Jumat, 20 Desember 2019

ILUSI TENTANG ALLAH


—Saiful Islam—

“Kalau benar, Nabi SAW bisa tahu hal-hal gaib di luar wahyu Qur’an, atau melebihi informasi Qur’an, pasti akan bertabrakan dengan QS.6:50...”

Di depan saya sudah berjanji akan bercerita tentang contoh tafsir ngawur. Berikut ini pengalaman saya langsung. Sekadar  catatan, ilusi adalah sesuatu yang hanya dalam angan-angan; khayalan; tidak dapat dipercaya; palsu.

OK. Pernah, suatu hari, saya pergi ke pasar. Waktu itu, saya melihat seorang laki-laki yang saya taksir berusia 50-an tahun. Badannya berisi. Tidak terlalu tinggi, juga tidak terlalu pendek. Rambutnya hitam dan tebal, gondrong bagian belakang yang ujungnya sampai pangkal leher. Belah tengah yang poninya di atas alis. Bagian pinggirnya pendek. Masih terlihat kedua telinganya. Kulitnya sawo matang.

Laki-laki itu mengenakan kaos oblong krem. Celana tiga per empat jeans warna biru laut. Sandal selop. Kaca mata hitam ia angkat persis di atas ubun-ubunnya. Sebuah tas canklong yang talinya menjuntai dari pundaknya sebelah kiri. Panjang tas yang terbuat dari kulit berwarna coklat, itu sekitar 30 cm dan lebarnya 13 cm. Gelang Koka melingkar di pergelangan tangan kanannya.

Orang itu menarik perhatian saya. Sebab ternyata, ia mengeluarkan sebuah Qur’an dari tasnya itu. Persisnya Qur’an lengkap dengan terjemahnya. Saya amati terus setiap gerak-geriknya. Dia mondar-mandir mengunjungi satu per satu setiap stand para pedagang.

Tampak beberapa anak muda yang usianya kira-kira 20-an. Sama seperti pengunjung yang lain, para pemuda ini sedang memilih-milih barang yang akan dibelinya. Nah, laki-laki yang membawa Qur’an tadi menghampiri mereka. Setelah basa-basi, ternyata orang itu mendakwahi mereka dengan Qur’an-nya itu.

Perhatian anak-anak muda itu pun menjadi fokus pada ucapan laki-laki itu. Tampkanya mereka mulai saling terlibat dialog. Laki-laki itu membuka Qur’annya. Sambil berbicara, ia menunjuk pada sebuah ayat dalam Qur’an-nya itu. Gaya bicaranya agak cepat dan tegas. Lumayan menggambarkan kualitas logikanya.

Saya semakin penasaran. Cepat-cepat saya menghampirinya. Ikut nimbrung. Dan tentu saja, memperhatikan dan menyimak setiap kalimat yang diucapkannya. Saya tidak memberi komentar apa pun. Saya diam. Ternyata memang ada sesuatu yang menarik dari penjelasan orang itu. Begini kurang lebih isi dakwahnya untuk mendoktrin anak-anak muda tadi:

“Coba ini perhatikan. Allah Maha Kuasa kan?” tanya laki-laki itu kepada anak-anak muda tadi.

“Hmmm, iya,” jawab anak-anak muda itu sambil manggut-manggut. Sebagian ada yang bengong.

“Allah Maha Berkehendak, kan?” tanyanya lagi.

Lagi-lagi anak-anak muda itu mengiyakan.

“Nah, Allah itu Maha Kuasa. Ia Maha Kuasa untuk menjadi kucing. Ia pun Maha Kuasa untuk menjadi tiang listrik, dan lain seterusnya. Jadi, kalau Allah berkehendak, bisa saja Dia menjadi kuncing. Maka, hati-hatilah dengan kucing dan binatang-binatang lainnya. Karena bisa jadi, itu adalah jelmaan Allah,” pungkas laki-laki itu sambil menutup kembali Qur’an-nya. Ia masukkan ke dalam tas. Kemudian pergi.

Saya cuma tersenyum memperhatikan adegan lucu yang seakan-akan logis itu. Hanya geli di dalam hati. Kali ini akan saya tanggapi di sini, mumpung masih membahas seputar wahyu.

Jadi begini. Jika dikatakan bahwa Allah Maha Berkehendak, itu betul. Allah Maha Kuasa, itu memang benar. Tetapi ketika dikatakan bahwa bisa saja Allah berkehendak menjadi kuncing, menjadi tiang listrik, dan ribuan contoh seterusnya misalnya menjadi gunung, menjadi matahari, menjadi api, menjadi air, menjadi tanah, menjadi bintang, menjadi bulan, menjadi pohon, maka itu ngawur.

Memang Allah Maha Berkehdak dan Maha Berkuasa. Tetapi Allah tidak akan berkehendak menjelma menjadi kucing, tiang listrik, dan seterusnya itu. Saya pastikan, Allah tidak akan berkehendak menjelma menjadi kucing, tiang listrik, atau menjadi apa pun. Kenapa saya bisa memastikan bahwa tafsir laki-laki gondrong tadi itu ngawur?

Berbicara tentang Allah, itu berarti kita sedang berbicara tentang metafisika. Sama seperti malaikat, bidadari, surga, neraka, dan lain semisalnya. Berkali-kali saya tegaskan bahwa kalau urusan metafisika (eskatologi), itu informasinya HARUS SEBATAS dari Qur’an saja. Jangankan kita. Wong Nabi Muhammad SAW saja, itu HANYA akan tahu tentang metafisika ini SEBATAS info dari Qur’an saja.

QS. Al-An’am[6]: 50
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
Katakanlah: Aku TIDAK mengatakan kepadamu, BAHWA PERBENDAHARAAN ALLAH ADA PADAKU, DAN TIDAK (PULA) AKU MENGETAHUI YANG GAIB. Dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. AKU TIDAK MENGIKUTI KECUALI APA YANG DIWAHYUKAN KEPADAKU. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"

Senada dengan ayat di atas, bisa dilihat misalnya QS.7:187-188, QS.6:59, QS.10:20; QS.11:31; QS.11:49; dan QS.27:65.

Nah, Allah menjelma jadi kucing, tiang listrik, dan sebagainya, itu tidak ada informasinya dalam Qur’an. Maka pasti Allah tidak akan pernah menjelma menjadi makhluk. Di samping itu, penjelmaan Allah menjadi makhluk, pasti akan bertentangan dengan ayat lain yang menegaskan bahwa Allah tidak tidak seperti apa-apa (QS.42:11), juga tidak seperti siapa-siapa (QS.112:4).

Jadi siapa pun, misalnya yang mengaku dukun, para normal, termasuk laki-laki gondrong tadi, pasti bicaranya ngawur dalam hal-hal gaib (metafisika/eskatologi) kalau tidak ada rujukannya dalam Qur’an, atau MELEBIHI informasi Qur’an. Pasti salahnya dalam sudut pandang non fiksi (ilmiah). Pasti hanya berkhayal belaka. Pasti hanya berimajinasi belaka. Pasti hanya mengikuti hawa nafsu saja.

Begitu juga Hadis-Hadis yang berbicara soal metafisika, yang tidak ada cantolanya dalam Qur’an, atau yang melebihi informasi Qur’an, pasti itu adalah Hadis lemah atau bahkan palsu (Hadis hoax). Kalau benar, Nabi SAW bisa tahu hal-hal gaib di luar wahyu Qur’an, atau melebihi informasi Qur’an, pasti akan bertabrakan dengan QS.6:50 dan lain-lain di atas. Maka pasti mustahilnya.

Menghayal-hayal tentang Allah (berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan rujukan yang jelas), dan soal metafisika lainnya, itu tegas dikritik oleh Qur’an. Dimarahi Allah. Misalnya QS.7:33, QS.16:116, QS.6:21, QS.7:28, QS.7:37, QS.10:17, QS.29:68, QS.2:169, QS.49:1, QS.10:68-69, QS.6:140, QS.6:93, dan QS.6:144.

QS. Al-A’raf[7]: 33
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji—baik yang nampak ataupun yang tersembunyi—dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu, DAN (MENGHARAMKAN) MENGADA-ADA (NGARANG-NGARANG) TERHADAP ALLAH APA YANG TIDAK KAMU KETAHUI."

QS. Yunus[10]: 17
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ
MAKA SIAPAKAH YANG LEBIH ZALIM DARIPADA ORANG YANG MENGADA-ADA KEDUSTAAN TERHADAP ALLAH ATAU MENDUSTAKAN AYAT-AYAT-NYA? Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.

QS. Al-Baqarah[2]: 169
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya SETAN itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, DAN MENGATAKAN TERHADAP ALLAH APA YANG TIDAK KAMU KETAHUI.

QS. Al-An’am[6]: 144
وَمِنَ الْإِبِلِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْبَقَرِ اثْنَيْنِ ۗ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ ۖ أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ وَصَّاكُمُ اللَّهُ بِهَٰذَا ۚ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya? Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang MENGARANG-NGARANG DUSTA TERHADAP ALLAH UNTUK MENYESATKAN MANUSIA TANPA PENGETAHUAN?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...