—Saiful Islam—
“Menurut saya, alam dimensi 4
adalah alamnya Jin, itu adalah tafsir yang kebablasan…”
Mungkin kita sering mendengar
istilah alam Jin. Atau alam lain. Atau alam dimensi lain. Alam dimensi lebih
tinggi. Yang maksudnya adalah sebuah alam yang khusus dihuni oleh bangsa Jin
gaib matafisika. Apakah benar ada alam dimensi lebih tinggi dari alam yang kita
huni saat ini? Sehingga di situlah bangsa Jin itu berada?
Kalau Jin yang dimaksud adalah
makhluk gaib metafisika, jawabannya adalah tidak ada. Inilah kesimpulan yang
bisa kita putuskan berdasar penulusuran dari beberapa tulisan terdahulu. Adapun
sebuah alam berdimensi lebih tinggi, memang ilmuwan memungkinkan keberadaannya.
Yaitu alam dimensi 4, dimensi 5, dimensi 6, dan seterusnya.
Dalilnya, yang paling mutakhir, adalah
ditemukannya cold spot pada tahun 2015 oleh para ahli astrofisika dari
Universitas Durham. Atau bintik-bintik dingin di sisi luar alam semesta kita
ini. Cold spot adalah tanda bahwa alam semesta ini telah bertabrakan
dengan alam semesta yang lain.
Luas cold spot itu 1,8
miliar tahun cahaya. Menurut para ilmuwan, itu adalah goresan sisa tabrakan
beruntun antara alam semesta kita dengan alam semesta lainnya. Tabrakan itu
kuat sekali. Sehingga energinya pun sangat besar dan menciptakan bintik-bintik
dingin dengan sunu minus 400 derajat celcius.
“Cold spot bisa jadi sinyal
yang tersisa dari tabrakan antara alam semesta kita dengan salah satu dari
triliunan alam semesta lainnya. Jika analisis selanjutnya berhasil menemukan
jawaban yang tepat, maka cold spot bisa menjadi bukti pertama dari
eksistensi (keberadaan) multi (banyak) alam semesta yang mirip dengan apa yang
kita miliki saat ini.” Begitu kata Tom Shanks—seorang profesor dari pusat Astronomi
Unversitas Durham.
Meskipun, alam berdimensi lebih
tinggi itu, sampai saat ini belum terbukti. Ya, belum terbukti. Alias baru
hipotesis. Dugaan sementara. Dan tidak ada satu pun ilmuwan itu yang mengatakan
bahwa alam berdimensi 4, 5, dan seterusnya itu adalah alamnya Jin gaib
metafisik. Jadi, ‘tempat Jin-nya’ saja, itu sampai saat ini belum terbukti! Masih
debatable!! Apalagi Jin metafisikanya!!!
Atau paling tidak, alam semesta
lain itu dimungkinkan ada baru berdasar analisis dari teori. Belum sebuah fakta
yang terbukti memang ada. Dunia pararel itu muncul berdasarkan pandangan umum
para ilmuwan yang menyimpulkan begini. Bahwa ruang waktu itu datar dan meluas. Tidak
bundar atau lonjong. Ketika ruang waktu datar, maka apa yang kita lihat selama
ini di alam semesta merupakan bagian terluar dari dimensi alam yang lebih
besar. Atau yang dikenal sebagai sembilan dimensi.
Memang salah satu guru saya yang
saya kagumi, itu mengatakan bahwa Jin itu ada. Dan bangsa Jin ini menghuni di alam
dimensi 4. Dia mengibaratkan begini. Kalau alam (bumi) yang kita huni ini kita
anggap sebagai alam berdimensi 2, maka alam yang berdimensi 4, kita misalkan
dulu berdimensi 3.
Dimensi 2 tidak bisa masuk ke
dimensi 3. Namun sebaliknya. Dimensi tiga, itu masuk ke dimensi 2. Meskipun
tidak semua alam yang berdimensi tiga itu bisa tampak di dimensi 2. Ambil
contoh bayangan orang di tembok. Orangnya adalah berdimensi tiga. Yang
mempunyai luas dan volume. Sedangkan bayangannya, hanya memiliki besaran luas.
Orang yang berdimensi tiga itu bisa
masuk ke bayangannya yang berdimensi dua. Caranya mudah. Orang tersebut tinggal
menempelkan telapak tangannya saja ke tembok. Maka permukaan tangannya akan
masuk ke dimensi dua. Seandainya bayangan itu bisa ngomong, dia akan bilang
begini: “Ooo… jadi begitu tangan.”
Tapi sebaliknya. Bayangan yang
berdimensi dua itu, tidak mungkin masuk ke dimensi tiga. Tidak mungkin. Lantas
mengutip 7:27 bahwa Jin itu bisa melihat manusia. Tapi sebaliknya. Manusia
tidak akan bisa melihat Jin. Kecuali kalau Jin menampakkan sebagian dirinya,
ketika ia masuk ke alam kita yang berdimensi tiga. Maka, manusia menjadi bisa
melihat Jin.
Menurut saya, bahkan melihat Jin
versi dimensi 4 seperti itu, tidak mungkin. Mustahil. Kalau benar Jin masuk ke
dimensi tiga, itu berarti sudah menabrak firman Allah 7:27 itu sendiri yang
jelas-jelas menegaskan: “Mereka bisa melihat kalian. Sedangkan kalian tidak
bisa melihat mereka.”
Jadi begitulah permisalannya.
Selalu untuk menggambarkan alam berdimensi empat itu, harus menggunakan permisalan.
Supaya secara teori, tampaknya masuk akal. Tapi sekali lagi. Belum terbukti
secara nyata. Makanya, bahasan dimensi 4, dimensi 5, dan seterusnya itu,
dikategorikan dalam science fiction. Fiksi tetapi saintifik. Imajinasi
yang didasarkan pada prediksi-prediksi ilmiah.
Para ahli fisika memang pernah
mengemukakan beberapa model alam semesta ini. Misalnya pertama adalah Bubble
Theory atau Black Hole Theory. Menurut teori ini, alam semesta ini
sebenarnya MUNGKIN saja adalah bagian dari semesta yang lebih besar. Kita tidak
bisa melihat atau mengobservasinya, hanya karena bagian-bagian lain dari
semesta itu jauh sekali dari semesta kita. Atau mungkin juga semesta-semesta
lain itu berada di black hole yang membuat tak seorang pun bisa menembusnya.
Teori kedua adalah string. Atau String
Theory. Bunyinya begini: Jika alam semesta kita memiliki tiga dimensi, maka
MUNGKIN saja semesta ini adalah bagian dari semesta lain yang lebih besar yang
mempunyai 9 dimensi. Diibaratkan koran yang memiliki banyak halaman, semesta
kita ini adalah salah satu dari halaman-halaman koran tersebut.
Dan yang ketiga adalah Parallel
Universe Theory. Alias teori dunia pararel. Mudahnya, teori ini menyatakan
bahwa ada banyak dunia yang bekerja secara pararel. Yakni ada alam lain yang
bekerja bersamaan dengan alam kita ini.
Yang perlu diingat, adalah ini. Tidak
satu pun dari teori-teori di atas yang sudah terbukti. Meskipun, itu semua memang
bukan imajinasi atau hayalan belaka. Ya, bukan hayalan belaka. Tetapi hayalan
berdasar teori sebelumnya. “Maka, masuk akalnya semesta ini harus lebih dari
tiga dimensi…,” begitu kira-kira kesimpulan logisnya. Kemudian lantas
dikembangkanlah imajinasi di atas.
Ingat. Saya memang pro Sains untuk
menafsirkan ayat-ayat Qur’an. Sangat malah. SMA saya ambil jurusan IPA. Kuliah
saya jurusan Tafsir Qur’an. Ada seorang guru yang menulis tafsir Qur’an dengan
pendekatan saintifik berseri. Lebih dari 40-an buku. Saya beli semua. Saya hatamkan
semua. Tapi kalau dikatakan bahwa Jin yang gaib metafisika itu menghuni alam
dimensi 4, menurut saya itu tafsir yang teterlaluan. Melampaui batas. Kebablasan.
Hehe..
Mengkritisi penafsiran guru seperti
ini, sungguh bukan saya benci pada guru saya ini. Justru sebaliknya. Saya sangat
cinta. Saya memang ngefans kepada orang-orang seperti beliau. Saya sangat
berterimakasih beliau telah menulis buku. Yang mencerdaskan murid-muridnya. Yang
memancing murid-muridnya untuk berpikir. Semoga beliau terus menulis buku. Dan semoga
semua isinya bisa melintas di otak dan hati kita. Di akal anak-cucu keturunan
kita. Aamiin.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar