Kamis, 08 Agustus 2019

BISIKAN-BISIKAN SETAN


—Saiful Islam—

“Malam, itu cuma keadaan ketika bagian bumi membelakangi matahari…”

Jadi, al-mu’awwidzatayn (QS. Al-Falaq dan QS. Al-Nas), itu bukan jawaban kasus kabar berbau tendensius bahwa Nabi disihir Labid bin al-A’sham. Setelah menganalisis sanad dan matan itu, ternyata Hadis-Hadis (berita) Nabi disihir, itu lemah. Dalam Surat Al-Falaq pun, terjadi kontradisi kesimpulan mereka sendiri. Hadisnya menyebut Labid bin Al-A’sham. Ini laki-laki. Sedangkan di QS. Al-Falaq, yang diterjemahkan sebagai para penyihir, itu perempuan. Jadi tidak nyambung. Tidak make sense. Alias tidak masuk akal.

Lalu, ada seorang kawan yang bertanya kepada saya, bagaimana sebenarnya QS. Al-Falaq dan QS. Al-Nas itu. Sekali lagi, kedua Surat ini adalah argumen puncak kawan-kawan yang pro sihir dan Jin gaib metafisika.

OK. Mari kita kutip ayat-ayatnya. Saya pakai terjemah versi Kemenag dulu. Sebagai perwakilan pandangan umum masyarakat kita. Baru kemudian dikomentari. Dikritisi. Misalnya pemahaman dari kosa kata Arab-nya. Kalau terlalu panjang, bahasan ini kita bagi paling tidak dua sesi.

QS. Al-Falaq[113]: 1 – 5
1.      Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar).

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
2.      “Dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan.

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
3.      “Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.

وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
4.      “Dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya).

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
5.      “Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”

QS. Al-Nas[114]: 1 – 6
1.      Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia.

2.      “Raja manusia.

3.      “Sembahan manusia.
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
4.      “Dari kejahatan (bisikan) Setan yang bersembunyi.

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
5.      “Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
6.      “Dari (golongan) jin dan manusia.”

Dua Surat ini adalah Makkiyah. Yakni turun sebelum Nabi Hijrah. Secara tertip turunnya, kedua Surat ini turun setelah Surat Al-Kafirun dan Al-Fil. QS. Al-Falaq adalah Surat ke-20. Terdiri dari 5 ayat. Sedangkan QS. Al-Nas adalah Surat ke-21. Mengandung 6 ayat. Secara umum isinya adalah perintah kepada Nabi Muhammad (tentu kepada kita juga), supaya selalu minta tolong kepada Allah. Alias berdoa. Tepatnya, berdoa yang tidak formal. Terutama supaya tidak terpengaruh dan dijauhkan dari sifat Setan yang membuat kita jauh dari rahmat Allah.
QS. Al-Mukminun[23]: 97 – 98
وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ
97. Dan katakanlah (Muhammad): "Ya Tuhanku. Aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan Setan.”

وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ
98. “Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku."

Minta tolong apa? Pertama, dari semua keburukan atau kejahatan yang Dia Ciptakan. Min syarri maa kholaq. Ada pendapat bahwa Allah tidak menciptakan keburukan. Ayat ini dibacanya min syarrin maa kholaq (tidak difrasekan atau diidhofahkan): dari keburukan yang Allah tidak ciptakan. Menurut saya, secara operasional memang Allah tidak melakukan kejahatan. Namun secara global, semua yang ada (termasuk kebaikan dan kejahatan) itu yang memang Allah Penciptanya.

Dan manusia memang Allah uji dengan kebaikan dan keburukan atau kejahatan. Sebagaimana disebut misalnya QS. Al-Anbiya’[21]: 35.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.

Allah menggunakan kata ‘Kami’. Yakni dalam menguji kita itu, Allah melibatkan pihak lain. Bisa Setan yang berupa energi negatif. Atau Setan sifat yang telah menguasai manusia. Jadi, memang Allah lah Pencipta segala yang ada. Termasuk drama kehidupan ini. Tapi ingat, secara operasional, manusia bebas memilih. Dia mau jadi agen kebaikan yang konsekuensinya adalah kebahagiaan. Ataukah agen keburukan yang konsekuensinya adalah penderitaan.

Jadi ketika seseorang berbuat kejahatan, itu murni pilihannya sendiri. Secara operasional. Tidak bisa begini. Ada orang yang berbuat kriminal. Kemudian ditangkap dan diadili. Lantas dia menjawab, “Saya berbuat jahat ini sudah takdir Allah.” Tidak bisa seperti itu. Kalau begini, sesat. Jabbariyah namanya. Fatalistik. Baik buruk memang takdir Allah. Tapi memilih yang baik atau yang buruk, itu murni pilihan manusia. Dia akan diganjar kenikmatan karena pilihan baiknya. Ia pun akan dibalas adzab karena pilihan buruknya. Min syarri maa kholaq, itu konteksnya takdir. Min syarrin maa kholaq, itu konteksnya operasional.

Kedua, minta tolong kepada Allah dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Tentu bukan kondisi malam yang berbuat kejahatan. Malam itu hanya sebuah waktu. Atau saat. Atau kondisi gelap. Hanya karena bagian bumi yang tidak terkena cahaya matahari. Yang dimaksud kejahatan malam, adalah kejahatan-kejahatan binatang, virus, atau kafir Quraisy yang beraksi di malam hari. Kewaspadaan Nabi dan kaum Mukmin di malam hari yang gelap, tentu terganggu. Nah, kesempatan malam itulah yang bisa jadi dimanfaatkan oleh musuh-musuh beliau.

Jadi, tidak ada kaitannya malam dengan Jin. Sihir tak ada kaitannya dengan malam. Malam tak ada kaitannya dengan magis. Seperti keyakinan sebagian orang. Malam itu cuma moment ketika bagian bumi membelakangi matahari. Sebaliknya, siang. Itu saat ketika bagian bumi menghadap matahari. Namun orang-orang Jawa, Madura, Sunda, atau Indonesia lah pada umumnya, itu seringkali mengait-ngaitkan malam dengan Jin. Dengan sihir. Dengan roh-roh. Terpengaruh film-film horor. Wajar kalau kita dengan syair di masjid sebelum iqomah ini:

“Malam Jum’at roh nunggu onok lawang. Njalok kiriman sak ayat soko Qor’an. Barang ora oleh sak ayat soko Qor’an. Bali menyang kobor brebes mili ketangisan.” Tentu saja, banyak orang awam yang meyakini bahwa arwah keluarga yang telah mati itu benar-benar datang di malam Jum’at itu. Bahkan dicepaki kopi secangkir, ketan bertabur gula pasir dan butiran kacang, serta damar oblek.

Padahal sejatinya itu hayalan belaka! Tidak pernah ada di dunia nyata!! Sungguh bahaya ketika sebuah hayalan menjadi agama!!!

Ketiga, kejahatan orang yang dengki. Orang yang dengki itu akal dan hatinya sudah diliputi Setan. Begitu juga musuh-musuh Nabi di Mekah itu. Dengki yang amat sangat, sebab keyakinan pagan mereka dikoreksi oleh Qur’an. Merasa posisi sosial, kedudukan, dan ekonomi mereka, itu terancam dengan kedatangan Nabi yang membawa Qur’an ini. Yang menyuruh adil. Yang mengecam riba. Yang membongkar sistem kasta. Yang mengangkat derajat kaum perempuan. Dan seterusnya. Dengki para kafir Quraisy itu membuat mereka menghalalkan segala cara untuk membunuh Nabi. Membabi buta untuk melenyapkan Nabi.

Untuk yang keempat dan seterusnya, tepatnya QS. Al-Falaq ayat 4 dan QS. Al-Nas ayat 4 – 6 insya Allah akan saya ceritakan di depan.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...