Kamis, 26 Desember 2019

MEMAHAMI WAHYU PUASA


—Saiful Islam—

“Puasa Nabi spesifik yang tidak ada dalam Qur’an, itu murni ijtihad beliau SAW sendiri, setelah terinspirasi oleh ayat-ayat Qur’an. Bukan karena dapat wahyu antah-berantah…”

Bagaimana tentang puasa Ramadan. Apakah ia wahyu? Jawabannya, iya. Puasa Ramadan adalah wahyu. Namun bukan wahyu Hadis. Melainkan wahyu Qur’an. Dengan kata lain, perintah puasa itu langsung wahyu dari Allah, firman Allah. Yakni dari Qur’an. Berikut saya tunjukkan ayatnya.

QS. Al-Baqarah[2]: 183
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman. DIWAJIBKAN ATAS KAMU BERPUASA sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

QS. Al-Baqarah[2]: 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, serta pembeda (antara yang benar dan yang salah). Karena itu, BARANGSIAPA DI ANTARA KAMU MENYAKSIKAN BULAN RAMADAN ITU, MAKA WAJIBLAH IA BERPUASA. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka (wajiblah baginya mengganti puasanya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Bahkan, puasa Ramadan, ini tidak hanya perintahnya yang jelas-jelas disebut di dalam Qur’an. Waktu, teknis, tujuan, pantangan bagi yang berpuasa, manfaat puasa itu sendiri, sampai bagaimana menyikapi puasa ketika keadaan sudah tidak normal, seperti sakit, perjalanan, atau sudah tidak mampu lagi berpuasa misalnya karena usia, itu pun disebut oleh Qur’an. Berikut ini.

QS. Al-Baqarah[2]: 184
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ ۚ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ ۚ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
(Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan, maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang tidak mampu lagi berpuasa, maka wajib membayar fidyah, (yaitu): memberi makan orang miskin miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa, itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

 QS. Al-Baqarah[2]: 187
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu. Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu. Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam. (Tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf di dalam masjid. Itulah larangan Allah. Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

Maka bisa dijawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini: Apa puasa Ramadan itu? Yaitu tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan suami istri dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Ditunjukkan QS.2:187 oleh kalimat: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu.” Dan kalimat: “Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.”

Kapan dimulainya puasa Ramadan? Yaitu sejak mulai masuk bulan Ramadan. Lamanya sebulan penuh. Ditunjukkan QS.2:185 oleh kalimat: “Bulan RamadanBarangsiapa di antara kamu menyaksikan bulan Ramadan itu, maka wajiblah ia berpuasa.” Dan QS.2:184 oleh kalimat: “(Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.”

Lantas dari dua pertanyaan dan jawaban di atas, bisa pula ditentukan pantangan bagi orang yang berpuasa Ramadan. Yaitu tidak boleh makan, tidak boleh minum, tidak boleh berhubungan seksual di siang harinya. Adapun malamnya, meski bulan puasa, maka itu semua boleh. Asalkan hubungan intim tersebut, tidak dilakukan di dalam masjid. “(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf di dalam masjid,” QS.2:187.

Mengapa kita berpuasa Ramadan? Karena pada bulan tersebut adalah awal Allah menurunkan wahyu Qur’an kepada Nabi SAW (QS.2:185), untuk disampaikan kepada kita Kaum Mukminin. Untuk apa berpuasa Ramadan itu? Supaya kita menjadi orang yang bertakwa (QS.2:183).

“Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan, maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain,” QS.2:184. Berkali-kali di Bulan Ramadan, saya bepergian Banyuwangi—Madura. Atau sebaliknya. Dan Surabaya—Banyuwangi. Atau sebaliknya. Baik naik kapal, kereta, atau bus. Dulu saya usahakan untuk tetap berpuasa. Tetapi ketika saya perhatikan berulang-ulang ayat ini, saya memilih tidak berpuasa adalah yang terbaik. Kemudian menggantinya di hari yang lain.

Adapun kalimat: “Dan berpuasa, itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui,” itu tidak berarti bahwa orang yang sakit atau orang yang dalam perjalanan (safar), itu lebih baik berpuasa daripada tidak berpuasa. Penggalan QS.2:184, itu informasi umum. Bahwa berpuasa itu lebih baik daripada tidak berpuasa. Termasuk puasa Senin dan Kamis, Puasa Dawud, dan puasa-puasa lain yang diceritakan dalam Hadis-Hadis sahih.

Ingat, kalau mau berpuasa yang tidak disebutkan oleh Qur’an, maka hanya harus berpuasa yang berdasar Hadis sahih saja. Betul, puasa ini adalah termasuk ibadah mahdhah. Maka tidak boleh berdasar pada Hadis lemah (dhaif). Apalagi Hadis palsu atau Hadis hoax. Semua puasa yang tidak berdasar Qur’an dan Hadis sahih, adalah haram. “Asal dari ibadah, itu batal (haram) sampai ada dalil yang menyuruh,” begitu rumus dari ulama Ushul.

Meski demikian, ketika Nabi melakukan suatu puasa yang tidak disebut dalam Qur’an, misalnya puasa Senin dan Kamis, itu tidak berarti Nabi mendapatkan wahyu lain selain Qur’an. Puasa-puasa Nabi spesifik yang tidak ada dalam Qur’an, itu murni ijtihad beliau SAW sendiri, setelah terinspirasi oleh ayat-ayat Qur’an tentang puasa. Bukan karena dapat wahyu antah-berantah. Nabi memang punya hak prerogatif di sini. Kita dan siapa pun yang selain Nabi, tidak punya hak. Maka, kita hanya boleh meniru (ittibaa’) puasanya Nabi saja.

Yang menarik adalah penyebutan, “Jika kamu mengetahui.” Nah, ternyata Sains (ayat kauniyyah Allah) menjelaskan dengan sangat apik manfaat puasa itu. Baik untuk fisik, maupun psikis kejiwaan. Bertaburan kalau kita mau search di Google. Di antaranya meningkatkan kesehatan jantung, menurunkan berat badan, memperbaiki sensitivitas insulin, mempercepat metabolisme, memperbaiki fungsi otak, memperbaiki pola makan, memperpanjang usia, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan lain-lain.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...