Kamis, 01 Agustus 2019

SEJARAH KEYAKINAN NUSANTARA


—Saiful Islam—

“Kerajaan Mataram inilah yang membangun Candi Prambanan yang megah. Selain ke Candi Borobudur, saya dengan kawan-kawan pernah mengunjungi Candi yang megah ini…”

Agama orang-orang Indonesia (dulu Nusantara) ini, memang tidak ujug-ujug Islam. Juga bukan langsung Budha dan Hindu. Agama atau keyakinan nenek moyang kita, orang Indonesia, ini adalah memang animisme-dinamisme. Dari masyarakat sederhana berangsur-angsur modern sampai sekarang.

Keyakinan umum bagi orang-orang Austronesia, adalah animisme dan dinamisme. Orang Austronesia maksudnya adalah berbagai suku bangsa di Asia, Oceania, dan Afrika yang memakai bahasa-bahasa dari keluarga Austronesia. Yakni bahasa kepulauan yang sangat luas penyebarannya di dunia. Termasuk penduduk asli kepulauan Nusantara, ini mempraktekkan agama animisme-dinamisme itu.

Nenek moyang Nusantara itu, tepatnya sebelum Hindu, Buddha, dan Islam adalah orang-orang yang sangat memuliakan roh. Mereka meyakini bahwa sukma bisa menghuni tempat-tempat tertentu. Seperti pohon-pohon besar, batu, hutan, pegunungan, atau tempat suci. Tentu saja roh menurut mereka, berbeda dengan konsep roh versi Qur’an dan apalagi Sains. Mereka sebenarnya sudah bisa merasakan, bahwa di balik badan kasar itu ada badan halus yang membuat seseorang hidup. Sayangnya, tidak punya dasar (rujukan) sehingga lantas mengembangkan imajinasinya sendiri.

Tidak menjadi masalah. Sebab tulisan itu pertama kali baru ditemukan pada dua tempat yang berbeda. Pertama, di Mesopotamia. Yaitu sekitar 3200 tahun sebelum Masehi. Dan kedua, di Mesoamerika. Yaitu sekitar 600 tahun SM. Adapun tempat berkembangnya tulisan, itu masih menjadi kontroversi. Yaitu antara di Mesir sekitar 3200 SM atau di China pada 1300 tahun sebelum Masehi.

Sedangkan di Nusantara, menurut rekaman paling awal, Bahasa Melayu adalah bahasa asli. Digunakan di wilayah Sumatera dan semenanjung Melayu. Bahasa Melayu Purba, ini menjadi bahasa asal yang dipakai sebelum pedagang dari India datang ke Nusantara. Kira-kira sebelum abad ke-7 Masehi. Yang jelas, nenek moyang Nusantara itu, awalnya tidak mengenal tulisan. Dan apalagi kitab suci.

Nenek moyang orang Indonesia, ini punya kepercayaan. Bahwa arwah leluhur yang telah meninggal dunia itu masih memiliki kekuatan spiritual dan memengaruhi kehidupan keturunannya yang masih hidup. Cara memuliakan itu menyebar luas. Mulai dari masyarakat Nias, Batak, Dayak, Toraja, dan Papua. Mereka mewujudkan pemuliaan itu dengan misalnya upacara syukuran panen yang memanggil roh dewata pertanian. Sampai upacara kematian dan pemakaman yang rumit sebagai persiapan mengantar arwah orang yang baru meninggal menuju alam gaib.

Roh atau kuasa spiritual gaib itu dikenal sebagai hyang. Khususnya oleh orang-orang di Jawa. Sedangkan di Bali, masyarakatnya menyebut sebagai hyang. Dan sampai sekarang masih dimuliakan atau dipuja dalam agama Hindu Dharma Bali. Adapun suku Dayak menyebut entitas tak kasat mata itu dengan sangiang yang bisa berarti ilahi atau leluhur.

Agama Hindu berasal dari bangsa Arya yang masuk ke India. Yaitu ketika mereka mulai mendiami Lembah Indus pada kira-kira tahun 1500 SM. Agama Hindu masuk Nusantara, diperkirakan sejak awal tahun Masehi. Agama ini dibawa oleh para musafir dari India. Salah satunya adalah Maha Resi Agastya yang di Jawa dikenal dengan Batara Guru atau Dwipayana. Juga dibawa oleh para musafir dari Tiongkok. Yaitu musafir Budha Pahyien.

Sudah ada kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Juga Tarumanegara di Jawa Barat. Dan Kalingga di Jawa Tengah. Semua ini adalah kerajaan-kerajaan Hindu awal-awal di Nusantara. Tepatnya pada abad ke-4 Masehi. Kerajaan Hindu lain yang menonjol adalah Kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram inilah yang membangun Candi Prambanan yang megah. Selain ke Candi Borobudur, saya dengan kawan-kawan pernah mengunjungi Candi yang megah ini. Sejak itu, agama Hindu menyebar di seluruh Nusantara.

Sedangkan agama Budha, itu lahir dimulai sejak dari abad ke-6 sebelum Masehi sampai sekarang. Agama ini disandarkan kepada lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Kira-kira pada tahun 623 – 543 SM. Di Lumbini (Nepal kalau sekarang). Yakni negara terkurung daratan di Asia Selatan. Terletak di kawasan pegunungan Himalaya. Berbatasan dengan Tiongkok di sebelah Utara. Dan India di sisi Barat, Timur, dan Selatan. Dia lah pendiri agama Budha.

Nah, agama Buddha masuk ke Nusantara ini, pertama kali sekitar pada abad ke-5 Masehi. Ini berdasar peninggalan prasasti-prasasti yang ditemukan. Pembawanya pertama kali disinyalir adalah Fa Hsien. Dia dari China. Adapun kerajaan Buddha pertama kali yang berkembang di Nusantara ini adalah Kerajaan Sriwijaya. Berdiri pada abad ke-7 sampai tahun 1377. Kerajaan Sriwijaya ini dulu menjadi salah satu pusat pengembangan agama Buddha di Asia Tenggara. Tak heran pada masa ini, mayoritas penduduk Nusantara adalah beragama Buddha. Terutama Sumatera dan Jawa.

Adapun kapan masuknya Islam ke Nusantara, ini ada tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Menyatakan bahwa Islam datang dari wilayah Gujarat (India) melalui peran para pedagang muslim India. Sekitar abad ke-13 Masehi. Kedua, teori Mekah. Disebutkan, Islam itu langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang muslim Arab. Yaitu sekitar abad ke-7 Masehi. Dan ketiga, adalah teori Persia. Yaitu Islam sampai ke Nusantara lewat para pedagang asal Persia. Para pedagang ini, mampir dulu di Gujarat sebelum akhirnya sampai di Nusantara. Sekitar abad ke-13 Masehi.

Kerajaan atau Kesultanan Islam sendiri, yang ada di Nusantara tercatat sebagai berikut: Di Kalimantan ada Kerajaan Selimbau (mulai tahun 600 Masehi); Kerajaan Sintang (tahun 1500); Kerajaan Mempawah (1740); Kesultanan Kutai (1300); dan lain-lain. Di Sumatera ada Kerajaan Jeumpa (777M); Kesultanan Peureulak (840M); Kesultanan Samudera Pasai (1267M); dan lain-lain. Di Jawa ada Kesultanan Cirebon (1430); Kesultanan Demak (1500); Kesultanan Banten (1524); Kesultanan Mataram (1586); dan lain-lain. Di Maluku ada Kesultanan Ternate (1257); Kesultanan Tidore (1081); dan lain-lain. Di Sulawesi ada Kesultanan Gowa (1300); Kesultanan Buton (1332); dan lain-lain.

QS. Yusuf[12]: 111
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pada KISAH-KISAH mereka itu terdapat PENLAJARAN bagi orang-orang yang MEMPUNYAI AKAL. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...