Rabu, 04 Desember 2019

WAHYU KEPADA NABI SAW


—Saiful Islam—

“Ternyata. TIDAK PERNAH Nabi mendapat pesan Tuhan (wahyu) itu melalui mimpi, atau suara, atau lonceng, atau penampakan Jibril…”

Jadi secara bahasa, wahyu itu adalah tanda-tanda yang mengandung pesan. Atau pesan yang ada dalam simbol-simbol dan lambang-lambang. Terutama bahasa. Baik yang ditulis maupun yang diucapkan. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan pengertian wahyu secara bahasa ini.

Barulah secara teologis, pemahaman wahyu ini menjadi istimewa.

Secara teologis, wahyu adalah pesan Tuhan kepada seseorang yang Dia pilih (al-mushtofa) melalui media tertentu. Melalui media suara, seperti yang terjadi kepada Nabi Musa (misalnya QS.28:30) dan ibunya (QS.28:7). Melalui mimpi, seperti yang terjadi pada Nabi Ibrahim (QS.37:102). Melalui penampakan Jibril, seperti terjadi pada Maryam (QS.19:17-22).

QS. Al-Nahl[16]: 2
يُنَزِّلُ الْمَلَائِكَةَ بِالرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِ عَلَىٰ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ أَنْ أَنْذِرُوا أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاتَّقُونِ
DIA MENURUNKAN PARA MALAIKAT DENGAN (MEMBAWA) WAHYU (PESAN TUHAN) DENGAN PERINTAH-NYA KEPADA SIAPA YANG DIA KEHENDAKI DI ANTARA HAMBA-HAMBA-NYA, Yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku. Maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.”

QS. Al-Baqarah[2]: 136
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan APA YANG DITURUNKAN KEPADA KAMI. DAN APA YANG DITURUNKAN KEPADA IBRAHIM, ISMA'IL, ISHAQ, YA'QUB DAN ANAK CUCUNYA. DAN APA YANG DIBERIKAN KEPADA MUSA DAN ISA SERTA APA YANG DIBERIKAN KEPADA NABI-NABI DARI TUHANNYA. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka. Dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”

Lalu bagaimana pesan Tuhan (wahyu) itu terjadi kepada Nabi Muhammad SAW? Ternyata, proses pewahyuan kepada Nabi Muhammad, itu hanya langsung kepada jiwa (hati/kalbu/psikis) Nabi yang dibawa oleh Jibril. Sepanjang penelusuran saya terhadap ayat-ayat Qur’an, tidak pernah Nabi mendapat pesan Tuhan (wahyu) itu melalui mimpi, atau suara, atau lonceng, atau penampakan Jibril.

Berikut ayat-ayat Qur’an yang menceritakan bahwa proses pewahyuan kepada Nabi SAW itu hanya terjadi secara psikis.

QS. Al-Syu’ara[26]: 192-195
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ
192. Dan sesungguhnya Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam.
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ
193. IA DIBAWA TURUN OLEH AL-RUH AL-AMIN (JIBRIL).

عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ
194. KE DALAM HATIMU (MUHAMMAD), agar engkau menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.

بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
195. Dengan bahasa Arab yang jelas.

QS. Al-Baqarah[2]: 97
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَىٰ قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka JIBRIL ITU TELAH MENURUNKANNYA (QUR’AN) KE DALAM HATIMU DENGAN SEIZIN ALLAH, membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.

Jibril pada ayat di atas disebut dengan al-ruuh al-amiin. Di tempat yang lain, Jibril juga disebut dengan ruuh al-qudus.

QS. Al-Nahl[16]: 102
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
Katakanlah: "RUHUL QUDUS (JIBRIL) MENURUNKAN QUR’AN ITU DARI TUHANMU dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Dan pada ayat berikut ini, Jibril disebut dengan syadiid al-quwaa (pemilik kekuatan yang dahsyat) yang dzuu mirrah (pemilik keteguhan dan kecerdasan).

QS. Al-Najm[53]: 3-18
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ
3. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.

إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
4. Ucapannya itu (Qur’an) tiada lain hanyalah wahyu (pesan Tuhan) yang diwahyukan (kepadanya).

عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَىٰ
5. Yang diajarkan kepadanya (Muhammad) OLEH (JIBRIL) YANG SANGAT KUAT.

ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَىٰ
6. YANG MEMPUNYAI AKAL YANG CERDAS; dan (Jibril itu) bermaksud (kepada Muhammad itu untuk mewahyukan).

وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَىٰ
7. Sedang ia berada di ufuk yang tinggi.

ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّىٰ
8. Kemudian ia mendekat, lalu bertambah dekat lagi.

فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَىٰ
9. Maka jadilah ia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).

فَأَوْحَىٰ إِلَىٰ عَبْدِهِ مَا أَوْحَىٰ
10. Lalu ia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa (sebagian ayat Qur’an) yang telah Allah wahyukan.

مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَىٰ
11. HATINYA tidak mendustakan apa yang telah DILIHATNYA (pesan Tuhan tersebut).

أَفَتُمَارُونَهُ عَلَىٰ مَا يَرَىٰ
12. Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa (pesan Tuhan/wahyu/Qur’an) yang telah DILIHATNYA?

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ
13. Dan sesungguhnya Muhammad telah MELIHAT (wahyu/pesan Tuhan) itu pada waktu yang lain.

عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ
14. (Yaitu) di sidrah al-muntaha (nama sebuah pohon di tempat yang paling jauh).

عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ
15. Di dekatnya ada jannah (kebun atau taman) sebagai tempat tinggal.

إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ
16. Ketika sidrah itu diliputi (malam).

مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ
17. PENGLIHATANNYA (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya (pesan Tuhan/wahyu) itu dan tidak (pula) melampauinya.

لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَىٰ
18. Sesungguhnya MUHAMMAD TELAH MELIHAT SEBAGIAN AYAT-AYAT TUHANNYA yang paling besar (Qur’an).

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...