—Saiful Islam—
“Kalau benar, Nabi SAW bisa tahu
hal-hal gaib di luar wahyu Qur’an, atau melebihi informasi Qur’an, pasti akan
bertabrakan dengan QS.6:50...”
Di depan saya sudah berjanji akan
bercerita tentang contoh tafsir ngawur. Berikut ini pengalaman saya langsung.
Sekadar catatan, ilusi adalah sesuatu
yang hanya dalam angan-angan; khayalan; tidak dapat dipercaya; palsu.
OK. Pernah, suatu hari, saya pergi
ke pasar. Waktu itu, saya melihat seorang laki-laki yang saya taksir berusia
50-an tahun. Badannya berisi. Tidak terlalu tinggi, juga tidak terlalu pendek. Rambutnya
hitam dan tebal, gondrong bagian belakang yang ujungnya sampai pangkal leher. Belah
tengah yang poninya di atas alis. Bagian pinggirnya pendek. Masih terlihat kedua
telinganya. Kulitnya sawo matang.
Laki-laki itu mengenakan kaos
oblong krem. Celana tiga per empat jeans warna biru laut. Sandal selop. Kaca mata
hitam ia angkat persis di atas ubun-ubunnya. Sebuah tas canklong yang talinya
menjuntai dari pundaknya sebelah kiri. Panjang tas yang terbuat dari kulit
berwarna coklat, itu sekitar 30 cm dan lebarnya 13 cm. Gelang Koka melingkar di
pergelangan tangan kanannya.
Orang itu menarik perhatian saya. Sebab
ternyata, ia mengeluarkan sebuah Qur’an dari tasnya itu. Persisnya Qur’an
lengkap dengan terjemahnya. Saya amati terus setiap gerak-geriknya. Dia mondar-mandir
mengunjungi satu per satu setiap stand para pedagang.
Tampak beberapa anak muda yang
usianya kira-kira 20-an. Sama seperti pengunjung yang lain, para pemuda ini
sedang memilih-milih barang yang akan dibelinya. Nah, laki-laki yang membawa
Qur’an tadi menghampiri mereka. Setelah basa-basi, ternyata orang itu
mendakwahi mereka dengan Qur’an-nya itu.
Perhatian anak-anak muda itu pun
menjadi fokus pada ucapan laki-laki itu. Tampkanya mereka mulai saling terlibat
dialog. Laki-laki itu membuka Qur’annya. Sambil berbicara, ia menunjuk pada
sebuah ayat dalam Qur’an-nya itu. Gaya bicaranya agak cepat dan tegas. Lumayan
menggambarkan kualitas logikanya.
Saya semakin penasaran. Cepat-cepat
saya menghampirinya. Ikut nimbrung. Dan tentu saja, memperhatikan dan menyimak
setiap kalimat yang diucapkannya. Saya tidak memberi komentar apa pun. Saya diam.
Ternyata memang ada sesuatu yang menarik dari penjelasan orang itu. Begini
kurang lebih isi dakwahnya untuk mendoktrin anak-anak muda tadi:
“Coba ini perhatikan. Allah Maha
Kuasa kan?” tanya laki-laki itu kepada anak-anak muda tadi.
“Hmmm, iya,” jawab anak-anak muda
itu sambil manggut-manggut. Sebagian ada yang bengong.
“Allah Maha Berkehendak, kan?”
tanyanya lagi.
Lagi-lagi anak-anak muda itu
mengiyakan.
“Nah, Allah itu Maha Kuasa. Ia Maha
Kuasa untuk menjadi kucing. Ia pun Maha Kuasa untuk menjadi tiang listrik, dan
lain seterusnya. Jadi, kalau Allah berkehendak, bisa saja Dia menjadi kuncing. Maka,
hati-hatilah dengan kucing dan binatang-binatang lainnya. Karena bisa jadi, itu
adalah jelmaan Allah,” pungkas laki-laki itu sambil menutup kembali Qur’an-nya.
Ia masukkan ke dalam tas. Kemudian pergi.
Saya cuma tersenyum memperhatikan
adegan lucu yang seakan-akan logis itu. Hanya geli di dalam hati. Kali ini akan
saya tanggapi di sini, mumpung masih membahas seputar wahyu.
Jadi begini. Jika dikatakan bahwa
Allah Maha Berkehendak, itu betul. Allah Maha Kuasa, itu memang benar. Tetapi ketika
dikatakan bahwa bisa saja Allah berkehendak menjadi kuncing, menjadi tiang
listrik, dan ribuan contoh seterusnya misalnya menjadi gunung, menjadi
matahari, menjadi api, menjadi air, menjadi tanah, menjadi bintang, menjadi
bulan, menjadi pohon, maka itu ngawur.
