—Saiful Islam—
“Ketika Engkau berbisik-bisik kepada
seseorang secara rahasia…”
Ibnu Manzhur, dalam Lisan
al-‘Arab, menghabiskan tiga halaman untuk medeskripsikan makna wahyu ini.
Saya ceritakan sebagian dulu.
Wahyu adalah isyarat (tanda yang
memberi petunjuk), tulisan, surat, ilham, ucapan yang samar, dan apa pun yang
Anda sampaikan kepada orang lain.
Dikatakan, “Aku wahyukan kepadanya
perkataan.” Redaksinya wahaytu (intranstitive verb atau fi’il
lazim) atau awhaytu (transitive verb atau fi’il muta’addiy),
yang berarti aku mewahyukan.
Wahaa, wahyan,
dan awhaa berarti menulis.
Al-wahyu adalah sesuatu
yang ditulis, dan juga berarti buku (al-kitaab).
Di dalam Hadis (berita) al-Harits
al-A’war, ‘Alqomah berkata: Aku membaca Qur’an dalam dua tahun. Al-Harits kemudian
berkata, “Al-Qur’an itu mudah. Sedangkan al-wahyu lebih sulit.” Yang
dimaksud al-Qur’an di sini adalah membaca. Sedangkan yang dimaksud al-wahyu
adalah menulis dan mencatat. Dikatakan, “Wahaytu al-kitaab wahyan, aku
menulis kitab. Fa anaa waahin, maka aku adalah penulis.”
Wa awhaa ilayh, artinya
adalah mengutus. Awhaa ilayh juga bisa berarti mengilhamkan. Disebutkan
dalam Qur’an (16:68), “Wa awhaa robbuka ilaa al-nahl, Tuhanmu mewahyukan
kepada lebah.” Juga dalam Qur’an (99:5), “Bi anna robbaka awhaa lahaa,
Tuhanmu mewahyukan kepada bumi.” Maknanya adalah memerintahnya.
QS. Al-Nahl[16]: 68
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى
النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا
يَعْرِشُونَ
Dan TUHANMU MEWAHYUKAN KEPADA LEBAH:
"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia.”
QS. Al-Zalzalah[99]: 5
بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ
لَهَا
Karena sesungguhnya TUHANMU TELAH
MEWAHYUKAN (memerintahkan yang sedemikian itu) kepada bumi itu.
Mewahyukan kepada bumi, itu menurut
al-‘Ajjaj berarti memperkokoh bumi. Sehingga bumi itu tenang (anteng). Dan
diperkuat bumi itu dengan gunung-gunung yang kokoh.
Ibnu Barriy berpendapat. Jika
disebutkan wahaa fi al-bayt, maka wahaa di sini berarti
menulis. Wahaa ilayh dan awhaa, artinya berbicara kepada
seseorang secara rahasia, sehingga tidak diketahui oleh yang lain. Wahaa
ilayh dan awhaa, juga bisa berarti mengisyaratkan atau memberi
isyarat (bahasa isyarat dengan anggota tubuh, seperti tangan, kepala, mata, dan
semisalnya).
Disebut dalam Qur’an (19:11), “Fa
awhaa ilayhim an sabbihuu bukrotan wa ‘asyiyyan, Zakariya memberi isyarat
kepada mereka: bertasbihlah kalian pada waktu pagi dan petang.” Menurut
al-Farra’, awhaa ilayhim di sini berarti Zakariya memberi bahasa
isyarat. “Orang-orang Arab mengatakan awhaa, wahaa (mewahyukan),
dengan awmaa dan wamaa, itu maknanya satu.
QS. Maryam[19]: 11
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ
مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَىٰ إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا
Maka Zakariya keluar dari mihrab
menuju kaumnya, lalu ia MEWAHYUKAN (memberi isyarat) kepada mereka; hendaklah
kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.
Begini pendapat Ibnu al-A’robiy.
Jika dikatakan seorang laki-laki mewahyukan, maka artinya adalah ketika ia
mengutus seorang laki-laki yang terpercaya (tsiqoh) kepada budak yang
terpercaya juga. Atau bisa juga berarti, ketika laki-laki itu berbicara
langsung kepada budaknya. Seseorang dikatakan mewahyukan, itu bisa untuk arti
seseorang yang menjadi raja yang kaya yang sebelumnya fakir. Dan bisa juga
artinya adalah seseorang yang zhalim dalam kekuasaannya.
Al-wahyu adalah
sesuatu yang Allah wahyukan kepada para nabi-Nya. Orang Arab berkata, “Aku
beriman kepada wahyu Allah.” Menurut Ibnu al-Anbariy, disebut wahyu karena al-Malik
(Allah) merahasiakan (informasi) itu kepada makhluk-Nya, dan menyampaikannya
secara khusus kepada Nabi SAW yang diutus. Disebut dalam Qur’an (6:112), “Yuuhiy
ba’dhuhum ilaa ba’dh zukhruf al-qowl ghuruuron,” maknanya adalah saling
merahasiakan. Dari makna asal itu, al-wahyu kemudian dipakai untuk makna
ilham, perintah, dan isyarat.
QS. Al-An’am[6]: 112
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا
لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ
إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Dan demikianlah Kami jadikan bagi
tiap-tiap Nabi itu musuh. Yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan
jenis) jin. Sebagian mereka MEWAHYUKAN (membisikkan) kepada sebagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya. maka tinggalkanlah mereka dan
apa yang mereka ada-adakan.
Disebutkan dalam Qur’an (5:111), “Wa
idz awhaytu ilaa al-hawaariyyiin an aaminuu biy wa bi rosuuliy.” Menurut
al-Zajjaaj yang juga mengutip pendapat, artinya adalah Aku (Allah)
menghilhamkan. Sebagaimana redaksi Qur’an (16:68), “Wa awhaa robbuka ila
al-nahl.” Sedangkan pendapat yang lain menyatakan bahwa artinya adalah Aku
(Allah) memerintahkan kepada mereka. Ini semakna ketika Allah mewahyukan kepada
bumi.
QS. Al-Maidah[5]: 111
وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى
الْحَوَارِيِّينَ أَنْ آمِنُوا بِي وَبِرَسُولِي قَالُوا آمَنَّا وَاشْهَدْ
بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ
Dan (ingatlah), ketika Aku WAHYUKAN
(ilhamkan) kepada pengikut Isa yang setia (al-hawaariyyiin): "Berimanlah
kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". Mereka menjawab: “Kami telah beriman
dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
patuh (kepada seruanmu).”
Wahyu kepada Hawariyyin (para
pengikut setia Isa) itu, menurut pendapat yang lain, berarti ayat-ayat dan
bukti-bukti yang ada di dalam wahyu kepada Nabi Isa AS, itu dihadirkan kepada
mereka. Kemudian mereka mendapat petunjuk dari ayat-ayat dan bukti-bukti
tersebut. Lantas mereka beriman kepada Allah dan kerasulan Isa.
Disebutkan dalam Qur’an (28:7), “Wa
awhaynaa ilaa ummi Muusaa an ardhi’iih.” Menurut al-Azhariy, Allah
menancapkan (informasi) ke dalam hati Ibu Musa. Wahyu di sini berfungsi untuk
memberi tahu jaminan Allah kepadanya: bahwa Musa akan dikembalikan kepadanya
dan menjadikannya salah seorang utusan Allah.
QS. Al-Qashash[28]: 7
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ
مُوسَىٰ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا
تَحْزَنِي ۖ إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ
مِنَ الْمُرْسَلِينَ
Dan Kami WAHYUKAN (ilhamkan) kepada
ibu Musa: "Susuilah dia. Dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka
jatuhkanlah ia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah
(pula) bersedih hati. Karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu.
Dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.”
Menurut pendapat yang lain, wahyu
di ini berarti ilham. Kemudian disebutkan bahwa boleh jadi Allah memberikan
informasi itu ke dalam hati Ibu Musa. Bahwa isi dari informasi tersebut adalah
Musa akan dikembalikan kepadanya nanti. Dan akan menjadikan Musa sebagai salah
seorang utusan-Nya. Akan tetapi, memberi info atau menginfokan (al-i’laam),
lebih jelas untuk makna wahyu di sini.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar