Jumat, 02 Agustus 2019

JIN ITU ORANG ASING

—Saiful Islam—

“Menyamakan dukun dan anak indigo dengan rasul-Nya, alangkah kurang ajarnya kita!”

Jika dijadikan buku, saya ingin seri tulisan ini minimal 60 tulisan. Setelah itu, insya Allah saya akan cari topik lain. Ini sudah tulisan ke-58. Sebenarnya, beberapa poin lagi terkait Jin dan sihir ini yang akan saya tulis sudah saya inventarisir. Yaitu: tentang Ruqyah; Alam dimensi lain; Qur’an surat Al Falaq; Mahallul Qiyam (kepercayaan arwah Nabi hadir); Praktik sufi atau tasawwuf yang menyimpang; dan Konsep tuhan atau jin Animisme-Dinamisme, Hindu, Buddha, Kristen, dan Yahudi.

Namun, rasanya saya mesti menjawab dulu respon dan pertanyaan dari kawan-kawan. Seperti satu ini lagi:

“Kalau contoh jika hal2 ghaib gak ada. Lalu isi dari surat jin itu bagaimana?”

================
Begini tanggapan saya:

Sebenarnya, saya tidak pernah menulis bahwa hal-hal gaib itu tidak ada secara umum. Hal-hal gaib itu, menurut saya, memang tidak ada KECUALI diinfokan oleh Al-Qur’an, Hadis Sahih, dan Sains. Dengan kata lain, saya HANYA yakin hal-hal gaib itu ada, SEBATAS info dari Qur’an, Hadis Sahih, dan Sains. Di luar tiga ini, saya memang tidak percaya. Dan saya yakin, di luar info ketiganya itu, gaib-gaib metafisik itu tidak ada. Saya baru bisa mengatakan bahwa gaib-gaib metafisika itu ada, ya memang hanya setelah sampai info dari ketiga sumber kredibel itu saja. Semoga tidak salah paham lagi!

Dari tulisan sebelumnya, saya coba ringkaskan saja soal gaib ini. Gaib itu ada yang fisika. Dan ada yang metafisika. Contoh. Kisah-kisah umat-umat terdahulu, itu fisika atau metafisika? Jawabannya adalah fisika. Gaib atau hadir? Iya, gaib. Jadi, fisika yang gaib. Karena peristiwanya, waktunya, tempatnya, tokoh-tokohnya, tidak kasat mata. Alias tertutup dari pandangan mata. Kita hanya bisa melihat kisah-kisah itu dengan ilmu. Baik dari mendengar maupun dari membaca, menonton, dan seterusnya.

Nah, Jin. Fisika atau metafisika? Jangan terburu-buru menjawab bahwa Jin ini adalah metafisika. Kenapa? Sebab Allah sudah infokan material penyusun Jin itu. Yakni, Jin itu terbuat dari api. Baca QS.55:15 dan QS.15:27. Atau baca lagi tulisan ke-3, Jin Energi Panas. Nah, api itu fisika atau metafisika? Jelas sekali, api ini sesuatu yang fisik. Fisika. Tampak. Bisa dieksperimen dan dijelaskan dengan Sains.

Sama saja ketika Allah infokan bahwa manusia ini dari tanah atau air. Maka unsur-unsur penyusun tubuh manusia ini pun terbukti secara Sains, terdapat di tanah. Seperti zat besi, kalsium, natrium, kalium, oksigen, klorin, hidrogen, magnesium, timah, yodium, mangan, sulfur, karbon, nitrogen, dan seng. Sedangkan api, ringkasnya, variabel api itu adalah oksigen, materi (bahan bakar), dan energi panas. Meskipun gaib memang karena tak kasat mata, unsur seperti oksigen dan energi, itu bisa dilihat oleh Sains. Maka saya pun (sementara ini tentu), melihat kegaiban Jin itu dari sisi variabel api ini. Yakni unsur-unsur, gelombang, atau energi.

Iblis itu dari Jin (QS.18:50). Makanya. Ketika ada kawan yang bertanya, apakah Jin atau iblis atau setan itu sosok? Saya jawab, iblis atau setan itu energi yang memuat informasi negatif. Saya memang percaya variabel alam semesta ini tidak hanya empat: materi, energi, ruang, dan waktu. Tapi lima. Yaitu ditambah informasi. Tepatnya ketika keempat variabel pertama itu diucapi “kun, jadilah,” oleh Allah. “Fayakun, maka jadilah!”. Jadi lantas, ada informasi di dalam materi, ada informasi di dalam energi, ada informasi di dalam ruang dan waktu.

Guru tatap muka langsung saya ini banyak. Terutama di tiga kota. Banyuwangi, Madura, dan Surabaya. Guru ‘pelajaran Agama’ maupun ‘pelajaran umum’. (Saya beri tanda kutip, karena sejatinya ilmu itu tidak bisa dipisah seperti itu. Semua ilmu itu milik Allah). Belum lagi buku-buku yang pernah saya baca. Tentu, semua penulisnya saya anggap guru saya. Nah, saya pernah punya guru yang hebat. Sehebat apa pun, kita mesti tetap kritis. Pakar Ulumul Qur’an. Beliau menyimpulkan bahwa Jin selain yang bermakna pembesar dan orang asing (fisika), juga bermakna Jin spesies dari api yang gaib (metafisika). Tapi tetap Jin gaib yang infonya sebatas dari Qur’an.

Nah, sejauh ini, berarti saya sedikit beda dengan guru saya itu. Titik bedanya, adalah saya melihat Jin ini dari sisi fisik. Atau fisika. Baik itu makna Jin sebagai pembesar, orang asing, maupun spesies yang terbuat dari api. Karena itu tadi. Allah menyebut Jin itu dari api (QS.55:15 dan QS.15:27). Dan api, itu fisika. Unsur-unsurnya bisa dilihat dengan kacamata Sains. Api bukan metafisika! Baca lagi tulisan sebelumnya seri 1 sampai 18 ya…

Tapi ya tetap. Jin gaib ala guru saya itu, adalah Jin gaib yang bentuknya seperti apa, tinggalnya dimana, berjenis kelamin apa, tidak diinfokan oleh Allah kepada kita. Jika ada orang yang bisa mendeskripsikan Jin secara detail, atau menarasikan Jin melebihi info dari Allah itu, maka itu pasti hayalan manusia belaka yang tidak punya dasar rujukan yang ilmiah. Alias cuma rekaan. Cuma ngarang-ngarang.

Kurang lebih beliau menjelaskan bahwa sepanjang penjelasan Al Qur’an, jenis spesies makhluk ini memiliki misi pendendam. Yaitu mengajak manusia untuk kufur dan durhaka kepada Allah. Makhluk Jin gaib ini hanya bisa berkomunikasi dengan manusia dalam satu arah. Caranya adalah membisik-bisikkan obsesi, serta harapan-harapan kosong ke dalam dada manusia. Ujung-ujungnya, jika manusia menuruti bisikan-bisikan itu, akan mengantarkan si pelakunya terkena sangsi dari Allah. Alias dimasukkan neraka. Makhluk gaib ala guru saya ini, ya saya sebut energi yang membawa muatan informasi negatif tadi.

Tapi ya sama saja. Tetap. Bahwa tidak akan pernah ada orang yang bisa melihat Jin. Dan apalagi berinteraksi dengan Jin. Kalau ada orang yang mengaku bisa melihat Jin, termasuk mengaku-ngaku indigo, pasti itu kadzdzab. Dusta. Nggedabrus. Di samping QS.7:27, juga diceritakan dalam QS. Al-Jinn[72] ayat 26 sampai 27, bahwa hanya Allah saja yang tahu hal gaib itu. Tidak diberitahukan kepada siapa pun. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya. Jadi kalau kita mengatakan bahwa anak indigo yang terbukti secara Sains sakit mentalnya, atau dukun, itu bisa tahu hal gaib, maka itu menyamakan keduanya dengan rasul yang diridhai-Nya. Alangkah kurang ajarnya kita!

Sekarang masuk ke pertanyaan, “Bagaimana isi Surat Al-Jinn?” Pertanyaan ini, terlalu umum. Surat Al-Jinn[72] ini terdiri dari 28 ayat. Kalau ditanya isinya, tentu jawabannya bisa jadi minimal 3 sampai 5 tulisan. Tapi kalau yang dimaksud begini: Jin dalam QS. Al-Jinn itu siapa? Maka jawaban saya bisa ringkas. Yaitu, Jin yang dimaksud adalah orang asing. Ada yang menyebut orang asing ini adalah orang Kristen non Arab. Mereka disebut Jin, karena identitasnya tertutup atau tidak diketahui oleh orang-orang Arab. Intinya, Jin di situ adalah orang. Iya, orang. Bukan Jin gaib antah-berantah.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Wallohu a’lam bishshowaab. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...