Memang Allah Maha Berkehdak dan
Maha Berkuasa. Tetapi Allah tidak akan berkehendak menjelma menjadi kucing,
tiang listrik, dan seterusnya itu. Saya pastikan, Allah tidak akan berkehendak
menjelma menjadi kucing, tiang listrik, atau menjadi apa pun. Kenapa saya bisa
memastikan bahwa tafsir laki-laki gondrong tadi itu ngawur?
Berbicara tentang Allah, itu
berarti kita sedang berbicara tentang metafisika. Sama seperti malaikat, bidadari,
surga, neraka, dan lain semisalnya. Berkali-kali saya tegaskan bahwa kalau
urusan metafisika (eskatologi), itu informasinya HARUS SEBATAS dari Qur’an
saja. Jangankan kita. Wong Nabi Muhammad SAW saja, itu HANYA akan tahu
tentang metafisika ini SEBATAS info dari Qur’an saja.
QS. Al-An’am[6]: 50
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ
عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي
مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ
ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ
ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
Katakanlah: Aku TIDAK mengatakan
kepadamu, BAHWA PERBENDAHARAAN ALLAH ADA PADAKU, DAN TIDAK (PULA) AKU
MENGETAHUI YANG GAIB. Dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku
seorang malaikat. AKU TIDAK MENGIKUTI KECUALI APA YANG DIWAHYUKAN KEPADAKU.
Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka
Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"
Senada dengan ayat di atas, bisa
dilihat misalnya QS.7:187-188, QS.6:59, QS.10:20; QS.11:31;
QS.11:49; dan QS.27:65.
Nah, Allah menjelma jadi kucing,
tiang listrik, dan sebagainya, itu tidak ada informasinya dalam Qur’an. Maka
pasti Allah tidak akan pernah menjelma menjadi makhluk. Di samping itu,
penjelmaan Allah menjadi makhluk, pasti akan bertentangan dengan ayat lain yang
menegaskan bahwa Allah tidak tidak seperti apa-apa (QS.42:11), juga tidak
seperti siapa-siapa (QS.112:4).
Jadi siapa pun, misalnya yang
mengaku dukun, para normal, termasuk laki-laki gondrong tadi, pasti bicaranya ngawur
dalam hal-hal gaib (metafisika/eskatologi) kalau tidak ada rujukannya dalam Qur’an,
atau MELEBIHI informasi Qur’an. Pasti salahnya dalam sudut pandang non fiksi
(ilmiah). Pasti hanya berkhayal belaka. Pasti hanya berimajinasi belaka. Pasti hanya
mengikuti hawa nafsu saja.
Begitu juga Hadis-Hadis yang
berbicara soal metafisika, yang tidak ada cantolanya dalam Qur’an, atau yang
melebihi informasi Qur’an, pasti itu adalah Hadis lemah atau bahkan palsu (Hadis
hoax). Kalau benar, Nabi SAW bisa tahu hal-hal gaib di luar wahyu Qur’an,
atau melebihi informasi Qur’an, pasti akan bertabrakan dengan QS.6:50 dan
lain-lain di atas. Maka pasti mustahilnya.
Menghayal-hayal tentang Allah
(berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan rujukan yang jelas), dan soal
metafisika lainnya, itu tegas dikritik oleh Qur’an. Dimarahi Allah. Misalnya QS.7:33,
QS.16:116, QS.6:21, QS.7:28, QS.7:37, QS.10:17, QS.29:68, QS.2:169, QS.49:1,
QS.10:68-69, QS.6:140, QS.6:93, dan QS.6:144.
QS. Al-A’raf[7]: 33
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ
رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ
بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ
سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan
perbuatan yang keji—baik yang nampak ataupun yang tersembunyi—dan perbuatan
dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan)
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk
itu, DAN (MENGHARAMKAN) MENGADA-ADA (NGARANG-NGARANG) TERHADAP ALLAH APA YANG
TIDAK KAMU KETAHUI."
QS. Yunus[10]: 17
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ
عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ
MAKA SIAPAKAH YANG LEBIH ZALIM DARIPADA
ORANG YANG MENGADA-ADA KEDUSTAAN TERHADAP ALLAH ATAU MENDUSTAKAN AYAT-AYAT-NYA?
Sesungguhnya, tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.
QS. Al-Baqarah[2]: 169
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ
بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya SETAN itu hanya
menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, DAN MENGATAKAN TERHADAP ALLAH APA YANG
TIDAK KAMU KETAHUI.
QS. Al-An’am[6]: 144
وَمِنَ الْإِبِلِ اثْنَيْنِ
وَمِنَ الْبَقَرِ اثْنَيْنِ ۗ قُلْ آلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا
اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ ۖ أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ وَصَّاكُمُ
اللَّهُ بِهَٰذَا ۚ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ
النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Dan sepasang dari unta dan sepasang
dari lembu. Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah
dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya? Apakah kamu
menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih
zalim daripada orang-orang yang MENGARANG-NGARANG DUSTA TERHADAP ALLAH UNTUK
MENYESATKAN MANUSIA TANPA PENGETAHUAN?" Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar