—Saiful Islam—
“Loh. Bukankah di situ sudah jelas
ada kata ‘diwahyukan kepadaku’?”
“Terus kenapa?”
“Ya berarti, sudah jelas dan pasti bahwa
Jin yang dimaksud di situ adalah Jin gaib. Bukan orang asing.”
Ooo. Tidak mesti begitu. Kata ‘diwahyukan’
itu TIDAK selalu HANYA menunjuk berita yang terkait hal-hal gaib saja. BUKAN
SELALU menunjuk pada hal metafisik. Mari kita kutip ayat-ayatnya dulu. Surat
Al-Jinn. Terdiri dari 28 ayat. Makkiyah. Bercerita tentang Jin hanya sampai
ayat 19. Kita kutip sebagian dulu. Terutama terkait masalah ‘diwahyukan’ ini.
Juga untuk menghemat tempat. Serta membuat kalian tidak bosan dan nyaman
membacanya. Hehe. OK. Let’s go…
QS. Al-Jinn[72]: 1 – 7
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ
أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا
عَجَبًا
1. Katakanlah (hai Muhammad): Telah
DIWAHYUKAN kepadaku bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan Jin. Lalu mereka
berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan bacaan (Al Qur’an) yang
menakjubkan.
2. “(Yang) memberi petunjuk kapada
jalan yang benar. Lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan
mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami.
3. “Dan bahwasanya Maha Tinggi
kebesaran Tuhan kami. Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak.
4. “Dan bahwasanya: orang yang
kurang akal daripada kami selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas
terhadap Allah.
5. “Dan sesungguhnya kami mengira,
bahwa al-ins dan al-jinn sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta
terhadap Allah.”
6. Dan bahwasanya ada beberapa
orang laki-laki di antara al-ins meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki
di antara al-jinn. Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.
7. Dan sesungguhnya mereka (jin)
menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Mekah), bahwa Allah
sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang pun.
Mengutip dari Al-Mufradat fi
Gharib al-Qur’an, bahwa wahyu itu arti asalnya adalah isyarat yang cepat.
Yakni alamat, tanda, atau simbol yang mengandung informasi yang dipahami oleh
si penerimanya. Meaning di dalam tanda-tanda. Atau simbol-simbol. Dan
simbol-simbol itu bisa berupa ucapan, tulisan, suara dan anggota badan (body
language seperti bahasanya orang bisu).
Pertama, yang
diwahyukan kepada Nabi itu adalah Al Qur’an ini sendiri. Jadi semua yang
diberitakan dalam Al Qur’an, mulai Al-Fatihah sampai Al-Nas, itu adalah wahyu. Semuanya.
Secara umum.
QS. Al-An’am[6]: 19
قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ
شَهَادَةً ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ ۚ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَٰذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ
بِهِ وَمَنْ بَلَغَ ۚ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ
أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَىٰ ۚ قُلْ لَا أَشْهَدُ ۚ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
Katakanlah: "Siapakah yang
lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". Dia menjadi
saksi antara aku dan kamu. Dan Al Quran ini DIWAHYUKAN kepadaku supaya dengannya
aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran
(kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di
samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui." Katakanlah:
"Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa. Dan sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)”.
QS. Al-An’am[6]: 50
Katakanlah: Aku tidak mengatakan
kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku. Dan tidak (pula) aku mengetahui
yang gaib. Dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat.
Aku tidak mengikuti kecuali apa yang DIWAHYUKAN kepadaku. Katakanlah:
"Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka Apakah kamu
tidak memikirkan(nya)?"
QS. Al-A’raf[7]: 203
Dan apabila kamu tidak membawa
suatu ayat Al Qur’an kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu
buat sendiri ayat itu?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya mengikut
apa yang DIWAHYUKAN dari Tuhanku kepadaku. Al Qur’an ini adalah bukti-bukti
yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman."
Kedua, yang
diwahyukan kepada Nabi itu kisah-kisah terdahulu. Istilah saya, hal fisik yang
gaib. Seperti QS. Ali Imran[3] mulai ayat 33 misalnya. Setelah menceritakan
tentang Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, keluarga Imran, Zakariya, dan seterusnya,
barulah ayat 44 Allah katakan sebagai berikut.
QS. Ali Imran[3]: 44
ذَٰلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ
الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ ۚ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ
مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ
Yang demikian itu adalah sebagian
dari berita-berita gaib yang Kami WAHYUKAN kepada kamu (ya Muhammad). Padahal
kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah
mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan
kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.
Ketiga, yang
diwahyukan bisa berupa perintah. Serta informasi bahwa Nabi hanyalah pemberi
peringatan. Hari kiamat, serta surga dan neraka.
QS. Al-Isra’[7]:117
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ
مُوسَىٰ أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ
Dan Kami WAHYUKAN kepada Musa:
"Lemparkanlah tongkatmu!". Maka sekonyong-konyong tongkat itu ‘menelan’
apa yang mereka sulapkan.
QS. Yunus[10]: 2
أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا
أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَىٰ رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ
الَّذِينَ آمَنُوا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۗ قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَٰذَا لَسَاحِرٌ
مُبِينٌ
Patutkah menjadi keheranan bagi
manusia bahwa Kami MEWAHYUKAN kepada seorang laki-laki di antara mereka:
"Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman
bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka.” Orang-orang
kafir berkata: "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah
tukang sihir yang nyata.”
QS. Al-Anbiya[21]: 73
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً
يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ
الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ ۖ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
Kami telah menjadikan mereka itu
sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami. Dan telah
Kami WAHYUKAN kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah.
QS. Shad[38]:70
إِنْ يُوحَىٰ إِلَيَّ
إِلَّا أَنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ
Tidak DIWAHYUKAN kepadaku, KECUALI
bahwa sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata.
QS. Al-Syura[42]: 7
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا
إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا
وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۚ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ
Demikianlah Kami WAHYUKAN kepadamu
Al Qur’an dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk
Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya. Serta memberi peringatan
(pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan
masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.
Keempat, Allah juga
menggunakan kata ‘mewahyukan’ kepada lebah dan langit. Inilah alasan kenapa
saya katakan sebelumnya bahwa ada variabel informasi di dalam ruang dan waktu. Juga
ada informasi di dalam materi dan energi. Artinya langit bisa seperti ini
karena variabel informasi dari Allah. Bukan kebetulan. Sedangkan kepada lebah
dan binatang-binatang pada umumnya, agaknya wahyu itu adalah insting. Yang membuat
singa tidak menerkam anaknya. Yang membuat induk merpati mendulang anaknya. Yang
membuat kucing menyusui anaknya. Yang membuat kuda jantan tertarik dengan kuda
betina. Dan seterusnya.
QS. Al-Nahl[16]: 68
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى
النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا
يَعْرِشُونَ
Dan Tuhanmu MEWAHYUKAN kepada
lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia".
QS. Fushshilat[41]: 12
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ
سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Maka Dia menjadikannya tujuh langit
dalam dua masa. Dia MEWAHYUKAN pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi
langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang. Dan Kami memeliharanya
dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Kelima, Allah juga
mewahyukan kepada para Malaikat.
QS. Al-Anfal[8]:12
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى
الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا ۚ سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا
الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الْأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ
(Ingatlah), ketika Tuhanmu MEWAHYUKAN
kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu. Maka teguhkan
(pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa
ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir. Maka penggallah kepala mereka dan
pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.
Keenam, yang
diwahyukan adalah informasi masa depan. Bahwa para rasul Allah akan mengalahkan
orang-orang yang zalim. Seperti QS. Ibrahim berikut ini, dan lihat juga QS. Al-Hijr[15]:
66.
QS. Ibrahim[14]:13
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا
لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا ۖ
فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ
Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul
mereka: "Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau
kamu kembali kepada agama kami". Maka Tuhan MEWAHYUKAN kepada mereka:
"Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu.
Meski begitu, tidak semua kejadian
masa depan itu otomatis sekelas rasul itu langsung tahu. Tetap, informasi masa
depan itu diketahui para utusan tersebut sebatas informasi dari Allah. Baca misalnya
(QS. Al-Ahqaf[46]: 9).
Bahkan yang ketujuh, isi
wahyu itu berita tentang seseorang yang masih zamannya. Alias kaumnya sendiri.
Seperti info kepada Nabi Nuh tentang kondisi kaumnya sendiri.
QS. Hud[11]: 36
وَأُوحِيَ إِلَىٰ نُوحٍ
أَنَّهُ لَنْ يُؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ إِلَّا مَنْ قَدْ آمَنَ فَلَا تَبْتَئِسْ
بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
Dan DIWAHYUKAN kepada Nuh,
bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang
telah beriman (saja). Karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang
selalu mereka kerjakan.
Jadi, ketika Allah berfirman, “Kami
wahyukan…,” maka tidak otomatis isi wahyu itu adalah sesuatu yang gaib
metafisika. Seperti tentang Allah, Malaikat, surga, neraka dan semisalnya. Tapi
juga hal fisika yang gaib. Seperti kisah yang meliputi tokoh, tempat, waktu,
dan alurnya. Atau orang dan materi lain yang di waktu tertentu tidak terlihat,
seba tidak hadir. Dalam konteks QS. Al-Jinn ini, tak lain dan tak bukan adalah
orang asing itu.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung,
insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar