—Saiful Islam—
“OK, kalau wahyu, Qur’an Surat apa
ayat berapa??? Pasti tidak bisa jawab! Tanpa sadar, kita cuma ikut-ikutan
mempercayai ada wahyu lain selain Qur’an!! Alamak!!!”
Sederhananya, objek yang bisa
diterima oleh akal manusia, itu ada dua. Yaitu, pertama adalah objek fisik. Dan
kedua adalah objek metafisik (gaib atau eskatologi). Objek fisik, itu seperti
gelas, globe, mouse, buku, meja, laptop, smartphone, dan lain semisalnya. Intinya
semua materi fisik, itu bisa diketahui oleh akal manusia. Baik yang berupa
bentuk fisiknya, maupun hasil laporan observasinya dalam bentuk teks maupun
audio visual.
Sedangkan objek metafisik (gaib),
itu seperti Tuhan, surga, neraka, malaikat, bidadari, pahala dan dosa, dan
semisalnya. Nah, objek gaib ini, tidak akan bisa diterima oleh akal, kecuali
ada informasi yang diimani. Kenapa orang-orang Ateis, itu tidak percaya Tuhan,
tidak percaya surga dan neraka? Karena akal manusia memang tidak akan bisa
mengobservasi hal-hal gaib (metafisik) itu!
Akal manusia itu memang bisa
mengetahui hal-hal fisik. Akal manusia itu bisa membaca hasil-hasil observasi.
Menangkap hasil-hasil laporan ilmu pengetahuan. Baik yang teoritis (Sains),
maupun yang aplikatif (Teknologi). Akal ini juga mampu melakukan analisis
(proses berpikir) dari data-data yang disimpan di memori otak. Bukan hanya itu,
akal manusia—tepatnya otak kanan—juga mempunyai kemampuan untuk berimajinasi
atau berkhayal.
Nah, kemampuan akal yang bisa
berkhayal ini, harus selalu diwaspadai. Karena ia memang muncul dalam bentuk
gambar-gambar. Banyak yang meyakininya sebagai sebuah fakta, padahal sejatinya
adalah buah dari berkhayal saja. Coba bayangkan: saat ini tiba-tiba seekor
kucing putih yang berkepala kuda ada di depan Anda. Kucing berkepala kuda ini
berkaki 6 kecil yang memiliki sayap yang lebar. Ekornya dua, panjang satu
meter. Ia bilang, “I love you,” kepada Anda. Muncul kan di kepala
Anda?!
QS. Al-Naml[27]: 65
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
Katakanlah: "TAK SEORANG PUN
DI LANGIT DAN DI BUMI YANG MENGETAHUI PERKARA YANG GAIB, KECUALI ALLAH.” Dan
mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.
Sekarang saya mau tanya. Proses pewahyuan,
itu hal fisika atau hal metafisika (gaib)? Jelas, proses pewahyuan sebagai
pesan Tuhan yang disampaikan kepada seseorang, itu adalah perkara gaib. Maka informasi
terkait proses pewahyuan yang gaib ini, harus berdasar informasi Qur’an saja!
Kenapa harus Qur’an saja? Karena Nabi SAW pun pasti mengetahui hal-hal gaib
seperti ini hanya berdasar Qur’an saja!
Kalau ada Hadis-Hadis, maka HARUS
mendukung informasi Qur’an. Tetapi TIDAK BOLEH MELEBIHI informasi Qur’an.
Berkali-kali sudah saya ingatkan, harus ekstra waspada dan hati-hati kalau ada
informasi metafisika (gaib/eskatologi) yang
melebihi Qur’an. Kelebihan itu dari mana? Dari Nabi. OK, Nabi dari mana? Dari
wahyu. OK, kalau wahyu, Qur’an Surat apa ayat berapa??? Pasti tidak bisa jawab!
Tanpa sadar, kita cuma ikut-ikutan mempercayai ada wahyu lain selain Qur’an!! Alamak!!!
Berkali-kali Nabi SAW mengatakan
bahwa beliau tidak mengetahui hal gaib. Kecuali diberi infonya oleh Allah
melalui Qur’an. Beliau juga mengatakan bahwa beliau bukan malaikat. Karena akal
Nabi sebagai manusia, itu memang sama dengan akal manusia yang lain. Yaitu
tidak akan tahu hal gaib kecuali diberi info oleh Qur’an. Alias, hanya akan
tahu hal-hal gaib SEBATAS info dari pesan Allah (wahyu), yakni Qur’an. Berikut
ayatnya.
QS. Al-An’am[6]: 50
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ
عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي
مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ
وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
Katakanlah (Muhammad): Aku tidak
mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, DAN TIDAK (PULA)
AKU MENGETAHUI YANG GAIB DAN TIDAK (PULA) AKU MENGATAKAN KEPADAMU BAHWA AKU
SEORANG MALAIKAT. AKU TIDAK MENGIKUTI KECUALI APA YANG DIWAHYUKAN KEPADAKU.
Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka
Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"
Sangat gamblang ayat di atas bahwa
sekelas Nabi sekali pun, itu tidak tahu hal gaib. Sampai Allah memberi info
tentang hal gaib itu. Asalnya, Nabi itu tidak tahu apa itu surga, apa itu
neraka, apa itu hari berbangkit (yaum al-ba’ats), dan semisalnya. Barulah
setelah ada info ayat-ayat Qur’an yang bercerita tentang surga, neraka, yaum
al-ba’ts, kiamat, itu Nabi pun lantas tahu. Beliau kemudian menceritakannya
kepada kita.
QS. Al-A’raf[7]: 188
قُلْ لَا أَمْلِكُ
لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ
الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا
نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "Aku tidak
berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan
kecuali yang dikehendaki Allah. DAN SEKIRANYA AKU MENGETAHUI YANG GAIB
(METAFISIKA), TENTULAH AKU MEMBUAT KEBAJIKAN SEBANYAK-BANYAKNYA. Dan aku tidak
akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain HANYALAH pemberi peringatan, dan pembawa
berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
Bahkan sekelas Nabi sekali pun, itu
menunggu info dari Allah untuk hal-hal gaib. Jadi soal-soal gaib (metafisika atau
eskatologi), itu Nabi memang selalu menunggu info dari Allah. Nabi jujur, bahwa
beliau memang tidak akan tahu hal-hal gaib itu. Sampai Allah memberi info
kepada beliau. Berikut ayatnya.
QS. Yunus[10]: 20
وَيَقُولُونَ لَوْلَا
أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ ۖ فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ فَانْتَظِرُوا
إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ
Dan mereka berkata: "Mengapa
tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) SUATU KETERANGAN (MUKJIZAT) dari
Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya YANG GAIB ITU KEPUNYAAN ALLAH,
sebab itu TUNGGULAH saja. SESUNGGUHNYA AKU BERSAMA KAMU TERMASUK ORANG-ORANG
YANG MANUNGGU.
QS. Hud[11]: 31
وَلَا أَقُولُ لَكُمْ
عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ إِنِّي مَلَكٌ
وَلَا أَقُولُ لِلَّذِينَ تَزْدَرِي أَعْيُنُكُمْ لَنْ يُؤْتِيَهُمُ اللَّهُ
خَيْرًا ۖ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا فِي أَنْفُسِهِمْ ۖ إِنِّي إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ
Dan aku TIDAK mengatakan kepada kamu:
"Aku mempunyai gudang-gudang rezki dan kekayaan dari Allah.” DAN AKU TIDAK
MENGETAHUI YANG GAIB. Dan TIDAK (pula) aku mengatakan: “Sesungguhnya aku adalah
malaikat.” Dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina
oleh penglihatanmu: “Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada
mereka.” Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka. Sesungguhnya
aku, kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.
QS. Hud[11]: 49
تِلْكَ مِنْ أَنْبَاءِ
الْغَيْبِ نُوحِيهَا إِلَيْكَ ۖ مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلَا قَوْمُكَ مِنْ
قَبْلِ هَٰذَا ۖ فَاصْبِرْ ۖ إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ
Itu adalah di sebagian BERITA-BERITA
GAIB YANG KAMI WAHYUKAN KEPADAMU (MUHAMMAD). TIDAK PERNAH KAMU MENGETAHUINYA
DAN TIDAK (PULA) KAUMMU SEBELUM INI. Maka bersabarlah. Sesungguhnya kesudahan
yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
Tidak pernah ada info dari Qur’an
bahwa Nabi bisa tahu hal-hal gaib dengan sendirinya. Ini memang tidak akan
pernah mungkin. Mustahil selamanya. Tidak pernah ada info dari Qur’an bahwa ada
wahyu tidak tertulis. Tidak pernah ada info dari Qur’an bahwa ada wahyu lain
selain Qur’an yang sampai kepada Nabi SAW. Tidak pernah ada wahyu kedua (second
revelation). Keyakinan wahyu lain selain Qur’an, pasti akan bertabrakan
dengan ayat-ayat yang sudah saya ceritakan di atas. Wahyu kepada Nabi, itu
memang hanya Qur’an saja.
“Apakah ia mempunyai pengetahuan
tentang YANG GAIB, sehingga ia bisa melihat?” kata QS.53:35. “Atau mereka
punya pengetahuan tentang HAL GAIB, lalu mereka menuliskannya?” kata
QS.68:47. Allah tidak akan memperlihatkan hal-hal gaib itu kepada siapa pun (QS.72:26),
kecuali Rasul yang Dia pilih. Itu pun Rasul masih menunggu info tentang hal
gaib itu dari-Nya (QS.10:20).
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar