—Saiful Islam—
“Khasiat Al Qur’an, itu ada di
maknanya. Energi makna. Bukan yang lain…”
Sudah saya ceritakan sebelumnya.
Berdasar 8:24, kata-kata positif saya sebut dengan al-muhyi. Penghidup.
Sedangkan kata-kata yang negatif, saya sebut sihir. Rasulullah jauh-jauh hari
sudah mewanti-wanti kita, “Berkatalah yang baik. Kalau tidak bisa, diamlah.”
Berkata yang baik-baik saja, kalau tidak bisa sebaiknya diam, ini bahkan
menjadi salah satu tanda orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat. Rasul
menasehati agar kita selalu punya kontrol dengan kata-kata kita. Agar selamat,
sukses, dan bahagia dunia akhirat, hendaklah selalu mengeluarkan al-muhyi.
Ayat-ayat Qur’an bisa menjadi obat,
itu bisa dipahami secara tekstual. Yakni kalimat-kalimat teksnya, jika dipahami
dan diamalkan, memang benar-benar bisa menyembuhkan penyakit-penyakit yang ada
di dalam dada. Yakni semua penyakit kejiwaan. Dan bisa juga dipahami secara
kontekstual. Yakni semua kalimat-kalimat yang baik, benar, dan sekaligus indah.
Bahkan Rasul pun, itu tidak lain
dan tidak bukan hanyalah penyampai peringatan. Misalnya QS.15:89. Penyampai
informasi. Karena dengan sampainya informasi itu, semua nilai dan norma Islam
akan menjadi prinsip seseorang. Beliau adalah penyampai berita gembira (basyiiron),
sekaligus pemberi peringatan (nadziiron). Yang diberikan Rasul kepada
kita, memang ‘hanyalah’ kata-kata. Kalimat-kalimat. Pelajaran. Dan menariknya,
kalimat-kalimat itu disebut cahaya. Ya, cahaya bagi akal dan hati yang gelap
gulita. Yang bingung. Dan tersesat.
Peringatan itu bermanfaat bagi
orang-orang yang beriman. “Dan tetaplah memberi peringatan. Karena sungguh,
peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman,” (QS. Al-Dzariyat[51]:
55). Bahkan orang yang saling menasehati tentang kebenaran dan kesabaran disebut
orang yang beruntung (QS.103:1-3). Peringatan dan nasehat, itu tak lain dan tak
bukan, adalah kata-kata. Kalimat-kalimat.
Al Qur’an juga menyebut. Bahwa
kisah-kisah itu mengandung manfaat. Begitu juga sejarah. Termasuk
cerita-cerita. Yakni mengandung pelajaran. Misalnya QS.12:111. Termasuk juga
dongeng yang baik. Yakni dongeng edukatif. Antara lain mengasah daya pikir dan
imajinasi, sebagai media yang efektif untuk menanamkan nilai, etika, empati dan
simpati, menumbuhkan minat baca, perkembangan kognitif, perkembangan sosial dan
emosional, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan lain seterusnya.
Kita menjadi termotivasi dan
terinspirasi ya dengan kata-kata. Bahkan menjadi obat galau dan tidak punya
pandangan hidup ke depan. Misalnya perhatian seorang ayah yang sangat mencintai
dan menyayangi anaknya. “Sudah, Nak. Kamu tidak usah mikiri kerja dulu. Belum
waktunya. Jangan mikir yang macem-macem. Urusan uang dan kerja, biar ayah.
Tugas kamu, cuma satu. Yaitu, belajarlah yang giat. Belajarlah yang
sungguh-sungguh. Taati ibu dan guru-gurumu. Sayangi teman-temanmu. OK ya…”
Bahkan sebagian besar kita, bisa
paham, itu ya melalui kata-kata. Sains itu ya memang paparan teoritis ‘belaka’.
Yang disampaikan ya lewat kalimat-kalimat. Aplikasi dari teori-teori itu,
disebut teknologi. Kalau kita belajar Sosiologi, Antropologi, Politik, Fisika,
Kimia, Matematika, Biologi, dan seterusnya di kelas, itu ya melalui kata-kata.
Kalimat-kalimat. Teoritis. Sains.
Sejak ditemukan tulisan, peradaban
manusia mengalami kemajuan yang sangat cepat dan mengagungkan. Semua
penemuan-penemuan di bidang Sains dan Teknologi, itu cikal bakalnya adalah ditemukannya
sistem tulisan. Tulisan, memang menjadi tanda pemisah zaman prasejarah dan
sejarah.
Rasanya semua orang sudah tahu,
bahwa kita pun banyak terpengaruh ya dengan kata-kata. Sebagaimana
dampak-dampat positif itu akibat dari kata-kata, dampak-dampak negatif pun itu
akibat dari kata-kata. Berkata-katalah yang baik (misalnya QS.33:70-71 dan
QS.49:12). Orang bisa rukun, karena kata-kata. Orang bisa bertengkar dan
bercerai ya karena kata-kata. Fitnah, hoax, adu domba, dan semisalnya itu ya
kata-kata. Sampai-sampai ada istilah brain washing. Alias cuci otak. Tak
lain dan tak bukan, ya dengan kata-kata.
Contoh sehari-hari. Misalnya seorang
istri yang mendapat info suaminya selingkuh. Bisa-bisa si istri ini sedih dan
langsung pingsan. Atau seorang ayah yang mendengar anaknya kecelakaan. Kalau tidak
kuat, bisa-bisa dia serangan jantung. Atau struk. Dan lain seterusnya. Ingat,
mereka hanya mendapat info. Dan info tak lain dan tak bukan adalah kata-kata. Maka
begitu juga. Orang yang menonton stand up comedy, misalnya. Bisa terpingkal-pingkal.
Mendapat kabar naik jabatan. Anak lulus terbaik di kampusnya. Mendapat penghargaan
dari atasan. Atau laporan penjualan perusahaannya yang naik 200 persen dari
sebelumnya. Tentu akan senang. Bahagia. Antusias.
Otak manusia sangat terpengaruh
dengan kata-kata. Bahkan mekanisme orang bisa berbicara itu pun luar biasa.
Semua perangkat organ-organ penting manusia, itu agaknya untuk tujuan
menyampaikan kata-kata dan menerima kata-kata ini. Informasi. Untuk memengaruhi
sekaligus dipengaruhi. Seperti mata, telinga, peraba, otak, hati, hidung, dan
seterusnya. Sungguh, itu semua adalah keajaiban yang nyata. Cuma terlihat biasa
memang, karena kita terbiasa melihatnya.
Jangan coba-coba misalnya Anda
mengisolasi anak Anda. Jangan disekolahkan. Jangan dingajikan. Jangan
didengarkan sesuatu. Jangan diajari apa pun. Jangan boleh berinteraksi dengan
apa pun dan dengan siapa pun. Kurung saja dia di kamar. Terus bertahun-tahun.
Sampai dia misalnya umur 18 tahun. Saya jamin, anak itu tidak akan hidup
sebagaimana layaknya manusia. Anak-anak Inggris, misalnya. Ya ngomongnya Bahasa
Inggris. Anak-anak Jepang, ya ngomongnya bahasa Jepang. Anak-anak Arab, ya
ngomongnya Bahasa Arab. Tidak ada anak Jawa, yang ujug-ujug bisa berbahasa
Mandarin misalnya. Tidak ada. Kecuali belajar!
Bukan hanya bahasanya. Nilai-nilai
yang dipedomani oleh anak-anak, itu tergantung lingkungannya. Terutama orang
tuanya. Anak-anak itu dipengaruhi. Tentu terutama dengan kata-kata. Terbiasa
hidup di lingkungan yang berkata-berkata kasar, kotor, negatif, begitu juga
akan menirukan. Sampai budaya dan keyakinan, itu ya dari kata-kata. Anak yang
lahir lingkungannya Hindu, insya Allah akan Hindu juga. Begitu juga lingkungan
Buddha, Kristen, Islam, Kebatinan, dan seterusnya. Dan sejatinya, kita ini
adalah anak-anak yang bertubuh lebih besar saja.
Bahkan Allah pun sangat
mengapresiasi orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Baik itu pengetahuan
teoritis maupun praktis. Teori dan praktik memang saling terkait. Teori
membutukan praktik. Dan praktik pun membutuhkan teori. Simbiosis mutualistik.
Ilmu pengetahuan atau Sains, itu memang lahir dari pengamatan-pengamatan
lapangan. Hasil dari pengamatan atau riset lapangan, itu ditulis dan menjadi
teori ilmu pengetahuan (Sains) yang baru. Begitu terus. Berputar. Berkelindan.
Saling membutuhkan. Saling melengkapi.
QS. Al-Mujadilah[58]: 11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ
اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Hai orang-orang beriman. Apabila
kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka
lapangkanlah. Pasti Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah. Niscaya Allah akan MENINGGIKAN
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan BEBERAPA DERAJAT. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung,
insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar