Senin, 02 Desember 2019

MENYELIDIK WAHYU


—Saiful Islam—

“Ketika Engkau berbisik-bisik kepada seseorang secara rahasia…”

Ibnu Manzhur, dalam Lisan al-‘Arab, menghabiskan tiga halaman untuk medeskripsikan makna wahyu ini. Saya ceritakan sebagian dulu.

Wahyu adalah isyarat (tanda yang memberi petunjuk), tulisan, surat, ilham, ucapan yang samar, dan apa pun yang Anda sampaikan kepada orang lain.

Dikatakan, “Aku wahyukan kepadanya perkataan.” Redaksinya wahaytu (intranstitive verb atau fi’il lazim) atau awhaytu (transitive verb atau fi’il muta’addiy), yang berarti aku mewahyukan.

Wahaa, wahyan, dan awhaa berarti menulis.

Al-wahyu adalah sesuatu yang ditulis, dan juga berarti buku (al-kitaab).

Di dalam Hadis (berita) al-Harits al-A’war, ‘Alqomah berkata: Aku membaca Qur’an dalam dua tahun. Al-Harits kemudian berkata, “Al-Qur’an itu mudah. Sedangkan al-wahyu lebih sulit.” Yang dimaksud al-Qur’an di sini adalah membaca. Sedangkan yang dimaksud al-wahyu adalah menulis dan mencatat. Dikatakan, “Wahaytu al-kitaab wahyan, aku menulis kitab. Fa anaa waahin, maka aku adalah penulis.”

Wa awhaa ilayh, artinya adalah mengutus. Awhaa ilayh juga bisa berarti mengilhamkan. Disebutkan dalam Qur’an (16:68), “Wa awhaa robbuka ilaa al-nahl, Tuhanmu mewahyukan kepada lebah.” Juga dalam Qur’an (99:5), “Bi anna robbaka awhaa lahaa, Tuhanmu mewahyukan kepada bumi.” Maknanya adalah memerintahnya.

QS. Al-Nahl[16]: 68
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
Dan TUHANMU MEWAHYUKAN KEPADA LEBAH: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.”

QS. Al-Zalzalah[99]: 5
بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا
Karena sesungguhnya TUHANMU TELAH MEWAHYUKAN (memerintahkan yang sedemikian itu) kepada bumi itu.

Mewahyukan kepada bumi, itu menurut al-‘Ajjaj berarti memperkokoh bumi. Sehingga bumi itu tenang (anteng). Dan diperkuat bumi itu dengan gunung-gunung yang kokoh.

Ibnu Barriy berpendapat. Jika disebutkan wahaa fi al-bayt, maka wahaa di sini berarti menulis. Wahaa ilayh dan awhaa, artinya berbicara kepada seseorang secara rahasia, sehingga tidak diketahui oleh yang lain. Wahaa ilayh dan awhaa, juga bisa berarti mengisyaratkan atau memberi isyarat (bahasa isyarat dengan anggota tubuh, seperti tangan, kepala, mata, dan semisalnya).

Disebut dalam Qur’an (19:11), “Fa awhaa ilayhim an sabbihuu bukrotan wa ‘asyiyyan, Zakariya memberi isyarat kepada mereka: bertasbihlah kalian pada waktu pagi dan petang.” Menurut al-Farra’, awhaa ilayhim di sini berarti Zakariya memberi bahasa isyarat. “Orang-orang Arab mengatakan awhaa, wahaa (mewahyukan), dengan awmaa dan wamaa, itu maknanya satu.

QS. Maryam[19]: 11
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا
Maka Zakariya keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia MEWAHYUKAN (memberi isyarat) kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.

Begini pendapat Ibnu al-A’robiy. Jika dikatakan seorang laki-laki mewahyukan, maka artinya adalah ketika ia mengutus seorang laki-laki yang terpercaya (tsiqoh) kepada budak yang terpercaya juga. Atau bisa juga berarti, ketika laki-laki itu berbicara langsung kepada budaknya. Seseorang dikatakan mewahyukan, itu bisa untuk arti seseorang yang menjadi raja yang kaya yang sebelumnya fakir. Dan bisa juga artinya adalah seseorang yang zhalim dalam kekuasaannya.

Al-wahyu adalah sesuatu yang Allah wahyukan kepada para nabi-Nya. Orang Arab berkata, “Aku beriman kepada wahyu Allah.” Menurut Ibnu al-Anbariy, disebut wahyu karena al-Malik (Allah) merahasiakan (informasi) itu kepada makhluk-Nya, dan menyampaikannya secara khusus kepada Nabi SAW yang diutus. Disebut dalam Qur’an (6:112), “Yuuhiy ba’dhuhum ilaa ba’dh zukhruf al-qowl ghuruuron,” maknanya adalah saling merahasiakan. Dari makna asal itu, al-wahyu kemudian dipakai untuk makna ilham, perintah, dan isyarat.

QS. Al-An’am[6]: 112
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh. Yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin. Sebagian mereka MEWAHYUKAN (membisikkan) kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya. maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

Disebutkan dalam Qur’an (5:111), “Wa idz awhaytu ilaa al-hawaariyyiin an aaminuu biy wa bi rosuuliy.” Menurut al-Zajjaaj yang juga mengutip pendapat, artinya adalah Aku (Allah) menghilhamkan. Sebagaimana redaksi Qur’an (16:68), “Wa awhaa robbuka ila al-nahl.” Sedangkan pendapat yang lain menyatakan bahwa artinya adalah Aku (Allah) memerintahkan kepada mereka. Ini semakna ketika Allah mewahyukan kepada bumi.

QS. Al-Maidah[5]: 111
وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي قَالُوا آمَنَّا وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ
Dan (ingatlah), ketika Aku WAHYUKAN (ilhamkan) kepada pengikut Isa yang setia (al-hawaariyyiin): "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". Mereka menjawab: “Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).”

Wahyu kepada Hawariyyin (para pengikut setia Isa) itu, menurut pendapat yang lain, berarti ayat-ayat dan bukti-bukti yang ada di dalam wahyu kepada Nabi Isa AS, itu dihadirkan kepada mereka. Kemudian mereka mendapat petunjuk dari ayat-ayat dan bukti-bukti tersebut. Lantas mereka beriman kepada Allah dan kerasulan Isa.

Disebutkan dalam Qur’an (28:7), “Wa awhaynaa ilaa ummi Muusaa an ardhi’iih.” Menurut al-Azhariy, Allah menancapkan (informasi) ke dalam hati Ibu Musa. Wahyu di sini berfungsi untuk memberi tahu jaminan Allah kepadanya: bahwa Musa akan dikembalikan kepadanya dan menjadikannya salah seorang utusan Allah.

QS. Al-Qashash[28]: 7
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ مُوسَىٰ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
Dan Kami WAHYUKAN (ilhamkan) kepada ibu Musa: "Susuilah dia. Dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah ia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati. Karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu. Dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.”

Menurut pendapat yang lain, wahyu di ini berarti ilham. Kemudian disebutkan bahwa boleh jadi Allah memberikan informasi itu ke dalam hati Ibu Musa. Bahwa isi dari informasi tersebut adalah Musa akan dikembalikan kepadanya nanti. Dan akan menjadikan Musa sebagai salah seorang utusan-Nya. Akan tetapi, memberi info atau menginfokan (al-i’laam), lebih jelas untuk makna wahyu di sini.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...