—Saiful Islam—
“Orang yang mengaku bisa melihat
Jin, apalagi sampai bersekutu dengan Jin, orang tersebut adalah gila…”
Awas! Meyakini sesuatu yang
sebenarnya tidak ada, itu termasuk gangguan jiwa. Jika sudah semakin akut, bisa
jadi akan membuat penderitanya, (maaf) gila. Ya, begitu memang bahasa awamnya. Agaknya
inilah sebabnya, kenapa ada orang yang rajin beribadah mahdhah, namun
perilakunya ‘aneh’. Bisa jadi, ia memang mengerti soal ilmu teknis shalat (fikih)
misalnya, namun tidak mengerti tentang akidah (keyakinan metafisika). Sehingga
keyakinannya itu, sebenarnya hanyalah imajinasinya sendiri.
Paling tidak ada delapan gangguan
jiwa yang umum terjadi. Yaitu gangguan kecemasan, gangguan kepribadian,
gangguan psikotik, gangguan suasana hati, gangguan makan, gangguan pengendalian
impuls dan kecanduan, gangguan obsesif kompulsif, dan gangguan stres pasca
trauma. Jadi sebenarnya gangguan jiwa itu cukup banyak. Walaupun orang awam
sering meringkasnya dengan istilah ‘gila’.
Sebelumnya, saya sudah katakan
bahwa manusia itu otaknya. Kalau otak ini rusak, maka seakan-akan manusia ini tak
ada artinya lagi. Nah, jiwa itu adanya ya di otak. Jadi ibarat laptop, badan
manusia adalah hardware-nya. Semisal keyboard-nya, layarnya, RAM-nya,
ROM-nya, dan seterusnya. Jiwa manusia adalah aplikasinya. Seperti Office-nya,
Google Chrome-nya, KMP Player-nya, dan lain seterusnya. Sedangkan
ruh manusia, adalah listriknya. Badan kasar. Badan halus. Dan ruh.
Jadi, syair lagu ini sudah betul. “Bangunlah
jiwanya. Bangunlah badannya. Untuk Indonesia raya…” Tidak cukup kita merawat
badan kita saja. Pun tak cukup kita peduli hanya pada jiwa kita saja. Harus dua-duanya supaya
menjadi al-insan al-kamil. Ya menjaga badannya. Ya menjaga jiwanya. Supaya sehat
dan kuat ‘jasmani rohani’. Kata Nabi, “Mukmin yang kuat, itu lebih baik dan
lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah.”
Nah, kali ini kita akan
mengelaborasi terkait keyakinan yang sebenarnya tidak ada. Termasuk dalam
gangguan jiwa psikotik. Atau gangguan psikotik. Yaitu, gangguan jiwa parah yang
menyebabkan munculnya pemikiran dan persepsi yang tidak normal. Cir-ciri dari
gangguan psikotik ini, adalah melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang
tidak ada. Disebut halusinasi. Dan juga memercayai hal-hal yang sebenarnya
tidak terjadi. Namanya delusi.
Termasuk persepsi atau munculnya
pemikiran yang tidak nomal itu adalah penyakit skizofrenia. Yaitu gangguan
mental yang terjadi dalam rentang waktu yang panjang. Gangguan ini menyebabkan
orang berhalusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Ini adalah
gejala psikosis. Yakni kondisi di mana orang kesulitan membedakan antara
kenyataan dengan pikirannya atau imajinasinya sendiri.
Halusinasi adalah gejala yang
ditandai dengan adanya sensasi yang diproses oleh otak dan bisa mempengaruhi
kerja indra seseorang. Sedangkan delusi merupakan gangguan mental di mana
penderitanya tidak mampu membedakan antara kenyataan dan imajinasi. Sehingga ia
meyakini dan bersikap sesuai dengan hal yang ia pikirkan.
Penyebab skizofrenia ini adalah
kelainan atau gangguan kimiawi dalam otak. Hal tersebut menyebabkan gangguan
pada fungsi sistemik dan impuls saraf. Sehingga fungsi otak terganggu dalam
mengolah informasi dalam otak. Gejala orang skizofrenia antara lain bicaranya
kacau, lebih senang menyendiri dan takut dengan orang banyak, dan sekali lagi
berhalusinasi dan berdelusi.
Diperkirakan lebih dari 21 juta
orang di seluruh dunia menderita skizofrenia ini. Itu berdasarkan laporan WHO. Orang
yang menderita skizofrenia ini gampang pendek umur. Alias beresiko 2 -3 kali lebih
tinggi mati muda. Malah, setengah penderita skizofrenia diketahui juga
menderita gangguan mental yang lain. Seperti depresi, gangguan kecemasan, dan penyalahgunaan
narkoba atau NAPZA.
Semakin mengerikan. Bahwa tahun
2013 saja, diperkirakan 1 – 2 orang tiap 1000 penduduk Indonesia mengalami
gangguan jiwa berat. Termasuk skizofrenia ini. Serta hampir 15 persen penderitanya
mengalami pemasungan. Itu menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Kementerian Kesehatan RI.
Jadi, dukun atau siapa pun yang
mengaku bisa melihat Jin, atau apalagi bersekutu dengan Jin, orang tersebut
adalah gila. Dia sedang berhalusinasi dan berdelusi. Akan bertabrakan dengan
ayat yang akan saya kutip di bawah ini. Kalau kita latah, ikut-ikutan
mempercayai sampai meyakininya, ya nasib kita akan sama: berhalusinasi dan
berdelusi, otak rusak, dan akhirnya gila! Na’uudzubillaah.
Kalau nggak gitu, siapa pun yang
mengaku bisa melihat Jin atau setan atau iblis, agaknya dia punya tujuan
kepentingan egoistis: popularitas dan ekonomi. Mungkin supaya dipuji dan dianggap
sakti oleh orang lain yang awam. Atau supaya dibayar oleh para orang awam itu.
Orang awam ‘nggak pintar’ dibuat semakin dalam ‘nggak pintarnya’. Orang awam
miskin ‘diakali’ semakin ‘njelu’ kemiskinannya. Nastaghfirulloooh.
QS. Al-A’raf[7]: 27
يَا بَنِي آدَمَ لَا
يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ
يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ
حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
Hai anak Adam. Janganlah sekali-kali
kamu dapat ditipu oleh setan. Sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu
dari surga. Ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan
kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu
dan suatu tempat yang KAMU TIDAK BISA MELIHAT MEREKA. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan seitan-setan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.
Bahkan Nabi pun, itu tidak tahu
hal-hal gaib. Kecuali sebatas yang Allah infokan kepada beliau. Ya lewat Al Qur’an
ini. Beliau memang ‘hanyalah’ manusia biasa yang memberi peringatan. Berikut ayatnya.
QS. Al-A’raf[7]: 188
قُلْ لَا أَمْلِكُ
لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ
الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا
نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah, "Aku tidak
berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan
kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib,
tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya. Dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira
bagi orang-orang yang beriman".
Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung,
insya Allah…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar