—Saiful Islam—
“Ia terus melantunkan ayat-ayat Qur’an. Gadis itu malah kesurupan. Bahkan ada yang semaput…”
Gadis yang kesurupan. Yang mengoreksi
bacaan Qur’an orang yang akan ‘menyadarkannya’. Tentu, kisah kemarin itu adalah
konyol. Menggelikan. Namun cukup membuktikan kepada kita bahwa memang orang
kesurupan itu tidak kemasukan Jin. Istilah ‘kerasukan Jin’ itu dibuat-buat. Dan
tidak menemukan pijakan. Baik secara Qur’aniy maupun Sains.
Fenomena yang tak kalah menarik
adalah ruqyah. Seorang kawan japri saya via WA, menanyakan soal ruqyah ini. Umum
masyarakat memahami ruqyah ini dengan mengusir Jin yang masuk dalam diri
seseorang. Alhamdulillah. Saya punya pengalaman soal ruqyah ini. Baru-baru ini
saja. Akan saya ceritakan untuk kalian. Selamat menikmati.
Sebagai fenomena budaya, saya tidak
mempermasalahkannya. Terus silakan, berhenti ya silakan. Terserah kalian saja. Yang
saya soroti sekaligus saya kritisi dalah soal keyakinannya. Yang mengait-ngaitkan
dengan Qur’an, dengan Nabi, atau Islam secara umum. Saya merasa terpanggil
untuk mengomentarinya memang. Kita memang harus peduli dengan agama kita
sendiri. Dengan keyakinan kita. Jangan apatis pada sesuatu yang jelas-jelas terkait
dengan masa depan kita. Terutama setelah kita mati.
Waktu itu di sebuah sekolah. SMP. Kira-kira
puluhan, kalau tidak ratusan, murid-murid di kumpulkan dalam satu tempat. Semacam
aula. Saya masuk di tempat itu. Untuk apa? Untuk diruqyah. Dipanggillah tim
peruqyah profesional. Terdiri dari kira-kira 4 sampai 6 orang. Satu orang
bertindak sebagai ketuanya. Tugas ketua ini adalah memandu, mengontrol,
mempengaruhi, dan mengarahkan murid-murid itu dengan kata-kata, doa-doa, sampai
membacakan ayat-ayat Qur’an. Memakai loud speaker.
Sedangkan anggota ketua ini,
mondar-mandir mengamati reaksi dan keadaan murid-murid. Para peruqyah itu, bukan
hanya laki-laki. Tapi juga perempuan. Usia mereka, rata-rata kira-kira masih
20-an. Saya pun mondar-mandir mengamati semuanya. Murid-murid dikondisikan
tenang. Mengikuti semua instruksi ketuanya itu. Si ketua ini, duduk di depan
sendiri. Dengan penampilan bak bocah cilik kampung yang akan pergi ngaji kepada
Pak Yai.
Kalau boleh dibilang, ini adalah
ruqyah masal. Awalnya murid-murid itu biasa-biasa saja. Sebagian malah bergurau
dengan teman-teman di depan, belakang, dan sampingnya. Tidak lama kemudian,
mereka diperintah memejamkan mata oleh ketua tadi. Anggota timnya yang lain
tetap mondar-mandir mengawasi. Memastikan semua murid mematuhi instruksi si
ketuanya. Yaitu memejamkan mata. Sementara si ketua terus-menerus berbicara.
“Rileks. Tenang. Tidur saja.”
Begitu kira-kira sebagian instruksi yang diberikan. Beberapa menit kemudian, para
siswa itu merebahkan badan. Ada yang terlentang menindih temannya. Ada yang
rebah miring, juga menindih kawan yang di sampingnya. Ada yang menyandarkan
kepalanya ke punggung kawan di depannya. Beberapa siswa, terutama yang
laki-laki, bergurau. Cekikikan. Bahkan sedikit gaduh. Hehe.
Dalam keadaan diarahkan begitu,
beberapa asisten si ketua tadi memberikan kantong plastik (kresek) warna hitam.
“Muntahkan saja, kalau ingin mundah,” kata si ketua. Tak lama kemudian,
beberapa siswa (tidak semua) seperti mabuk. “Uwok… uwok…,” itu suara yang saya
dengar. Persis seperti orang naik bus atau kapal laut yang mabuk. Tapi entahlah.
Keluar muntah beneran atau tidak. Asisten yang lain terus memantau sambil
membantu memberikan kantong-kantong kresek hitam tadi.
Di akhir-akhir sesi ruqyah ini, si
ketua tadi melantunkan ayat-ayat Qur’an. Persis seperti orang tadarrusan
di masjid atau mushalla. Yaitu membaca ayat-ayat Qur’an dengan suara
menggunakan mic dan loud speaker. Tiba-tiba persis di samping
kanan agak ke belakang, saya melihat seorang gadis yang ‘kesurupan’. Matanya mendelik.
Tangannya kaku. Mukanya tegang. Suaranya mengeram-eram. Persis seperti pemain
kesenian jaranan yang saya temui di Banyuwangi. “Grrrrr….”
Kesurupan karena dibacakan
ayat-ayat Qur’an. Ya, benar sekali. Dibacakan ayat-ayat Qur’an, gadis itu malah
kesurupan. Malah ada juga yang semaput. Alias pingsan. Loh, katanya ruqyah itu
mengusir Jin. Atau setan. Atau iblis. Ini diruqyah kok malah kesurupan?! Padahal
si ketua terus-menerus membacakan ayat-ayat Qur’an. Beberapa asistennya pun
mendekati gadis itu. Mencoba mengajak berkomunikasi. Tentu saja, mencoba ‘menyadarkannya’.
Segera saya ambil ponsel untuk take picture.
Inilah kisah konyol kedua yang bisa
saya ceritakan. Menggelikan. Sekaligus membingungkan. Diberi nuansa Qur’an
orang kok malah kesurupan. Ada yang semaput juga. Qur’an kesannya kok malah
menjadi negatif. Jelas sekali kontradiksi. Antara keyakinan Qur’an bisa untuk
mengusir Jin, dengan fakta ada siswa yang kedatangan Jin. Hehe. Jadi, bagaimana
sebenarnya memahami ruqyah ini? Insya Allah, di depan.
QS. Al-Isra’[17]: 36
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan JANGANLAH KAMU MENGIKUTI apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu AKAN DIMINTA PERTANGGUNGAN JAWABNYA.
QS. Al-An’am[6]: 116
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ
مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ
هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
Dan jika kamu MENURUTI KEBANYAKAN
ORANG yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan MENYESATKANMU dari jalan
Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti PERSANGKAAN BELAKA. Dan mereka
tidak lain hanyalah BERDUSTA.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar