Sabtu, 28 Desember 2019

BUKAN AGAMA TROPIS


—Saiful Islam—

“Kemudian dengan gegabah disimpulkan bahwa orang-orang Eropa memang tidak cocok jadi Muslim. Atau boleh jadi Muslim, tapi tidak wajib salat dan puasa…”

Sebagaimana salat dan zakat, begitu juga puasa. Dalam batas-batas tertentu dan apalagai dalam keadaan yang tidak normal lagi, harus dilakukan proses kontekstualisasi. Atau proses ta’aqquliy alias proses ijtihadiy. Lagi-lagi, karena situasi dan kondisi tertentu yang membuat umat Islam mau tidak mau harus berijtihad. Maka meskipun ini urusan ibadah mahdhah, bahkan ritual, ternyata dalam batas-batas tertentu, Kaum Mukminin memiliki hak untuk berijtihad.

Misalnya soal waktu. Kita tahu sebelumnya melalui ayat-ayat yang telah dikutip, bahwa penetapan waktu salat maupun puasa, itu berdasar pada siang dan malam. Untuk waktu salat lihat QS.17:78, QS.11:114, QS.30:17, dan QS.4:103. Begitu juga waktu puasa, siangnya tidak boleh makan, minum, dan berhubungan suami istri. Sedangkan malamnya diperbolehkan (QS.2:187). Dulu, dimana teknologi tidak secanggih sekarang, penetapkan waktu memang biasanya berdasar pada malam dan siang itu.

Maka wajar kalau kemudian ulama salaf dulu (kuno atau tiga abad pertama tahun Hijriyah) menetapkan waktu salatnya dengan bayangan benda. Mereka berdasar Hadis-Hadis. Masuk waktu Dhuhur, yaitu sesaat setelah bayangan benda tepat di bawah kaki. Masuk waktu Asar, yaitu ketika bayangan benda mulai lebih panjang dari bendanya. Waktu Magrib saat matahari tenggelam atau langit kemerah-merahan. Isya’ saat warna kemerah-merahan itu hilang. Subuh, yaitu ketika fajar.

Begitu juga soal puasa. Sudah umum jika puasa didefinisikan sebagai menahan makan, minum, dan berhubungan suami istri sejak masuk waktu Subuh sampai Magrib. Bukan hanya oleh ulama-ulama salaf. Bahkan Qur’an pun, sebagaimana definisi yang saya buat kemarin, juga menjadikan Subuh (fajar) sampai Magrib (awal malam) sebagai waktu atau durasi berpuasa.

Karena keterbatasan matahari yang tidak tampak di malam hari itu, lantas membuat manusia akhirnya menggunakan cara lain. Di India, Raja Jaipur, Jai Singh II membangun banyak instrumen dan jam matahari di observatorium di Jaipur, Varanasi, Ujjain, Mathura sekitar tahun 1700-an.

Kata jam sendiri berasal dari Bahasa Latin clocca. Kata jam, itu sudah dipakai pada abad ke-14. Alias sekitar 700 tahun yang lalu. Dan di awal abad ke-17 itu, mesin jam mulai diberi pembungkus dari kuningan, serta diperkaya dengan penutup kaca dan jarum sebagai penunjuk menit.

Melakukan penghitungan (hisaab), termasuk untuk menentukan durasi hari, bulan, tahun, dan seterusnya, pun sebenarnya inspirasinya adalah dalam Qur’an. Sudah disebut sekitar 15 abad yang lalu. Misalnya QS.10:5 berikut.

QS. Yunus[10]: 5
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Dia lah yang menjadikan MATAHARI bersinar dan BULAN bercahaya dan (Dia) menentukan manzilah-manzilah-nya (tempat atau posisinya), SUPAYA KAMU MENGETAHUI BILANGAN TAHUN DAN PERHITUNGAN (WAKTU). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.

Apa malam dan siang itu? Malam dan siang, sejatinya hanyalah sebuah kondisi di saat bumi—bulat yang agak oval—itu menghadap dan membelakangi matahari. Bagian bumi yang menghadap matahari adalah siang. Dan bagian bumi yang membelakangi matahari adalah malam. Menurut Sains, siang dan malam itu terjadi karena sifat bumi yang berputar pada porosnya. Rotasi bumi, istilahnya. Proses ini terjadi selama 24 jam.

Jika dilihat dari kutub utara, maka bumi berputar dari barat ke timur. Searah jarum jam. Tetapi sebaliknya, jika dilihat dari kutub selatan. Berlawanan arah jarum jam. Perputaran bumi ini membuat seakan-akan matahari yang berputar dari timur ke barat. Sejatinya, yang berputar bukanlah matahari. Tetapi bumilah yang berputar mengelilingi matahari bersama planet-planet lain dalam tata surya. Sekali bumi berputar mengelilingi matahari itu, membutuhkan waktu selama 1 tahun. Periode perputaran ini disebut revolusi bumi.

Andai saja sumbu rotasi bumi (poros) itu tegak lurus, maka semua negara atau wilayah di muka bumi pasti mendapatkan pembagian waktu siang dan malam yang sama. Siangnya 12 jam dan malamnya 12 jam. Tetapi karena sumbu bumi ini ternyata miring (sekitar 23,5 derajat), maka bagian bumi yang lebih condong menghadap matahari akan mengalami waktu siang lebih banyak. Sedangkan yang lainnya akan mengalami waktu malam yang lebih banyak.

Negara-negara di daerah kutub Selatan, seperti Islandia. Dalam sehari, negara di benua Eropa, ini waktu siangnya berdurasi 22 jam. Jadi negara yang terletak di sebelah barat laut Eropa atau sebelah utara Samudera Atlantik, itu malanya cuma 2 jam saja. Dengan kata lain, sehari yang 24 jam, itu hampir seluruhnya siang.

Selain itu, juga negara-negara Skandinavia. Yaitu meliputi negara Swedia, Finlandia, dan sebagian Norwegia bagian tengah. Negara-negara yang berlokasi di bagian barat benua Eropa, itu waktu siang terlamanya mencapai 21 jam. Yaitu tepatnya ketika musim panas. Dengan kata lain, malamnya hanya 3 jam saja.

Ada juga Alaska. Ini adalah negara bagian terbesar dari Amerika Serikat. Alaska, secara geografis, memang terletak di daerah kutub Utara. Akibatnya, negara tersebut juga memiliki waktu siang yang lama. Yaitu 20 jam. Sedangkan malamnya cuma 4 jam.

Pun begitu, Rusia. Jika kita melihat globe, Rusia merupakan negara terbesar di dunia. Luas wilayahnya mencapai 17.075.400 km2. Tidak heran kalau hampir seluruh Benua Eropa, memanjang dari Timur ke Barat, itu diduduki oleh Rusia. Negara ini memiliki waktu siang terlamanya, yaitu 19 jam. Malamnya 5 jam.

 Berikutnya, adalah Inggris. Yang waktu siang terlamanya hampir 18 jam. Dan 7 jam untuk waktu malamnya. Begitu terus negara-negara yang semakin ke selatan sampai garis khatulistiwa. Semakin mendekati garis khatulistiwa itu, maka suatu negara akan semakin mendapat porsi siang dan malam yang seimbang. Contohnya Indonesia, yang waktu siang terlamanya adalah 13 jam.

Nah, coba kita kembalikan lagi kepada definisi puasa yang umum tersebut. Yaitu menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan intim dari Subuh sampai Magrib. Kalau ukurannya adalah siang dan malam, maka Muslimin di Islandia akan berpuasa sekitar 22 jam. Begitu juga Kaum Muslimin di Swedia, Finlandia, dan sebagian Norwegia bagian tengah akan berpuasa selama 21 jam. Dan seterusnya untuk umat Islam di Alaska, Rusia, dan Inggris.

Jadi jika definisi puasa ini tidak diubah, maka kita Muslimin Indonesia akan berpuasa cuma sekitar 13 jam, sedangkan Muslim di Islandia puasanya selama 22 jam. Belum lagi waktu salatnya. Kalau kita kaku dengan definisi kuno itu, meskipun berdasar Qur’an dan Hadis, maka wajar ada yang mengatakan bahwa Islam ini adalah agama yang hanya cocok untuk orang-orang tropis. Islam adalah agama tropis. Kemudian dengan gegabah disimpulkan bahwa orang-orang Eropa memang tidak cocok jadi Muslim. Atau boleh jadi Muslim, tapi tidak wajib salat dan puasa. Hehe.

Tentu saja tidak begitu. Inilah yang berkali-kali saya sebut, bahwa kalau kita sekarang ini tidak melakukan proses-proses ijtihad, maka Islam memang tidak akan bisa diamalkan di segala wilayah, segala zaman, dan segala SAR. Dan itu, tidak mungkin. Maka dalam situasi, kondisi, dan tempat (ketupat) tertentu, Umat Islam harus dan wajib melakukan proses ijtihadiy, ta’aqquliy, qiyasiy, dan kontekstualisasi. Karena Islam, adalah agama yang rahmatan lil ‘aalamiin.

Dan menjadi catatan pentingnya, adalah: semua proses ijtihadiy, ta’aqquliy, qiyasiy, dan kontekstualisasi, itu tidak berarti telah mendapatkan wahyu teologis lain selain Qur’an. Wahyu, itu cuma Qur’an saja. Selain Qur’an, tidak ada yang wahyu itu.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...