—Saiful Islam—
“Malam, itu cuma keadaan ketika
bagian bumi membelakangi matahari…”
Jadi, al-mu’awwidzatayn (QS.
Al-Falaq dan QS. Al-Nas), itu bukan jawaban kasus kabar berbau tendensius bahwa
Nabi disihir Labid bin al-A’sham. Setelah menganalisis sanad dan matan itu,
ternyata Hadis-Hadis (berita) Nabi disihir, itu lemah. Dalam Surat Al-Falaq
pun, terjadi kontradisi kesimpulan mereka sendiri. Hadisnya menyebut Labid bin
Al-A’sham. Ini laki-laki. Sedangkan di QS. Al-Falaq, yang diterjemahkan sebagai
para penyihir, itu perempuan. Jadi tidak nyambung. Tidak make sense.
Alias tidak masuk akal.
Lalu, ada seorang kawan yang
bertanya kepada saya, bagaimana sebenarnya QS. Al-Falaq dan QS. Al-Nas itu. Sekali
lagi, kedua Surat ini adalah argumen puncak kawan-kawan yang pro sihir dan Jin
gaib metafisika.
OK. Mari kita kutip ayat-ayatnya.
Saya pakai terjemah versi Kemenag dulu. Sebagai perwakilan pandangan umum
masyarakat kita. Baru kemudian dikomentari. Dikritisi. Misalnya pemahaman dari
kosa kata Arab-nya. Kalau terlalu panjang, bahasan ini kita bagi paling tidak
dua sesi.
QS. Al-Falaq[113]: 1 – 5
1.
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh
(fajar).
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
2.
“Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan.
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا
وَقَبَ
3.
“Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.
وَمِنْ شَرِّ
النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
4.
“Dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup
pada buhul-buhul (talinya).
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا
حَسَدَ
5.
“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”
QS. Al-Nas[114]: 1 – 6
1.
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia.
2.
“Raja manusia.
3.
“Sembahan manusia.
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ
الْخَنَّاسِ
4. “Dari kejahatan (bisikan) Setan yang
bersembunyi.
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي
صُدُورِ النَّاسِ
5. “Yang membisikkan (kejahatan) ke
dalam dada manusia.
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
6. “Dari (golongan) jin dan manusia.”
Dua Surat ini adalah Makkiyah.
Yakni turun sebelum Nabi Hijrah. Secara tertip turunnya, kedua Surat ini turun
setelah Surat Al-Kafirun dan Al-Fil. QS. Al-Falaq adalah Surat ke-20. Terdiri
dari 5 ayat. Sedangkan QS. Al-Nas adalah Surat ke-21. Mengandung 6 ayat. Secara
umum isinya adalah perintah kepada Nabi Muhammad (tentu kepada kita juga), supaya
selalu minta tolong kepada Allah. Alias berdoa. Tepatnya, berdoa yang tidak
formal. Terutama supaya tidak terpengaruh dan dijauhkan dari sifat Setan yang
membuat kita jauh dari rahmat Allah.
QS. Al-Mukminun[23]: 97 – 98
وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ
مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ
97. Dan katakanlah (Muhammad):
"Ya Tuhanku. Aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan Setan.”
وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ
يَحْضُرُونِ
98. “Dan aku berlindung (pula)
kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku."
Minta tolong apa? Pertama,
dari semua keburukan atau kejahatan yang Dia Ciptakan. Min syarri maa kholaq.
Ada pendapat bahwa Allah tidak menciptakan keburukan. Ayat ini dibacanya min
syarrin maa kholaq (tidak difrasekan atau diidhofahkan): dari
keburukan yang Allah tidak ciptakan. Menurut saya, secara operasional memang
Allah tidak melakukan kejahatan. Namun secara global, semua yang ada (termasuk
kebaikan dan kejahatan) itu yang memang Allah Penciptanya.
Dan manusia memang Allah uji dengan
kebaikan dan keburukan atau kejahatan. Sebagaimana disebut misalnya QS.
Al-Anbiya’[21]: 35.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ
الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ
فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.
Allah menggunakan kata ‘Kami’.
Yakni dalam menguji kita itu, Allah melibatkan pihak lain. Bisa Setan yang
berupa energi negatif. Atau Setan sifat yang telah menguasai manusia. Jadi,
memang Allah lah Pencipta segala yang ada. Termasuk drama kehidupan ini. Tapi
ingat, secara operasional, manusia bebas memilih. Dia mau jadi agen kebaikan
yang konsekuensinya adalah kebahagiaan. Ataukah agen keburukan yang
konsekuensinya adalah penderitaan.
Jadi ketika seseorang berbuat
kejahatan, itu murni pilihannya sendiri. Secara operasional. Tidak bisa begini.
Ada orang yang berbuat kriminal. Kemudian ditangkap dan diadili. Lantas dia
menjawab, “Saya berbuat jahat ini sudah takdir Allah.” Tidak bisa seperti itu.
Kalau begini, sesat. Jabbariyah namanya. Fatalistik. Baik buruk memang takdir
Allah. Tapi memilih yang baik atau yang buruk, itu murni pilihan manusia. Dia
akan diganjar kenikmatan karena pilihan baiknya. Ia pun akan dibalas adzab
karena pilihan buruknya. Min syarri maa kholaq, itu konteksnya takdir. Min
syarrin maa kholaq, itu konteksnya operasional.
Kedua, minta tolong
kepada Allah dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Tentu bukan
kondisi malam yang berbuat kejahatan. Malam itu hanya sebuah waktu. Atau saat.
Atau kondisi gelap. Hanya karena bagian bumi yang tidak terkena cahaya
matahari. Yang dimaksud kejahatan malam, adalah kejahatan-kejahatan binatang,
virus, atau kafir Quraisy yang beraksi di malam hari. Kewaspadaan Nabi dan kaum
Mukmin di malam hari yang gelap, tentu terganggu. Nah, kesempatan malam itulah
yang bisa jadi dimanfaatkan oleh musuh-musuh beliau.
Jadi, tidak ada kaitannya malam
dengan Jin. Sihir tak ada kaitannya dengan malam. Malam tak ada kaitannya
dengan magis. Seperti keyakinan sebagian orang. Malam itu cuma moment
ketika bagian bumi membelakangi matahari. Sebaliknya, siang. Itu saat ketika
bagian bumi menghadap matahari. Namun orang-orang Jawa, Madura, Sunda, atau
Indonesia lah pada umumnya, itu seringkali mengait-ngaitkan malam dengan Jin. Dengan
sihir. Dengan roh-roh. Terpengaruh film-film horor. Wajar kalau kita dengan syair
di masjid sebelum iqomah ini:
“Malam Jum’at roh nunggu onok
lawang. Njalok kiriman sak ayat soko Qor’an. Barang ora oleh sak ayat soko Qor’an.
Bali menyang kobor brebes mili ketangisan.” Tentu saja, banyak orang awam yang
meyakini bahwa arwah keluarga yang telah mati itu benar-benar datang di malam
Jum’at itu. Bahkan dicepaki kopi secangkir, ketan bertabur gula pasir
dan butiran kacang, serta damar oblek.
Padahal sejatinya itu hayalan
belaka! Tidak pernah ada di dunia nyata!! Sungguh bahaya ketika sebuah hayalan
menjadi agama!!!
Ketiga, kejahatan
orang yang dengki. Orang yang dengki itu akal dan hatinya sudah diliputi Setan.
Begitu juga musuh-musuh Nabi di Mekah itu. Dengki yang amat sangat, sebab
keyakinan pagan mereka dikoreksi oleh Qur’an. Merasa posisi sosial, kedudukan, dan
ekonomi mereka, itu terancam dengan kedatangan Nabi yang membawa Qur’an ini.
Yang menyuruh adil. Yang mengecam riba. Yang membongkar sistem kasta. Yang
mengangkat derajat kaum perempuan. Dan seterusnya. Dengki para kafir Quraisy
itu membuat mereka menghalalkan segala cara untuk membunuh Nabi. Membabi buta
untuk melenyapkan Nabi.
Untuk yang keempat dan seterusnya,
tepatnya QS. Al-Falaq ayat 4 dan QS. Al-Nas ayat 4 – 6 insya Allah akan saya
ceritakan di depan.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar