—Saiful Islam—
Sekali lagi. Bahwa jin itu dari api
(55:15) dan (15:27). Api itu adalah oksidasi cepat terhadap suatu material
dalam proses pembakaran kimiawi, yang manghasilkan panas, cahaya, dan berbagai
reaksi kimia lainnya. Sedangkan oksidasi adalah pelepasan elektron oleh sebuah
molekul, atom, atau ion.
Kalau kita
melihat api, warna oren atau biru, itu tertangkap oleh mata. Itu sebenarnya
adalah cahaya. Ada pun panasnya, itu sebenarnya mata tidak bisa melihatnya. Panasnya
api, itu hanya bisa ‘dilihat’ oleh indra peraba kita. Misalnya panas itu
dirasakan oleh tangan. Nah, rasa panas itulah sejatinya adalah energi. Energi
panas. Begitu juga cahaya sendiri itu adalah energi. Energi cahaya.
Coba perhatikan
definisi di atas lagi. Api itu adalah oksidasi cepat… (dan seterusnya). Sedangkan
oksidasi adalah pelepasan elektron. Baik itu oleh atom (unsur), molekul, atau
ion. Kita sudah tahu bahwa unsur saja memang punya muatan negatif yang disebut
elektron itu. Apalagi molekulnya. Sehingga definisi api menjadi begini:
pelepasan elektron yang cepat terhadap suatu material dalam proses
pembakaran kimiawi, yang manghasilkan panas, cahaya, dan berbagai reaksi kimia
lainnya.
Maka sebenarnya, energi panas dan energi
cahaya dari api itu, bukan penyusun dasar dari api tersebut. Kedua energi itu
belum menjadi sebab pertamanya. Keduanya masih akibat. Yaitu hanya akibat atau hasil
dari pelepasan elektron. Adapun elektron, didefinisikan sebagai partikel
subatom yang bermuatan negatif. Elektron tidak memiliki komponen dasar atau
substruktur apapun yang diketahui. Sehingga elektron dipercaya sebagai partikel
elementer.
Partikel
elementer adalah partikel dasar. Yaitu partikel yang belum diketahui apakah
partikel ini terdiri dari partikel lainnya yang lebih kecil. Unsur terbentuk
dari partikel yang lebih kecil yang disebut elektron, proton, dan neutron. Proton
dan netron terbentuk dari partikel yang lebih dasar yang disebut quark. Sains
mengetahui jin itu hanya sampai di partikel dasar ini.
Partikel
elektron yang bermuatan negatif itu mempunyai antipartikelnya. Nah, antipartikel
elektron ini disebut positron. Yaitu, partikel yang mirip dengan elektron,
tetapi bermuatan positif. Ketika sebuah elektron bertumbukan dengan positron,
keduanya dapat saling berhambur atau musnah total yang menghasilkan sepasang
(atau lebih) foton sinar gama.
Jadi
elektron dan positron yang materi itu musnah total ketika bertumbukan, malah uniknya,
lantas menghasilan atau berubah menjadi gelombang. Apa itu gelombang? Diartikan
cukup simpel. Yaitu getaran yang merambat. Jadi ‘hanya’ getaran. Getaran sendiri
juga diartikan ‘sederhana’. Yakni gerak bolak-balik di sekitar kesetimbangan. Jadi
‘hanya’ gerak bolak-balik. Gerak itu karena gaya.
Gaya, adalah
interaksi apa pun yang dapat menyebabkan benda bermasaa mengalami perubahan gerak,
baik dalam bentuk arah, maupun konstruksi geometris. Gaya (baik tarikan atau
dorongan/tolak), itu timbul karena fenomena gravitasi, magnet, atau yang lain,
sehingga mengakibatkan percepatan. Jadi sebuah interaksi yang menjadi sifat
partikel itu sendiri. Ini dipelajari dalam ikatan kimia, dimana sebuah atom itu
bisa melepaskan dan mengikat elektron. Akhirnya menjadi berpasangan. Bersenyawa.
H2O (air) misalnya. Sifat ini ‘sudah dari sononya’.
Foton ini
sendiri adalah juga partikel elementer. Dalam fenomena elektromagnetik. Biasanya
foton dianggap sebagai pembawa radiasi elektromagnetik: cahaya, gelombang radio,
dan sinar-X. Foton ini berbeda dengan partikel elementer lainnya. Seperti elektron
dan quark. Sebagai gelombang, satu foton tunggal tersebar di seluruh ruang dan
menunjukkan fenomena gelombang seperti pembiasan oleh lensa.
Mengenai
‘sifat dari sononya’ itu, kita jadi ingat soal muatan listrik. Yaitu, muatan
dasar yang dimiliki suatu benda, yang membuatnya mengalami gaya pada benda lain
yang berdekatan dan juga memiliki muatan listrik. Simbol Q kerap digunakan
untuk menggambarkan muatan. Q adalah sifat dasar yang dimiliki oleh materi baik
berupa proton (muatan positif) maupun elektron (muatan negatif).
Perlu diingat
pula, bahwa elektron itu adalah bermuatan listrik negatif. Sedangkan proton,
merupakan muatan listrik positif. Soal listrik, kita sudah akrab dengan istilah
‘min’ dan ‘plus’. Dan ‘min-plus’ itu sendiri, ternyata sudah tahu-tahu
menghasilkan medan listrik. Dengan kata lain antara elektron dan proton itu,
tiba-tiba ada medan listriknya.
Maka bisa
kita simpulkan, bahwa Allah menciptakan jin dari api. Api dari energi panas. Energi
panas dari pelepasan elektron. Elektron ini punya antipartikelnya berupa
positron. Ketika elektron dan positron bertumbukan, musnah total, tapi malah
berubah menjadi foton sinar gama. Jadi, pembahasan soal jin yang dari elektron
itu ternyata tidak bisa lepas dari bahasan soal cahaya. Yang ‘katanya’ cahaya
ini (_nur_) ini adalah bahan dasar penciptaan malaikat? Wah, semakin
membuat kita penasaran!
Dari semua
uraian di atas, saya semakin curiga. Jangan-jangan pada dasarnya semuanya
adalah energi. Hanya kemudian ‘malih rupo’ karena ‘sifat dari sononya’ itu.
Pada satu kesempatan, energi itu berupa energi panas. Di kesempatan yang lain,
berupa energi cahaya. Di waktu dan kesempatan yang lain lagi, ia merupa energi
listrik, energi kimia, energi kinetik, energi mekanik, energi nuklir, dan lain
seterusnya.
Insya
Allah akan kita lihat. Bersambung. Insya Allah…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar