Senin, 15 Juli 2019

DELUSI TENTANG JIN


—Saiful Islam—

“Orang yang mengaku bisa melihat Jin, apalagi sampai bersekutu dengan Jin, orang tersebut adalah gila…”

Awas! Meyakini sesuatu yang sebenarnya tidak ada, itu termasuk gangguan jiwa. Jika sudah semakin akut, bisa jadi akan membuat penderitanya, (maaf) gila. Ya, begitu memang bahasa awamnya. Agaknya inilah sebabnya, kenapa ada orang yang rajin beribadah mahdhah, namun perilakunya ‘aneh’. Bisa jadi, ia memang mengerti soal ilmu teknis shalat (fikih) misalnya, namun tidak mengerti tentang akidah (keyakinan metafisika). Sehingga keyakinannya itu, sebenarnya hanyalah imajinasinya sendiri.

Paling tidak ada delapan gangguan jiwa yang umum terjadi. Yaitu gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan psikotik, gangguan suasana hati, gangguan makan, gangguan pengendalian impuls dan kecanduan, gangguan obsesif kompulsif, dan gangguan stres pasca trauma. Jadi sebenarnya gangguan jiwa itu cukup banyak. Walaupun orang awam sering meringkasnya dengan istilah ‘gila’.

Sebelumnya, saya sudah katakan bahwa manusia itu otaknya. Kalau otak ini rusak, maka seakan-akan manusia ini tak ada artinya lagi. Nah, jiwa itu adanya ya di otak. Jadi ibarat laptop, badan manusia adalah hardware-nya. Semisal keyboard-nya, layarnya, RAM-nya, ROM-nya, dan seterusnya. Jiwa manusia adalah aplikasinya. Seperti Office-nya, Google Chrome-nya, KMP Player-nya, dan lain seterusnya. Sedangkan ruh manusia, adalah listriknya. Badan kasar. Badan halus. Dan ruh.

Jadi, syair lagu ini sudah betul. “Bangunlah jiwanya. Bangunlah badannya. Untuk Indonesia raya…” Tidak cukup kita merawat badan kita saja. Pun tak cukup kita peduli hanya  pada jiwa kita saja. Harus dua-duanya supaya menjadi al-insan al-kamil. Ya menjaga badannya. Ya menjaga jiwanya. Supaya sehat dan kuat ‘jasmani rohani’. Kata Nabi, “Mukmin yang kuat, itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah.”

Nah, kali ini kita akan mengelaborasi terkait keyakinan yang sebenarnya tidak ada. Termasuk dalam gangguan jiwa psikotik. Atau gangguan psikotik. Yaitu, gangguan jiwa parah yang menyebabkan munculnya pemikiran dan persepsi yang tidak normal. Cir-ciri dari gangguan psikotik ini, adalah melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang tidak ada. Disebut halusinasi. Dan juga memercayai hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi. Namanya delusi.

Termasuk persepsi atau munculnya pemikiran yang tidak nomal itu adalah penyakit skizofrenia. Yaitu gangguan mental yang terjadi dalam rentang waktu yang panjang. Gangguan ini menyebabkan orang berhalusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Ini adalah gejala psikosis. Yakni kondisi di mana orang kesulitan membedakan antara kenyataan dengan pikirannya atau imajinasinya sendiri.

Halusinasi adalah gejala yang ditandai dengan adanya sensasi yang diproses oleh otak dan bisa mempengaruhi kerja indra seseorang. Sedangkan delusi merupakan gangguan mental di mana penderitanya tidak mampu membedakan antara kenyataan dan imajinasi. Sehingga ia meyakini dan bersikap sesuai dengan hal yang ia pikirkan.

Penyebab skizofrenia ini adalah kelainan atau gangguan kimiawi dalam otak. Hal tersebut menyebabkan gangguan pada fungsi sistemik dan impuls saraf. Sehingga fungsi otak terganggu dalam mengolah informasi dalam otak. Gejala orang skizofrenia antara lain bicaranya kacau, lebih senang menyendiri dan takut dengan orang banyak, dan sekali lagi berhalusinasi dan berdelusi.

Diperkirakan lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia ini. Itu berdasarkan laporan WHO. Orang yang menderita skizofrenia ini gampang pendek umur. Alias beresiko 2 -3 kali lebih tinggi mati muda. Malah, setengah penderita skizofrenia diketahui juga menderita gangguan mental yang lain. Seperti depresi, gangguan kecemasan, dan penyalahgunaan narkoba atau NAPZA.

Semakin mengerikan. Bahwa tahun 2013 saja, diperkirakan 1 – 2 orang tiap 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat. Termasuk skizofrenia ini. Serta hampir 15 persen penderitanya mengalami pemasungan. Itu menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI.

Jadi, dukun atau siapa pun yang mengaku bisa melihat Jin, atau apalagi bersekutu dengan Jin, orang tersebut adalah gila. Dia sedang berhalusinasi dan berdelusi. Akan bertabrakan dengan ayat yang akan saya kutip di bawah ini. Kalau kita latah, ikut-ikutan mempercayai sampai meyakininya, ya nasib kita akan sama: berhalusinasi dan berdelusi, otak rusak, dan akhirnya gila! Na’uudzubillaah.

Kalau nggak gitu, siapa pun yang mengaku bisa melihat Jin atau setan atau iblis, agaknya dia punya tujuan kepentingan egoistis: popularitas dan ekonomi. Mungkin supaya dipuji dan dianggap sakti oleh orang lain yang awam. Atau supaya dibayar oleh para orang awam itu. Orang awam ‘nggak pintar’ dibuat semakin dalam ‘nggak pintarnya’. Orang awam miskin ‘diakali’ semakin ‘njelu’ kemiskinannya. Nastaghfirulloooh.

QS. Al-A’raf[7]: 27
يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
Hai anak Adam. Janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan. Sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga. Ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang KAMU TIDAK BISA MELIHAT MEREKA. Sesungguhnya Kami telah menjadikan seitan-setan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.

Bahkan Nabi pun, itu tidak tahu hal-hal gaib. Kecuali sebatas yang Allah infokan kepada beliau. Ya lewat Al Qur’an ini. Beliau memang ‘hanyalah’ manusia biasa yang memberi peringatan. Berikut ayatnya.

QS. Al-A’raf[7]: 188
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah, "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya. Dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...