—Saiful Islam—
“Menyamakan dukun dan anak indigo
dengan rasul-Nya, alangkah kurang ajarnya kita!”
Jika dijadikan buku, saya ingin
seri tulisan ini minimal 60 tulisan. Setelah itu, insya Allah saya akan cari topik
lain. Ini sudah tulisan ke-58. Sebenarnya, beberapa poin lagi terkait Jin dan
sihir ini yang akan saya tulis sudah saya inventarisir. Yaitu: tentang Ruqyah; Alam
dimensi lain; Qur’an surat Al Falaq; Mahallul Qiyam (kepercayaan arwah Nabi
hadir); Praktik sufi atau tasawwuf yang menyimpang; dan Konsep tuhan atau jin
Animisme-Dinamisme, Hindu, Buddha, Kristen, dan Yahudi.
Namun, rasanya saya mesti menjawab
dulu respon dan pertanyaan dari kawan-kawan. Seperti satu ini lagi:
“Kalau contoh jika hal2 ghaib gak
ada. Lalu isi dari surat jin itu bagaimana?”
================
Begini tanggapan saya:
Sebenarnya, saya tidak pernah
menulis bahwa hal-hal gaib itu tidak ada secara umum. Hal-hal gaib itu, menurut
saya, memang tidak ada KECUALI diinfokan oleh Al-Qur’an, Hadis Sahih, dan
Sains. Dengan kata lain, saya HANYA yakin hal-hal gaib itu ada, SEBATAS info
dari Qur’an, Hadis Sahih, dan Sains. Di luar tiga ini, saya memang tidak
percaya. Dan saya yakin, di luar info ketiganya itu, gaib-gaib metafisik itu
tidak ada. Saya baru bisa mengatakan bahwa gaib-gaib metafisika itu ada, ya
memang hanya setelah sampai info dari ketiga sumber kredibel itu saja. Semoga
tidak salah paham lagi!
Dari tulisan sebelumnya, saya coba ringkaskan
saja soal gaib ini. Gaib itu ada yang fisika. Dan ada yang metafisika. Contoh. Kisah-kisah
umat-umat terdahulu, itu fisika atau metafisika? Jawabannya adalah fisika. Gaib
atau hadir? Iya, gaib. Jadi, fisika yang gaib. Karena peristiwanya, waktunya,
tempatnya, tokoh-tokohnya, tidak kasat mata. Alias tertutup dari pandangan
mata. Kita hanya bisa melihat kisah-kisah itu dengan ilmu. Baik dari mendengar
maupun dari membaca, menonton, dan seterusnya.
Nah, Jin. Fisika atau metafisika?
Jangan terburu-buru menjawab bahwa Jin ini adalah metafisika. Kenapa? Sebab Allah
sudah infokan material penyusun Jin itu. Yakni, Jin itu terbuat dari api. Baca QS.55:15
dan QS.15:27. Atau baca lagi tulisan ke-3, Jin Energi Panas. Nah, api
itu fisika atau metafisika? Jelas sekali, api ini sesuatu yang fisik. Fisika. Tampak.
Bisa dieksperimen dan dijelaskan dengan Sains.
Sama saja ketika Allah infokan
bahwa manusia ini dari tanah atau air. Maka unsur-unsur penyusun tubuh manusia
ini pun terbukti secara Sains, terdapat di tanah. Seperti zat besi, kalsium,
natrium, kalium, oksigen, klorin, hidrogen, magnesium, timah, yodium, mangan,
sulfur, karbon, nitrogen, dan seng. Sedangkan api, ringkasnya, variabel api itu
adalah oksigen, materi (bahan bakar), dan energi panas. Meskipun gaib memang
karena tak kasat mata, unsur seperti oksigen dan energi, itu bisa dilihat oleh
Sains. Maka saya pun (sementara ini tentu), melihat kegaiban Jin itu dari sisi
variabel api ini. Yakni unsur-unsur, gelombang, atau energi.
Iblis itu dari Jin (QS.18:50). Makanya.
Ketika ada kawan yang bertanya, apakah Jin atau iblis atau setan itu sosok?
Saya jawab, iblis atau setan itu energi yang memuat informasi negatif. Saya memang
percaya variabel alam semesta ini tidak hanya empat: materi, energi, ruang, dan
waktu. Tapi lima. Yaitu ditambah informasi. Tepatnya ketika keempat variabel
pertama itu diucapi “kun, jadilah,” oleh Allah. “Fayakun, maka
jadilah!”. Jadi lantas, ada informasi di dalam materi, ada informasi di dalam
energi, ada informasi di dalam ruang dan waktu.
Guru tatap muka langsung saya ini
banyak. Terutama di tiga kota. Banyuwangi, Madura, dan Surabaya. Guru ‘pelajaran
Agama’ maupun ‘pelajaran umum’. (Saya beri tanda kutip, karena sejatinya ilmu
itu tidak bisa dipisah seperti itu. Semua ilmu itu milik Allah). Belum lagi
buku-buku yang pernah saya baca. Tentu, semua penulisnya saya anggap guru saya.
Nah, saya pernah punya guru yang hebat. Sehebat apa pun, kita mesti tetap
kritis. Pakar Ulumul Qur’an. Beliau menyimpulkan bahwa Jin selain yang bermakna
pembesar dan orang asing (fisika), juga bermakna Jin spesies dari api yang gaib
(metafisika). Tapi tetap Jin gaib yang infonya sebatas dari Qur’an.
Nah, sejauh ini, berarti saya sedikit
beda dengan guru saya itu. Titik bedanya, adalah saya melihat Jin ini dari sisi
fisik. Atau fisika. Baik itu makna Jin sebagai pembesar, orang asing, maupun
spesies yang terbuat dari api. Karena itu tadi. Allah menyebut Jin itu dari api
(QS.55:15 dan QS.15:27). Dan api, itu fisika. Unsur-unsurnya bisa dilihat
dengan kacamata Sains. Api bukan metafisika! Baca lagi tulisan sebelumnya seri
1 sampai 18 ya…
Tapi ya tetap. Jin gaib ala guru
saya itu, adalah Jin gaib yang bentuknya seperti apa, tinggalnya dimana, berjenis
kelamin apa, tidak diinfokan oleh Allah kepada kita. Jika ada orang yang bisa
mendeskripsikan Jin secara detail, atau menarasikan Jin melebihi info dari
Allah itu, maka itu pasti hayalan manusia belaka yang tidak punya dasar rujukan
yang ilmiah. Alias cuma rekaan. Cuma ngarang-ngarang.
Kurang lebih beliau menjelaskan
bahwa sepanjang penjelasan Al Qur’an, jenis spesies makhluk ini memiliki misi
pendendam. Yaitu mengajak manusia untuk kufur dan durhaka kepada Allah. Makhluk
Jin gaib ini hanya bisa berkomunikasi dengan manusia dalam satu arah. Caranya
adalah membisik-bisikkan obsesi, serta harapan-harapan kosong ke dalam dada
manusia. Ujung-ujungnya, jika manusia menuruti bisikan-bisikan itu, akan
mengantarkan si pelakunya terkena sangsi dari Allah. Alias dimasukkan neraka.
Makhluk gaib ala guru saya ini, ya saya sebut energi yang membawa muatan
informasi negatif tadi.
Tapi ya sama saja. Tetap. Bahwa
tidak akan pernah ada orang yang bisa melihat Jin. Dan apalagi berinteraksi
dengan Jin. Kalau ada orang yang mengaku bisa melihat Jin, termasuk
mengaku-ngaku indigo, pasti itu kadzdzab. Dusta. Nggedabrus. Di samping
QS.7:27, juga diceritakan dalam QS. Al-Jinn[72] ayat 26 sampai 27, bahwa hanya
Allah saja yang tahu hal gaib itu. Tidak diberitahukan kepada siapa pun. Kecuali
kepada rasul yang diridhai-Nya. Jadi kalau kita mengatakan bahwa anak indigo
yang terbukti secara Sains sakit mentalnya, atau dukun, itu bisa tahu hal gaib,
maka itu menyamakan keduanya dengan rasul yang diridhai-Nya. Alangkah kurang
ajarnya kita!
Sekarang masuk ke pertanyaan, “Bagaimana
isi Surat Al-Jinn?” Pertanyaan ini, terlalu umum. Surat Al-Jinn[72] ini terdiri
dari 28 ayat. Kalau ditanya isinya, tentu jawabannya bisa jadi minimal 3 sampai
5 tulisan. Tapi kalau yang dimaksud begini: Jin dalam QS. Al-Jinn itu siapa? Maka
jawaban saya bisa ringkas. Yaitu, Jin yang dimaksud adalah orang asing. Ada yang
menyebut orang asing ini adalah orang Kristen non Arab. Mereka
disebut Jin, karena identitasnya tertutup atau tidak diketahui oleh orang-orang
Arab. Intinya, Jin di situ
adalah orang. Iya, orang. Bukan Jin gaib antah-berantah.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Wallohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar