—Saiful Islam—
“Berarti yang terakhir ini, jin
juga bisa berarti bangsa binatang…”
Sekarang. Marilah kita fokus kosa
kata jin. Kita akan tinjau kata ini baik arti bahasanya. Melalui kamus-kamus
Arab. Paling tidak saya akan carikan di Lisan al-Arab karya Ibnu Manzhur
(orang Tunisia yang wafat tahun 1312 M/ sekitar abad 8 H), Mufradat Alfazh
al-Qur’an, dan al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an yang dua-duanya karya
al-Raghib al-Ashfahaniy (orang Iran yang wafat tahun 502 H/1108 M atau abad
ke-6 H). Atau bisa juga di almaany.com, kamus online yang menghimpun dari
kamus-kamus Arab.
Yang kedua, saya akan carikan kata
jin itu dalam konteks kalimat-kalimat Al Qur’an. Jadi tidak hanya makna per
kata, tapi juga makna ketika kata itu masuk dalam sebuah konteks kalimat. Sebab,
sebuah kata ketika masuk dalam konteks kalimat, bisa memiliki arti lain.
Sebagai ingatan, marilah kita
ulangi lagi pertanyaan mendasar ini: “Benarkah jin itu adalah makhluk halus?”
Atau “Apakah benar jin itu hanya berarti makhluk halus?”
Secara bahasa, jin arti awalnya
adalah segala sesuatu yang tertutup oleh indra. Bayi yang masih dalam
kandungan, itu disebut ‘janin’. Karena ia masih tertutup, alias berada
dalam perut ibunya. Perisai, itu disebut ‘junnah’ atau ‘al-mijannah’.
Sebab ia berfungsi menutup tubuh supaya terlindungi dari sabetan pedang, panah,
peluru, dan semisalnya. Orang gila, itu disebut ‘majnun’. Karena akal
sehatnya sedang tertutup.
‘al-Jannah’ yang
sering kita artikan surga itu, asal katanya sama dengan jin, yaitu ‘janna’.
Berarti setiap kebun yang tertutupi pohon-pohonnya yang lebat. Kuburan itu juga
bisa disebut ‘al-janin’ atau ‘al-janan’, karena menutup orang
dengan tanah. Begitu juga kain kafan itu disebut ‘al-janan’.
Sedangkan ‘al-jin’, inilah
fokus kosa kata yang kita bahas, disebutkan dalam al-Mufradat fi Gharib
al-Qur’an itu bahwa artinya adalah bangsa roh yang tertutup oleh indra. Maka
termasuk juga malaikat dan setan. Setiap malaikat adalah jin, dan setiap jin
bukanlah malaikat. “Setiap malaikat adalah jin,” kata Abu Shalih.
Disebutkan pula di situ bahwa jin
itu bagian dari bangsa roh. Dan bangsa roh itu ada tiga: roh yang baik, yakni
malaikat; roh yang jahat, yakni setan; dan tengah-tengah (antara roh baik dan
roh jahat), yakni jin. Alasannya, adalah QS. Jin ayat 1 sampai ayat 14, yang
disitu ada kata ‘diwahyukan kepadaku’. Nanti kita akan tinjau
ayat-ayatnya.
Diartikan pula bahwa jin itu adalah
makhluk tak kasat mata yang diberi beban syariat layaknya manusia. Asal
penciptaannya adalah dari api. Jin itu lawan katanya adalah manusia (khilaf
al-ins). Ada pula yang menyebut, bahwa jin itu ada tiga macam: ular, kala
jengking, dan binatang kecil-kecil (serangga). Berarti yang terakhir ini, jin
juga bisa berarti bangsa binatang.
Kamus ‘al-Munawwir’, dari
asal kata ‘janna’ dengan berbagai derivasinya mengartikan antara lain:
merahasiakan, menyembunyikan, menutup dengan tabir, gelapnya malam, burung layang-layang,
kafan, hati, ruh (jiwa), bagian dalam, kepandiran (kebodohan), amuk, jenis ular,
dan peri (jin perempuan).
Memang ruh itu terkadang disebut ‘janaan’,
karena ruh juga tertutup oleh badan. ‘Jinn al-naas’, adalah sebagian besar
orang. Atau sekelompok besar orang. Karena orang yang masuk pada suatu
kelompok, maka kelompok itu akan menutupinya. Disebut pula bahwa ‘al-jinn’ itu
anaknya ‘al-jaan’. Ibnu Sidah mengartikan bahwa jin itu bagian dari alam (makhluk
atau selain Allah), yang mereka tidak bisa dilihat. Satu kaum Arab juga
menyebut malaikat itu, jin (‘ajinnah’).
Dan masih beberapa lagi pendapat
arti seputar kata ‘janna’ itu dalam Kamus Lisan al-‘Arab,
terutama. Kurang lebih maknanya tidak jauh seperti yang sudah saya tuliskan di
atas.
Jadi, apakah jin itu makhluk halus?
Sejatinya dalam kamus-kamus Arab tersebut, saya tidak menemukan frase ‘makhluk
halus’ itu. Saya tidak dapati misalnya kata ‘makhluq al-daqiq’, atau ‘makhluq
al-murhaf’, atau ‘al-makhluq al-lathif’. Tidak ada. Adanya di KBBI,
yang mengartikan makhluk halus adalah makhluk yang dianggap hidup di alam gaib
yang berada di alam fisik (misalnya setan, jin). Sedangkan jin diartikan
makhluk halus yang diciptakan dari api.
Maka, yang mengartikan jin itu
makhluk halus adalah KBBI. Tentu KBBI tidak bisa dijadikan prinsip untuk
menentukan keberadaan hal yang metafisik. Maka, nanti kita akan coba lihat
semua kata jin itu dalam ayat-ayat Al Qur’an dalam konteks-konteks kalimatnya.
Karena sekali lagi, saya bilang untuk urusan metafisik seperti keberadaan jin
itu, tidak bisa tidak referensi utama kita hanyalah Al Qur’an.
Jadi secara bahasa, yang paling
mendekati makna jin sebagai makhluk halus itu, kiranya apa yang disebut al-Asfahaniy
di atas. Yaitu, bangsa roh atau ruh yang tertutup oleh indra. Padahal manusia
juga punya ruh. Maka jangan gegabah dulu mengartikan jin HANYA makhluk halus…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar