—Saiful Islam—
“Tidak akan bisa mengambil
pelajaran dari Qur’an itu, KECUALI orang-orang yang menggunakan AKAL SEHATNYA…”
Masih mengikuti cerita dalam Al-Mufradat.
Menurut pendapat yang lain, al-hakiim
yang untuk mensifati Qur’an, itu artinya adalah al-muhkam. Seperti
QS.11:1. Dua-duanya sahih. Kuat. Bisa bermakna Qur’an mengandung hikmah atau
mengandung hukum-hukum. Juga ayat-ayat Qur’an yang muhkam (yang jelas
maknanya, tidak terlalu membutuhkan penjelasan dan penafsiran).
QS. Hud[11]: 1
الر ۚ كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ
مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ
Alif laam raa, (INILAH) SUATU KITAB
YANG MUHKAM AYAT-AYATNYA serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan
dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.
Al-hukm itu lebih
umum daripada al-hikmah. Setiap al-hikmah adalah al-hukm. Dan
tidak setiap hukm itu hikmah. Sesungguhnya al-hukm itu
menentukan sesuatu di atas sesuatu yang lain. Maka seseorang berkata, “Ini
seperti ini.” Atau, “Ini tidak seperti ini.” Nabi SAW pernah
bersabda, “Sebagian dari syair, itu adalah hikmah.” Yakni perkara yang
benar. Di dalam syair (fiksi) itu ada benarnya.
QS.19:12, “Dan kami telah memberikan
kepadanya al-hukm ketika masih kanak-kanak.” Nabi SAW bersabda, “Diam
itu adalah hukm. Dan sedikit sekali yang mengamalkannya.” Yakni yang
dimaksud adalah hikmah. (Catat, ini penting).
QS. Maryam[19]: 12
يَا يَحْيَىٰ خُذِ
الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ ۖ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا
Hai Yahya. Ambillah Al-Kitab itu
dengan sungguh-sungguh. Dan KAMI BERIKAN KEPADANYA HIKMAH SELAGI IA MASIH
KANAK-KANAK.
QS.2:151, “Dan Dia mengajar
mereka al-Kitab dan al-Hikmah.” Juga QS.33:34, “Dan ingatlah apa yang
dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan Hikmah.” Disebutkan bahwa
hikmah di sini berarti tafsirnya Qur’an. Yakni yang diingatkan oleh Qur’an. (Catat
juga, ini penting sekali!).
QS. Al-Baqarah[2]: 151
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ
رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Sebagaimana (kami telah menyempurnakan
nikmat Kami kepada kalian), Kami telah mengutus kepada kalian Rasul diantara
kalian, yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian, dan mensucikan kalian, DAN
MENGAJARKAN KEPADA KALIAN AL-KITAB DAN AL-HIKMAH, serta mengajarkan kepada
kalian apa yang belum kalian ketahui.
QS. Al-Ahzab[33]: 34
وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَىٰ
فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا
خَبِيرًا
Dan ingatlah APA YANG DIBACAKAN DI
RUMAHMU DARI AYAT-AYAT ALLAH DAN HIKMAH. Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut
lagi Maha Mengetahui.
Selain itu, juga apa yang disebut
oleh QS.5:1, “Sesungguhnya Allah menghukumi apa yang dikehendaki-Nya.”
Yakni apa yang dikehendakinya, Dia akan menjadikannya hikmah. Ini juga motivasi
untuk para hamba agar ridha dengan apa yang Dia tentukan.
QS. Al-Maidah[5]: 1
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ ۚ أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إِلَّا
مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ ۗ إِنَّ اللَّهَ
يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ
Hai orang-orang yang beriman,
penuhilah setiap perjanjian itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang
akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. SESUNGGUHNYA ALLAH MENETAPKAN HUKUM-HUKUM
MENURUT YANG DIKEHENDAKI-NYA.
Ibnu Abbas mengomentari QS.33:34, “…dari
ayat-ayat Allah dan al-Hikmah.” Bahwa yang dimaksud hikmah di sini adalah Ilmu
Qur’an, Nasikh Mansukh, serta Muhkam—Mutasyabih-nya (satu bab dalam
Ulumul Qur’an). Menurut Ibnu Zayd, hikmah di sini berarti pengetahuan tentang
ayat-ayat Qur’an dan hikmah-hikmahnya (kandungan-kandungan maknanya).
Sedangkan menurut al-Sudiy, hikmah
di QS.33:34 adalah kenabian. Menurut pendapat yang lain, hikmah di situ berarti
pemahaman terhadap hakikat Qur’an. Hikmah itu, adalah isyarat (petunjuk) pada
sebagian hakikat-hakikat Qur’an, yang khusus bagi para Rasul yang bergelar Ulul
‘Azmi (Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS, dan Muhammad SAW). Dan para Nabi
itu mengikuti para Rasul itu dalam hal tersebut.
QS.5:44, “Dengan Kitab itu
diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada
Allah.” Sebagian dari al-hikmah atau al-hukm, itu dikhususkan
untuk para nabi.
QS. Al-Maidah[5]: 44
إِنَّا أَنْزَلْنَا
التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ
وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ
شُهَدَاءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا
تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan
kitab Taurat yang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), YANG
DENGAN KITAB ITU DIPUTUSKAN PERKARA ORANG-ORANG YAHUDI OLEH NABI-NABI YANG
MENYERAH DIRI KEPADA ALLAH, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta
mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah. Dan mereka
menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia,
(tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan
harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
QS.3:7, “Di antara (isi)-nya ada
ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Qur’an, dan yang lain
(ayat-ayat) mutasyabihat.” Yang dimaksud al-muhkam adalah tidak
menimbulkan kesamaran, baik lafaz maupun maknanya. Alias jelas maknanya. Sedangkan
al-mutasyabih diceritakan di tempat lain.
QS. Ali Imran[3]: 7
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ
عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ
مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ
زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ
ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا
اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ
آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (Qur’an)
kepada kamu. DI ANTARA (ISI)-NYA ADA AYAT-AYAT YANG MUHKAMAT, ITULAH POKOK-POKOK
ISI QUR'AN. DAN YANG LAIN (AYAT-AYAT) MUTASYABIHAT. Adapun orang-orang yang
dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian
ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari takwilnya.
Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya (secara pasti) melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." DAN TIDAK DAPAT
MENGAMBIL PELAJARAN (DARINYA) KECUALI ORANG-ORANG MENGGUNAKAN AKAL SEHATNYA.
Di dalam Hadis terdapat redaksi, “Sesungguhnya
surga itu untuk para muhakkamin.” Menurut satu pendapat, muhakkamin di
sini artinya adalah sekelompok orang yang diberi dua pilihan: terbunuh sebagai
seorang Muslim atau menjadi murtad. Sekelompok orang itu kemudian memilih untuk
terbunuh sebagai Muslim. Dan menurut pendapat yang lain, makna muhakkamin
di sini berarti orang-orang tertentu yang diberi al-hikmah.
Begitulah cerita dari Al-Raghib
al-Asfahaniy dalam Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an tentang makna al-hikmah.
Ingat, saya belum menganalisa, mengritisi, dan mengambil kesimpulan. Hanya baru
menceritakan dan menggambarkan saja. Insya Allah di depan.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar