Selasa, 28 Mei 2019

MALIH RUPO


—Saiful Islam—

Sekali lagi. Bahwa jin itu dari api (55:15) dan (15:27). Api itu adalah oksidasi cepat terhadap suatu material dalam proses pembakaran kimiawi, yang manghasilkan panas, cahaya, dan berbagai reaksi kimia lainnya. Sedangkan oksidasi adalah pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.

Kalau kita melihat api, warna oren atau biru, itu tertangkap oleh mata. Itu sebenarnya adalah cahaya. Ada pun panasnya, itu sebenarnya mata tidak bisa melihatnya. Panasnya api, itu hanya bisa ‘dilihat’ oleh indra peraba kita. Misalnya panas itu dirasakan oleh tangan. Nah, rasa panas itulah sejatinya adalah energi. Energi panas. Begitu juga cahaya sendiri itu adalah energi. Energi cahaya.

Coba perhatikan definisi di atas lagi. Api itu adalah oksidasi cepat… (dan seterusnya). Sedangkan oksidasi adalah pelepasan elektron. Baik itu oleh atom (unsur), molekul, atau ion. Kita sudah tahu bahwa unsur saja memang punya muatan negatif yang disebut elektron itu. Apalagi molekulnya. Sehingga definisi api menjadi begini: pelepasan elektron yang cepat terhadap suatu material dalam proses pembakaran kimiawi, yang manghasilkan panas, cahaya, dan berbagai reaksi kimia lainnya.

Maka sebenarnya, energi panas dan energi cahaya dari api itu, bukan penyusun dasar dari api tersebut. Kedua energi itu belum menjadi sebab pertamanya. Keduanya masih akibat. Yaitu hanya akibat atau hasil dari pelepasan elektron. Adapun elektron, didefinisikan sebagai partikel subatom yang bermuatan negatif. Elektron tidak memiliki komponen dasar atau substruktur apapun yang diketahui. Sehingga elektron dipercaya sebagai partikel elementer.

Partikel elementer adalah partikel dasar. Yaitu partikel yang belum diketahui apakah partikel ini terdiri dari partikel lainnya yang lebih kecil. Unsur terbentuk dari partikel yang lebih kecil yang disebut elektron, proton, dan neutron. Proton dan netron terbentuk dari partikel yang lebih dasar yang disebut quark. Sains mengetahui jin itu hanya sampai di partikel dasar ini.

Partikel elektron yang bermuatan negatif itu mempunyai antipartikelnya. Nah, antipartikel elektron ini disebut positron. Yaitu, partikel yang mirip dengan elektron, tetapi bermuatan positif. Ketika sebuah elektron bertumbukan dengan positron, keduanya dapat saling berhambur atau musnah total yang menghasilkan sepasang (atau lebih) foton sinar gama.

Jadi elektron dan positron yang materi itu musnah total ketika bertumbukan, malah uniknya, lantas menghasilan atau berubah menjadi gelombang. Apa itu gelombang? Diartikan cukup simpel. Yaitu getaran yang merambat. Jadi ‘hanya’ getaran. Getaran sendiri juga diartikan ‘sederhana’. Yakni gerak bolak-balik di sekitar kesetimbangan. Jadi ‘hanya’ gerak bolak-balik. Gerak itu karena gaya.

Gaya, adalah interaksi apa pun yang dapat menyebabkan benda bermasaa mengalami perubahan gerak, baik dalam bentuk arah, maupun konstruksi geometris. Gaya (baik tarikan atau dorongan/tolak), itu timbul karena fenomena gravitasi, magnet, atau yang lain, sehingga mengakibatkan percepatan. Jadi sebuah interaksi yang menjadi sifat partikel itu sendiri. Ini dipelajari dalam ikatan kimia, dimana sebuah atom itu bisa melepaskan dan mengikat elektron. Akhirnya menjadi berpasangan. Bersenyawa. H2O (air) misalnya. Sifat ini ‘sudah dari sononya’.

Foton ini sendiri adalah juga partikel elementer. Dalam fenomena elektromagnetik. Biasanya foton dianggap sebagai pembawa radiasi elektromagnetik: cahaya, gelombang radio, dan sinar-X. Foton ini berbeda dengan partikel elementer lainnya. Seperti elektron dan quark. Sebagai gelombang, satu foton tunggal tersebar di seluruh ruang dan menunjukkan fenomena gelombang seperti pembiasan oleh lensa.

Mengenai ‘sifat dari sononya’ itu, kita jadi ingat soal muatan listrik. Yaitu, muatan dasar yang dimiliki suatu benda, yang membuatnya mengalami gaya pada benda lain yang berdekatan dan juga memiliki muatan listrik. Simbol Q kerap digunakan untuk menggambarkan muatan. Q adalah sifat dasar yang dimiliki oleh materi baik berupa proton (muatan positif) maupun elektron (muatan negatif).

Perlu diingat pula, bahwa elektron itu adalah bermuatan listrik negatif. Sedangkan proton, merupakan muatan listrik positif. Soal listrik, kita sudah akrab dengan istilah ‘min’ dan ‘plus’. Dan ‘min-plus’ itu sendiri, ternyata sudah tahu-tahu menghasilkan medan listrik. Dengan kata lain antara elektron dan proton itu, tiba-tiba ada medan listriknya.

Maka bisa kita simpulkan, bahwa Allah menciptakan jin dari api. Api dari energi panas. Energi panas dari pelepasan elektron. Elektron ini punya antipartikelnya berupa positron. Ketika elektron dan positron bertumbukan, musnah total, tapi malah berubah menjadi foton sinar gama. Jadi, pembahasan soal jin yang dari elektron itu ternyata tidak bisa lepas dari bahasan soal cahaya. Yang ‘katanya’ cahaya ini (_nur_) ini adalah bahan dasar penciptaan malaikat? Wah, semakin membuat kita penasaran!

Dari semua uraian di atas, saya semakin curiga. Jangan-jangan pada dasarnya semuanya adalah energi. Hanya kemudian ‘malih rupo’ karena ‘sifat dari sononya’ itu. Pada satu kesempatan, energi itu berupa energi panas. Di kesempatan yang lain, berupa energi cahaya. Di waktu dan kesempatan yang lain lagi, ia merupa energi listrik, energi kimia, energi kinetik, energi mekanik, energi nuklir, dan lain seterusnya.

Insya Allah akan kita lihat. Bersambung. Insya Allah…

Salam





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...