai reaksi kimia lainnya.
Api terbentuk ketika udara terutama
oksigen mengalami penggabungan dengan benda yang mudah terbakar atau bahan
bakar yang kemudian mendapat energi panas yang lantas memicu reaksi kimia
antara oksigen, bahan bakar, dan energi panas. Ringkasnya, variabel api itu
adalah oksigen, materi (bahan bakar), dan energi panas.
Kemudian di ayat berikut ini, kita
mendapat tambahan informasi bahwa jin itu mempunyai hati, mata, dan telinga.
QS. Al-A’raf[7]: 179
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا
يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا
يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
”Dan sesungguhnya Kami jadikan
untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai
hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.
Tentu, ini membuat kita semakin
penasaran. Semakin seru. Membuat kita semakin bertanya-tanya. Ternyata bahan
dasar api itu sendiri, bukan makhluk halus. Bukan makhluk metafisik. Api itu
bukan di alam lain. Api itu ya di semesta ini. Termasuk di bumi ini. Bukan ‘di
sana’ yang antah berantah itu. Tapi di sini. Di dunia.
Karena dia energi panas, dia bisa
masuk kemana saja. Ke materi apa pun. Termasuk masuk ke dalam manusia! Nah,
apakah jin itu ternyata manusia itu sendiri? Lebih tepatnya manusia yang
kemasukan energi panas?
Lalau bagaimana dengan setan? Malaikat?
Dan iblis? Apa bedanya dengan itu semua? Wah, semakin menarik. Insya Allah kita
akan bahas satu per satu. Insya Allah kita akan menemukan gambaran utuhnya.
Termasuk siapa sih jinnya Nabi Sulaiman itu? Insya Allah.
Salam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar