Rabu, 29 Mei 2019

JIN TAK SEKADAR NOUN


—Saiful Islam—

Kita sudah ketahui material penyusun jin itu sampai paling dasarnya. Ringkasnya begini: jin itu dari api. Api dari elektron. Elektron yang bermuatan negatif, punya antipartikelnya yang bernama positron. Ketika elektorn dan positron bertumbukan, musnah dan berubah menjadi foton sinar gama. Sedangkan proton dan neutronnya berasal dari quark. Maka material paling halus keduanya adalah foton sinar gama dan quark. Jadi, yang awalnya materi berubah menjadi energi.

Pada dasarnya, api itu adalah reaksi rantai kimia. Bisa disebut pembakaran. Api terjadi, harus ada tiga hal ini: bahan bakar, oksigen (O2), dan sumber-sumber panas. Bahan bakar bisa padat, cair, dan gas. Yang padat seperti kayu, kertas, kapas, dll. Yang cair misalnya minyak tanah, bensin, solar, spirtus, dan seterusnya. Yang gas seperti karbit dan lpg.

Yang namanya pembakaran, itu selalu butuh O2. Alias oksigen. Kalau kita belajar Kimia, apapun zatnya, jika untuk pembakaran pastilah harus ditambah oksigen itu. Paling tidak kadarnya 16%. Yang kemudian menghasilkan energi baru dan uap air (H2O). Pembakaran tidak akan pernah terjadi di ruang hampa. Dalam tubuh kita pun terjadi pembakaran itu. Zat seperti karbohidrat, lemak, protein, ini dibakar dengan O2. Kita bernapas, memang menghirup O2. Baru kemudian menghasilkan energi yang kita gunakan untuk aktivitas sehari-hari.

Adapun sumber-sumber panas bisa dari gesekan, benturan, bunga api listrik, busur api las, listrik statis, faktor alam, dan lain seterusnya. Jadi, terjadinya api itu harus ada bahan bakar yang mencapai titik nyala. Kemudian udara yang cukup oksigennya, serta sumber panas juga yang cukup. Reaksi rantai kimianya, bahan bakar yang dipanaskan mengeluarkan uap. Uap bergabung untuk menciptakan senyawa baru. Nah, senyawa baru itu bergabung dengan oksigen dan baru lantas menyala.

Setelah mengetahui material penyusun jin itu, penting kiranya kita mengetahui dulu sifat-sifat dari material tersebut. Karena setiap sesuatu itu pasti punya sifat dasarnya. Yang kemarin secara sekilas saya sebut, ‘dari sononya’. Sifat-sifat alami. Sedangkan kata ‘al-jinn’ atau ‘al-jaann’, atau ‘al-jinnah’, ini adalah ism. Atau noun kalau dalam Bahasa Inggris. Kata benda, jika dalam Bahasa Indonesia. Tapi ada bedanya. Al-ism, kalau Bahasa Arab, itu berarti dua: kata benda dan kata sifat. Jadi, bukan hanya kata benda!

Dalam Al Qur’an sendiri, Allah menyebut jin itu dengan menggunakan kata al-jinn (6:100; 6:128; 6:130; 7:38; 7:179; 18:50; 27:17; 27:39; 34:12; dan lain-lain), atau jaann/al-jaann (55:15; 55:39, 15:27, dan lain-lain) atau al-jinnah (11:119, 32:13, 114:6). Tiga-tiganya adalah al-ism. Yang menggunakan kata ‘al-jinn’, misalnya dalam QS. Al-An’am[6] ayat 130.

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚ قَالُوا شَهِدْنَا عَلَىٰ أَنْفُسِنَا ۖ وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِينَ

Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.

Yang menggunakan kata jaann atau al-jaann, misalnya dalam Qur’an surat Al-Rahman[55] ayat 39 dan QS. Al-Hijr[15] ayat 7 berikut ini:
فَيَوْمَئِذٍ لَا يُسْأَلُ عَنْ ذَنْبِهِ إِنْسٌ وَلَا جَانٌّ
Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya.
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ
Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya dari api yang sangat panas.

Jin yang menggunakan kata al-jinnah, sebagaimana yang disebut Allah dalam Qur’an, misalnya surat Hud[11] ayat 119 sebagai berikut.
إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ ۚ وَلِذَٰلِكَ خَلَقَهُمْ ۗ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.

Maka paling tidak, sifat api itu tidak tahan air. Meski sama-sama ada unsur oksigennya, tapi kalau sudah berbentuk api, ia akan padam dengan air. Jadi di sini, kita tidak hanya melihat api itu di tingkat seluler dan kuantum. Penting juga ditinjau di tingkat fisiknya itu. Tidak hanya di sisi paling dalamnya, sisi tengah dan sisi dangkalnya kita lihat juga. Sehingga kita punya beberapa sudut pandang ketika menafsiri kata-kata jin di dalam Al Qur’an nantinya.

Selain itu, api juga mengantarkan panas. Atau energi panas. Sekali lagi, panasnya api ini, tidak bisa kita lihat. Kita hanya bisa merasakannya. Sama seperti listrik. Kalau orang pernah kesetrum (seperti saya dulu hampir mati, hehehe), pasti tahu. Karena panas dan listrik ini adalah energi, maka hanya bisa dirasakan. Dan juga bisa diukur. Dalam kehidupan nyata, selalu begitu. Di balik setiap materi, itu ada energinya. Pasti itu. Di tingkat seluler dan kuantum, kita sudah lihat itu.

Maka, hipotesis kita semakin menemukan pijakannya. Semakin terang. Bahwa jin itu adalah energi panas. Energi panas ini bisa ‘malih rupo’. Pun energi panas ini bisa menjalar kemana-mana. Termasuk ke dalam diri manusia! Apakah jin ini, ternyata manusia itu sendiri? Atau manusia yang bersifat jin, mengingat jin itu juga bisa kata sifat? Dan sifat itu bisa menempel pada apa pun, termasuk pada manusia? Nanti kita akan lihat.

Sementara itu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...