Minggu, 04 Agustus 2019

KETIKA ALLAH MEWAHYUKAN


—Saiful Islam—

“Loh. Bukankah di situ sudah jelas ada kata ‘diwahyukan kepadaku’?”

“Terus kenapa?”

“Ya berarti, sudah jelas dan pasti bahwa Jin yang dimaksud di situ adalah Jin gaib. Bukan orang asing.”

Ooo. Tidak mesti begitu. Kata ‘diwahyukan’ itu TIDAK selalu HANYA menunjuk berita yang terkait hal-hal gaib saja. BUKAN SELALU menunjuk pada hal metafisik. Mari kita kutip ayat-ayatnya dulu. Surat Al-Jinn. Terdiri dari 28 ayat. Makkiyah. Bercerita tentang Jin hanya sampai ayat 19. Kita kutip sebagian dulu. Terutama terkait masalah ‘diwahyukan’ ini. Juga untuk menghemat tempat. Serta membuat kalian tidak bosan dan nyaman membacanya. Hehe. OK. Let’s go…

QS. Al-Jinn[72]: 1 – 7
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا
1. Katakanlah (hai Muhammad): Telah DIWAHYUKAN kepadaku bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan Jin. Lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan bacaan (Al Qur’an) yang menakjubkan.

2. “(Yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar. Lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami.

3. “Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami. Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak.

4. “Dan bahwasanya: orang yang kurang akal daripada kami selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah.

5. “Dan sesungguhnya kami mengira, bahwa al-ins dan al-jinn sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.”

6. Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara al-ins meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara al-jinn. Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.

7. Dan sesungguhnya mereka (jin) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Mekah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang pun.

Mengutip dari Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, bahwa wahyu itu arti asalnya adalah isyarat yang cepat. Yakni alamat, tanda, atau simbol yang mengandung informasi yang dipahami oleh si penerimanya. Meaning di dalam tanda-tanda. Atau simbol-simbol. Dan simbol-simbol itu bisa berupa ucapan, tulisan, suara dan anggota badan (body language seperti bahasanya orang bisu).

Pertama, yang diwahyukan kepada Nabi itu adalah Al Qur’an ini sendiri. Jadi semua yang diberitakan dalam Al Qur’an, mulai Al-Fatihah sampai Al-Nas, itu adalah wahyu. Semuanya. Secara umum.

QS. Al-An’am[6]: 19
قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ ۚ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَٰذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ ۚ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَىٰ ۚ قُلْ لَا أَشْهَدُ ۚ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Quran ini DIWAHYUKAN kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa. Dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)”.

QS. Al-An’am[6]: 50
Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku. Dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib. Dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang DIWAHYUKAN kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"

QS. Al-A’raf[7]: 203
Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Qur’an kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang DIWAHYUKAN dari Tuhanku kepadaku. Al Qur’an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."

Kedua, yang diwahyukan kepada Nabi itu kisah-kisah terdahulu. Istilah saya, hal fisik yang gaib. Seperti QS. Ali Imran[3] mulai ayat 33 misalnya. Setelah menceritakan tentang Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, keluarga Imran, Zakariya, dan seterusnya, barulah ayat 44 Allah katakan sebagai berikut.

QS. Ali Imran[3]: 44
ذَٰلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ ۚ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ
Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita gaib yang Kami WAHYUKAN kepada kamu (ya Muhammad). Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.

Ketiga, yang diwahyukan bisa berupa perintah. Serta informasi bahwa Nabi hanyalah pemberi peringatan. Hari kiamat, serta surga dan neraka.

QS. Al-Isra’[7]:117
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ
Dan Kami WAHYUKAN kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!". Maka sekonyong-konyong tongkat itu ‘menelan’ apa yang mereka sulapkan.

QS. Yunus[10]: 2
أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَىٰ رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۗ قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَٰذَا لَسَاحِرٌ مُبِينٌ
Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami MEWAHYUKAN kepada seorang laki-laki di antara mereka: "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka.” Orang-orang kafir berkata: "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata.”

QS. Al-Anbiya[21]: 73
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ ۖ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami. Dan telah Kami WAHYUKAN kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah.

QS. Shad[38]:70
إِنْ يُوحَىٰ إِلَيَّ إِلَّا أَنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ
Tidak DIWAHYUKAN kepadaku, KECUALI bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata.

QS. Al-Syura[42]: 7
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۚ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ
Demikianlah Kami WAHYUKAN kepadamu Al Qur’an dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya. Serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.

Keempat, Allah juga menggunakan kata ‘mewahyukan’ kepada lebah dan langit. Inilah alasan kenapa saya katakan sebelumnya bahwa ada variabel informasi di dalam ruang dan waktu. Juga ada informasi di dalam materi dan energi. Artinya langit bisa seperti ini karena variabel informasi dari Allah. Bukan kebetulan. Sedangkan kepada lebah dan binatang-binatang pada umumnya, agaknya wahyu itu adalah insting. Yang membuat singa tidak menerkam anaknya. Yang membuat induk merpati mendulang anaknya. Yang membuat kucing menyusui anaknya. Yang membuat kuda jantan tertarik dengan kuda betina. Dan seterusnya.

QS. Al-Nahl[16]: 68
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
Dan Tuhanmu MEWAHYUKAN kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia".

QS. Fushshilat[41]: 12
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia MEWAHYUKAN pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang. Dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Kelima, Allah juga mewahyukan kepada para Malaikat.

QS. Al-Anfal[8]:12
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا ۚ سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الْأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ
(Ingatlah), ketika Tuhanmu MEWAHYUKAN kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu. Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir. Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.

Keenam, yang diwahyukan adalah informasi masa depan. Bahwa para rasul Allah akan mengalahkan orang-orang yang zalim. Seperti QS. Ibrahim berikut ini, dan lihat juga QS. Al-Hijr[15]: 66.

QS. Ibrahim[14]:13
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا ۖ فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ
Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka: "Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami". Maka Tuhan MEWAHYUKAN kepada mereka: "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu.

Meski begitu, tidak semua kejadian masa depan itu otomatis sekelas rasul itu langsung tahu. Tetap, informasi masa depan itu diketahui para utusan tersebut sebatas informasi dari Allah. Baca misalnya (QS. Al-Ahqaf[46]: 9).

Bahkan yang ketujuh, isi wahyu itu berita tentang seseorang yang masih zamannya. Alias kaumnya sendiri. Seperti info kepada Nabi Nuh tentang kondisi kaumnya sendiri.

QS. Hud[11]: 36
وَأُوحِيَ إِلَىٰ نُوحٍ أَنَّهُ لَنْ يُؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ إِلَّا مَنْ قَدْ آمَنَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
Dan DIWAHYUKAN kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja). Karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan.

Jadi, ketika Allah berfirman, “Kami wahyukan…,” maka tidak otomatis isi wahyu itu adalah sesuatu yang gaib metafisika. Seperti tentang Allah, Malaikat, surga, neraka dan semisalnya. Tapi juga hal fisika yang gaib. Seperti kisah yang meliputi tokoh, tempat, waktu, dan alurnya. Atau orang dan materi lain yang di waktu tertentu tidak terlihat, seba tidak hadir. Dalam konteks QS. Al-Jinn ini, tak lain dan tak bukan adalah orang asing itu.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...