Minggu, 04 Agustus 2019

DIRUQYAH MALAH KESURUPAN


—Saiful Islam—

“Ia terus melantunkan ayat-ayat Qur’an. Gadis itu malah kesurupan. Bahkan ada yang semaput…”

Gadis yang kesurupan. Yang mengoreksi bacaan Qur’an orang yang akan ‘menyadarkannya’. Tentu, kisah kemarin itu adalah konyol. Menggelikan. Namun cukup membuktikan kepada kita bahwa memang orang kesurupan itu tidak kemasukan Jin. Istilah ‘kerasukan Jin’ itu dibuat-buat. Dan tidak menemukan pijakan. Baik secara Qur’aniy maupun Sains.

Fenomena yang tak kalah menarik adalah ruqyah. Seorang kawan japri saya via WA, menanyakan soal ruqyah ini. Umum masyarakat memahami ruqyah ini dengan mengusir Jin yang masuk dalam diri seseorang. Alhamdulillah. Saya punya pengalaman soal ruqyah ini. Baru-baru ini saja. Akan saya ceritakan untuk kalian. Selamat menikmati.

Sebagai fenomena budaya, saya tidak mempermasalahkannya. Terus silakan, berhenti ya silakan. Terserah kalian saja. Yang saya soroti sekaligus saya kritisi dalah soal keyakinannya. Yang mengait-ngaitkan dengan Qur’an, dengan Nabi, atau Islam secara umum. Saya merasa terpanggil untuk mengomentarinya memang. Kita memang harus peduli dengan agama kita sendiri. Dengan keyakinan kita. Jangan apatis pada sesuatu yang jelas-jelas terkait dengan masa depan kita. Terutama setelah kita mati.

Waktu itu di sebuah sekolah. SMP. Kira-kira puluhan, kalau tidak ratusan, murid-murid di kumpulkan dalam satu tempat. Semacam aula. Saya masuk di tempat itu. Untuk apa? Untuk diruqyah. Dipanggillah tim peruqyah profesional. Terdiri dari kira-kira 4 sampai 6 orang. Satu orang bertindak sebagai ketuanya. Tugas ketua ini adalah memandu, mengontrol, mempengaruhi, dan mengarahkan murid-murid itu dengan kata-kata, doa-doa, sampai membacakan ayat-ayat Qur’an. Memakai loud speaker.

Sedangkan anggota ketua ini, mondar-mandir mengamati reaksi dan keadaan murid-murid. Para peruqyah itu, bukan hanya laki-laki. Tapi juga perempuan. Usia mereka, rata-rata kira-kira masih 20-an. Saya pun mondar-mandir mengamati semuanya. Murid-murid dikondisikan tenang. Mengikuti semua instruksi ketuanya itu. Si ketua ini, duduk di depan sendiri. Dengan penampilan bak bocah cilik kampung yang akan pergi ngaji kepada Pak Yai.

Kalau boleh dibilang, ini adalah ruqyah masal. Awalnya murid-murid itu biasa-biasa saja. Sebagian malah bergurau dengan teman-teman di depan, belakang, dan sampingnya. Tidak lama kemudian, mereka diperintah memejamkan mata oleh ketua tadi. Anggota timnya yang lain tetap mondar-mandir mengawasi. Memastikan semua murid mematuhi instruksi si ketuanya. Yaitu memejamkan mata. Sementara si ketua terus-menerus berbicara.

“Rileks. Tenang. Tidur saja.” Begitu kira-kira sebagian instruksi yang diberikan. Beberapa menit kemudian, para siswa itu merebahkan badan. Ada yang terlentang menindih temannya. Ada yang rebah miring, juga menindih kawan yang di sampingnya. Ada yang menyandarkan kepalanya ke punggung kawan di depannya. Beberapa siswa, terutama yang laki-laki, bergurau. Cekikikan. Bahkan sedikit gaduh. Hehe.

Dalam keadaan diarahkan begitu, beberapa asisten si ketua tadi memberikan kantong plastik (kresek) warna hitam. “Muntahkan saja, kalau ingin mundah,” kata si ketua. Tak lama kemudian, beberapa siswa (tidak semua) seperti mabuk. “Uwok… uwok…,” itu suara yang saya dengar. Persis seperti orang naik bus atau kapal laut yang mabuk. Tapi entahlah. Keluar muntah beneran atau tidak. Asisten yang lain terus memantau sambil membantu memberikan kantong-kantong kresek hitam tadi.

Di akhir-akhir sesi ruqyah ini, si ketua tadi melantunkan ayat-ayat Qur’an. Persis seperti orang tadarrusan di masjid atau mushalla. Yaitu membaca ayat-ayat Qur’an dengan suara menggunakan mic dan loud speaker. Tiba-tiba persis di samping kanan agak ke belakang, saya melihat seorang gadis yang ‘kesurupan’. Matanya mendelik. Tangannya kaku. Mukanya tegang. Suaranya mengeram-eram. Persis seperti pemain kesenian jaranan yang saya temui di Banyuwangi. “Grrrrr….”

Kesurupan karena dibacakan ayat-ayat Qur’an. Ya, benar sekali. Dibacakan ayat-ayat Qur’an, gadis itu malah kesurupan. Malah ada juga yang semaput. Alias pingsan. Loh, katanya ruqyah itu mengusir Jin. Atau setan. Atau iblis. Ini diruqyah kok malah kesurupan?! Padahal si ketua terus-menerus membacakan ayat-ayat Qur’an. Beberapa asistennya pun mendekati gadis itu. Mencoba mengajak berkomunikasi. Tentu saja, mencoba ‘menyadarkannya’. Segera saya ambil ponsel untuk take picture.

Inilah kisah konyol kedua yang bisa saya ceritakan. Menggelikan. Sekaligus membingungkan. Diberi nuansa Qur’an orang kok malah kesurupan. Ada yang semaput juga. Qur’an kesannya kok malah menjadi negatif. Jelas sekali kontradiksi. Antara keyakinan Qur’an bisa untuk mengusir Jin, dengan fakta ada siswa yang kedatangan Jin. Hehe. Jadi, bagaimana sebenarnya memahami ruqyah ini? Insya Allah, di depan.

QS. Al-Isra’[17]: 36
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan JANGANLAH KAMU MENGIKUTI apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu AKAN DIMINTA PERTANGGUNGAN JAWABNYA.

QS. Al-An’am[6]: 116
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
Dan jika kamu MENURUTI KEBANYAKAN ORANG yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan MENYESATKANMU dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti PERSANGKAAN BELAKA. Dan mereka tidak lain hanyalah BERDUSTA.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...