—Saiful Islam—
“Ingat. Hadis-Hadis, BUKAN Nabi itu
sendiri!”
“Wahai Ahli Kitab. Janganlah kalian
berlebih-lebihan dengan cara yang tidak benar dalam agama kalian,” begitu kata QS.5:77.
Mereka berlebih-lebihan, sampai menganggap Isa, yang manusia biasa itu, sebagai
Tuhan. Ayat-ayat sebelumnya, QS.5:72-76, mengritik sikap mereka tersebut.
QS. Al-Maidah[5]: 75
مَا الْمَسِيحُ ابْنُ
مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ
صِدِّيقَةٌ ۖ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْآيَاتِ
ثُمَّ انْظُرْ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
Al-masih (Isa), putera Maryam itu HANYALAH
seorang Rasul (utusan Tuhan). Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa
rasul. Dan ibunya seorang yang sangat benar. Keduanya BIASA MEMAKAN MAKANAN. Perhatikan
bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan
(Kami). Kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling.
Saya mengajak Rekan-Rekan sekalian untuk memposisikan Nabi secara proporsional.
Menghormati nabi-nabi, itu harus. Wajib.
Bagaimana tidak, wong Allah saja memilih beliau-beliau?! Tentu saja,
soal prestasi amal saleh, kita masih sangat-sangat jauh dibanding mereka.
Meskipun kita akan terus berusaha meneladani mereka. Termasuk menghormati dan
menyanjung Nabi Muhammad SAW. Menyanjung yang dicintai, itu wajar. Biasa. Memuja
yang dikasih dan disayangi, itu manusiawi. Tetapi menghormati dan menyanjung
yang berlebihan, ini bisa bahaya.
Sudah pernah terjadi pada
orang-orang Nasrani kepada Nabi Isa. Menyanjung, memuja, dan menghormati secara
berlebihan. Sampai membuat kesimpulan bahwa Isa firman Tuhan yang menjadi
daging. Lalu Isa adalah anak Tuhan. Sampai akhirnya menjadi Tuhan itu sendiri:
Tuhan Yesus. Terserah, itu hak mereka. Itu iman mereka: Nasrani. Tetapi bagi saya,
Isa adalah hanya manusia biasa yang mendapat wahyu Allah. Persis Nabi SAW.
Penghormatan dan sanjungan yang
berlebihan itu, ternyata pernah terjadi kepada Nabi SAW. Seperti cerita Nabi
yang dioperasi Malaikat ketika kecil. Hati (liver) Nabi diambil,
kemudian dibedah untuk dikeluarkan gumpalan hitamnya. Setelah itu hati itu
disambung lagi. Perut yang dibedah, disambung lagi. Jadi semacam operasi
transnplantasi hati. Juga konsep cahaya Muhammad. Nur Muhammad. Katanya,
sebelum ada semesta ini, Allah menciptakan Nur Muhammad terlebih dahulu. Adanya
alam semesta ini, hanya karena adanya Nur Muhammad itu.
Saya berani memastikan. Bahwa mitos-mitos
tentang Nabi SAW seperti transplantasi liver dan Nur Muhammad itu,
bersumber dari selain Qur’an. Kalau Anda mencari rujukannya dalam Qur’an, pasti
tidak akan pernah ada penggambaran Nabi yang non manusiawi seperti itu.
Sebaliknya, selalu dan selalu Qur’an mendeskripsikan Nabi SAW itu sebagai
manusia biasa. Karena manusia biasa itulah, Nabi dijadikan uswatun hasanah
oleh Allah bagi kita. Kalau Nabi itu Malaikat, atau apa pun yang bukan manusia,
ya tidak akan bisa menjadi contoh, teladan, uswatun hasanah bagi kita!
QS. Al-Ahzab[33]: 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik (uswatun hasanah) bagi kalian. (Yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan ia
banyak mengingat Allah.
Ada kawan yang mengaku sedih karena
saya mengatakan bahwa Nabi SAW itu adalah manusia biasa. Justru saya lebih
sedih lagi, kalau ada yang mengatakan Nabi SAW, Nabi yang saya hormati dan
cintai itu, adalah bukan manusia biasa. Justru bahaya sekali kalau dikatakan
bahwa Nabi itu bukan manusia biasa. Pasti akan bertabrakan dengan ayat-ayat
berikut ini. Semua Nabi, mulai Nabi Adam sampai Nabi Muhammad, itu memang
manusia biasa. Bedanya cuma satu dengan kita: beliau-beliau itu mendapat pesan
Tuhan secara langsung.
QS. Al-Kahfi[18]: 110
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ
إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ
لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
Katakanlah: “SESUNGGUHNYA AKU INI HANYALAH
MANUSIA BIASA SEPERTI KAMU, YANG DIWAHYUKAN KEPADAKU: Sesungguhnya Tuhan kamu
itu adalah Tuhan yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh. Dan janganlah ia mempersekutukan
seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.
QS. Ibrahim[14]: 11
قَالَتْ لَهُمْ رُسُلُهُمْ
إِنْ نَحْنُ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَمُنُّ عَلَىٰ مَنْ
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ وَمَا كَانَ لَنَا أَنْ نَأْتِيَكُمْ بِسُلْطَانٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ
ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Rasul-rasul mereka berkata kepada
mereka: "KAMI TIDAK LAIN HANYALAH MANUSIA SEPERTI KAMU, akan tetapi Allah
memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan
tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan
izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin
bertawakkal.”
QS. Al-Fushshilat[41]: 6
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ
مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا
إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ ۗ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: "BAHWASANYA AKU
HANYALAH SEORANG MANUSIA SEPERTI KAMU, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan
kamu adalah Tuhan yang Maha Esa. Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju
kepadanya. Dan beristighfarlah kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang
yang mempersekutukan-Nya.”
Sekali lagi, justru bahaya kalau
dikatakan para utusan Allah (Rasul Allah) itu, bukan manusia biasa. Nabi
dipaksa harus bukan manusia, itu justru kemauan orang-orang yang ingkar kepada
kenabian para Rasul Allah tersebut. Mereka meremehkan kemanusiaan para Rasul
itu.
QS. Al-Mukminun[23]: 24
فَقَالَ الْمَلَأُ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا هَٰذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ
أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً مَا
سَمِعْنَا بِهَٰذَا فِي آبَائِنَا الْأَوَّلِينَ
Maka pemuka-pemuka orang yang kafir
di antara kaumnya menjawab: "ORANG INI TIDAK LAIN HANYALAH MANUSIA SEPERTI
KAMU, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu. Dan
kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. Belum
pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami
yang dahulu.
QS. Al-Anbiya’[21]: 3
لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ ۗ وَأَسَرُّوا
النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا هَلْ هَٰذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ ۖ أَفَتَأْتُونَ
السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ
(Lagi) hati mereka dalam keadaan
lalai. Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: "ORANG
INI TIDAK LAIN HANYALAH SEORANG MANUSIA (JUA) SEPERTI KAMU, maka apakah kamu
menerima sihir itu. Padahal kamu menyaksikannya?"
QS. Al-Mukminun[23]: 33
وَقَالَ الْمَلَأُ مِنْ
قَوْمِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِلِقَاءِ الْآخِرَةِ وَأَتْرَفْنَاهُمْ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا مَا هَٰذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا
تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ
Dan berkatalah pemuka-pemuka yang
kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak)
dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(ORANG) INI
TIDAK LAIN HANYALAH MANUSIA SEPERTI KAMU, DIA MAKAN DARI APA YANG KAMU MAKAN,
DAN MEMINUM DARI APA YANG KAMU MINUM.”
Begitu juga soal wahyu ini. Menurut
saya, berlebihan jika dikatakan SEMUA ucapan, sikap, dan perilaku Nabi SAW itu
adalah wahyu. Tambah parah berlebihannya itu, saat dikatakan bahwa semua
Hadis-Hadis yang sahih, dan Hadis Qudsi yang sahih, adalah wahyu yang berdiri
sendiri selain Qur’an. Semua jenis Hadis yang saya sebut barusan, itu bukan
Nabi itu sendiri. Ingat, Hadis-Hadis, BUKAN Nabi itu sendiri!
Saya akan menutup tulisan ini
dengan sebuah Hadis riwayat Bukhari, Muslim, dan lainnya, yang saya kira sahih.
Waktu itu ada tiga orang Sahabat Nabi yang kemelete (sok alim), mengadu
kepada istri Nabi. Orang pertama mengatakan tidak akan menikah. Orang kedua
mengatakan, tidak akan makan daging. Dan orang ketiga mengatakan, tidak akan
tidur di kasur.
Mendengar ucapan ketiga Sahabat tadi,
Rasululllah pun menjawab yang seakan-akan teguran untuk mereka yang kemelete
itu. “Demi Allah,” kata Rasul, “sesunguhnya akulah orang yang paling takut
kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya dibanding kalian. Tetapi, aku ya
berpuasa, ya berbuka. Aku ya salat, ya tidur. Dan aku juga menikahi perempuan…”
Oh, Nabi. We
do love you.... Habiibiy sallaamun ‘alaik
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar