Rabu, 07 Agustus 2019

QUR’AN MENCAHAYAI AKALMU


—Saiful Islam—

“Khasiat Al Qur’an, itu ada di maknanya. Energi makna. Bukan yang lain…”

Sudah saya ceritakan sebelumnya. Berdasar 8:24, kata-kata positif saya sebut dengan al-muhyi. Penghidup. Sedangkan kata-kata yang negatif, saya sebut sihir. Rasulullah jauh-jauh hari sudah mewanti-wanti kita, “Berkatalah yang baik. Kalau tidak bisa, diamlah.” Berkata yang baik-baik saja, kalau tidak bisa sebaiknya diam, ini bahkan menjadi salah satu tanda orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat. Rasul menasehati agar kita selalu punya kontrol dengan kata-kata kita. Agar selamat, sukses, dan bahagia dunia akhirat, hendaklah selalu mengeluarkan al-muhyi.

Ayat-ayat Qur’an bisa menjadi obat, itu bisa dipahami secara tekstual. Yakni kalimat-kalimat teksnya, jika dipahami dan diamalkan, memang benar-benar bisa menyembuhkan penyakit-penyakit yang ada di dalam dada. Yakni semua penyakit kejiwaan. Dan bisa juga dipahami secara kontekstual. Yakni semua kalimat-kalimat yang baik, benar, dan sekaligus indah.

Bahkan Rasul pun, itu tidak lain dan tidak bukan hanyalah penyampai peringatan. Misalnya QS.15:89. Penyampai informasi. Karena dengan sampainya informasi itu, semua nilai dan norma Islam akan menjadi prinsip seseorang. Beliau adalah penyampai berita gembira (basyiiron), sekaligus pemberi peringatan (nadziiron). Yang diberikan Rasul kepada kita, memang ‘hanyalah’ kata-kata. Kalimat-kalimat. Pelajaran. Dan menariknya, kalimat-kalimat itu disebut cahaya. Ya, cahaya bagi akal dan hati yang gelap gulita. Yang bingung. Dan tersesat.

Peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. “Dan tetaplah memberi peringatan. Karena sungguh, peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman,” (QS. Al-Dzariyat[51]: 55). Bahkan orang yang saling menasehati tentang kebenaran dan kesabaran disebut orang yang beruntung (QS.103:1-3). Peringatan dan nasehat, itu tak lain dan tak bukan, adalah kata-kata. Kalimat-kalimat.

Al Qur’an juga menyebut. Bahwa kisah-kisah itu mengandung manfaat. Begitu juga sejarah. Termasuk cerita-cerita. Yakni mengandung pelajaran. Misalnya QS.12:111. Termasuk juga dongeng yang baik. Yakni dongeng edukatif. Antara lain mengasah daya pikir dan imajinasi, sebagai media yang efektif untuk menanamkan nilai, etika, empati dan simpati, menumbuhkan minat baca, perkembangan kognitif, perkembangan sosial dan emosional, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan lain seterusnya.

Kita menjadi termotivasi dan terinspirasi ya dengan kata-kata. Bahkan menjadi obat galau dan tidak punya pandangan hidup ke depan. Misalnya perhatian seorang ayah yang sangat mencintai dan menyayangi anaknya. “Sudah, Nak. Kamu tidak usah mikiri kerja dulu. Belum waktunya. Jangan mikir yang macem-macem. Urusan uang dan kerja, biar ayah. Tugas kamu, cuma satu. Yaitu, belajarlah yang giat. Belajarlah yang sungguh-sungguh. Taati ibu dan guru-gurumu. Sayangi teman-temanmu. OK ya…”

Bahkan sebagian besar kita, bisa paham, itu ya melalui kata-kata. Sains itu ya memang paparan teoritis ‘belaka’. Yang disampaikan ya lewat kalimat-kalimat. Aplikasi dari teori-teori itu, disebut teknologi. Kalau kita belajar Sosiologi, Antropologi, Politik, Fisika, Kimia, Matematika, Biologi, dan seterusnya di kelas, itu ya melalui kata-kata. Kalimat-kalimat. Teoritis. Sains.

Sejak ditemukan tulisan, peradaban manusia mengalami kemajuan yang sangat cepat dan mengagungkan. Semua penemuan-penemuan di bidang Sains dan Teknologi, itu cikal bakalnya adalah ditemukannya sistem tulisan. Tulisan, memang menjadi tanda pemisah zaman prasejarah dan sejarah.

Rasanya semua orang sudah tahu, bahwa kita pun banyak terpengaruh ya dengan kata-kata. Sebagaimana dampak-dampat positif itu akibat dari kata-kata, dampak-dampak negatif pun itu akibat dari kata-kata. Berkata-katalah yang baik (misalnya QS.33:70-71 dan QS.49:12). Orang bisa rukun, karena kata-kata. Orang bisa bertengkar dan bercerai ya karena kata-kata. Fitnah, hoax, adu domba, dan semisalnya itu ya kata-kata. Sampai-sampai ada istilah brain washing. Alias cuci otak. Tak lain dan tak bukan, ya dengan kata-kata.

Contoh sehari-hari. Misalnya seorang istri yang mendapat info suaminya selingkuh. Bisa-bisa si istri ini sedih dan langsung pingsan. Atau seorang ayah yang mendengar anaknya kecelakaan. Kalau tidak kuat, bisa-bisa dia serangan jantung. Atau struk. Dan lain seterusnya. Ingat, mereka hanya mendapat info. Dan info tak lain dan tak bukan adalah kata-kata. Maka begitu juga. Orang yang menonton stand up comedy, misalnya. Bisa terpingkal-pingkal. Mendapat kabar naik jabatan. Anak lulus terbaik di kampusnya. Mendapat penghargaan dari atasan. Atau laporan penjualan perusahaannya yang naik 200 persen dari sebelumnya. Tentu akan senang. Bahagia. Antusias.

Otak manusia sangat terpengaruh dengan kata-kata. Bahkan mekanisme orang bisa berbicara itu pun luar biasa. Semua perangkat organ-organ penting manusia, itu agaknya untuk tujuan menyampaikan kata-kata dan menerima kata-kata ini. Informasi. Untuk memengaruhi sekaligus dipengaruhi. Seperti mata, telinga, peraba, otak, hati, hidung, dan seterusnya. Sungguh, itu semua adalah keajaiban yang nyata. Cuma terlihat biasa memang, karena kita terbiasa melihatnya.

Jangan coba-coba misalnya Anda mengisolasi anak Anda. Jangan disekolahkan. Jangan dingajikan. Jangan didengarkan sesuatu. Jangan diajari apa pun. Jangan boleh berinteraksi dengan apa pun dan dengan siapa pun. Kurung saja dia di kamar. Terus bertahun-tahun. Sampai dia misalnya umur 18 tahun. Saya jamin, anak itu tidak akan hidup sebagaimana layaknya manusia. Anak-anak Inggris, misalnya. Ya ngomongnya Bahasa Inggris. Anak-anak Jepang, ya ngomongnya bahasa Jepang. Anak-anak Arab, ya ngomongnya Bahasa Arab. Tidak ada anak Jawa, yang ujug-ujug bisa berbahasa Mandarin misalnya. Tidak ada. Kecuali belajar!

Bukan hanya bahasanya. Nilai-nilai yang dipedomani oleh anak-anak, itu tergantung lingkungannya. Terutama orang tuanya. Anak-anak itu dipengaruhi. Tentu terutama dengan kata-kata. Terbiasa hidup di lingkungan yang berkata-berkata kasar, kotor, negatif, begitu juga akan menirukan. Sampai budaya dan keyakinan, itu ya dari kata-kata. Anak yang lahir lingkungannya Hindu, insya Allah akan Hindu juga. Begitu juga lingkungan Buddha, Kristen, Islam, Kebatinan, dan seterusnya. Dan sejatinya, kita ini adalah anak-anak yang bertubuh lebih besar saja.

Bahkan Allah pun sangat mengapresiasi orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Baik itu pengetahuan teoritis maupun praktis. Teori dan praktik memang saling terkait. Teori membutukan praktik. Dan praktik pun membutuhkan teori. Simbiosis mutualistik. Ilmu pengetahuan atau Sains, itu memang lahir dari pengamatan-pengamatan lapangan. Hasil dari pengamatan atau riset lapangan, itu ditulis dan menjadi teori ilmu pengetahuan (Sains) yang baru. Begitu terus. Berputar. Berkelindan. Saling membutuhkan. Saling melengkapi.

QS. Al-Mujadilah[58]: 11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Hai orang-orang beriman. Apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah. Pasti Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah. Niscaya Allah akan MENINGGIKAN orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan BEBERAPA DERAJAT. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...