Kamis, 11 Juli 2019

KESADARAN ORANG KESURUPAN


—Saiful Islam—

“Kuda lumping (jaranan), reog, praktik sufistik tanpa dasar, semua itu caper belaka. Cari perhatian…”

Sebelum membahas kesadaran itu, asyik rasanya menyimak pengalaman saya ini. Masih di Tangkong, Banyuwangi. Secara budaya, alhamdulillah saya merasakan hidup di lingkungan yang sangat tinggi mengapresiasi seni. Kawan-kawan saya, banyak yang pintar bermain gitar. Ada juga yang mahir menggambar, menyanyi, mencukur rambut, menabuh peralatan musik tradisional patrol, dan lain-lain.

Hampir setiap hari saya mendengar lagu-lagu khas daerah Banyuwangi. Iramanya kalem. Seperti musik klasik. Enak sekali. Sampai sekarang, kalau saya kangen dengan kampung halaman itu, di Surabaya saya masih memutar lagu-lagu ini. Kesenian yang lain adalah kuda lumping. “Jaranan,” mereka bilang. Rumah saya pernah dipakai tempat rias make up-nya kesenian yang katanya kesurupan Jin ini. Waktu itu pakde saya mem-booking kesenian syarat mistis ini, sebagai syukuran karena putrinya menikah dan saya baru saja sunat.

Kira-kira waktu itu umur saya 14 sampai 15 tahun. Dengan beberapa remaja yang kurang lebih sebaya, kami masuk ke sebuah rumah kosong. Kalau tidak salah, remang-remang maghrib menjelang isya’. Kami duduk melingkar. Semacam halaqah. Kemudian melakukan semacam meditasi. Duduk bersila. Mulai mengambil nafas panjang-panjang. Memejamkan mata. Dan tiba-tiba, ada salah seorang yang ‘dadi’. Alias berhasil memasukkan Jin ke dalam dirinya. Ia pun bertingkah layaknya geraknya singa atau macan.

Kami menyebut orang yang bisa memasukkan Jin dalam dirinya itu, sebagai orang yang punya ‘perewangan’. Semacam bodyguard gaib. Keren. Nah, karena dianggap keren itulah, ada lagi yang bisa melakukan itu. Saya? Tentu saja, saya juga ingin keren. Saya juga ingin bisa memasukkan Jin itu dalam diri saya. Saya pun mencoba melakukan hal yang sama. Hasilnya? Saya tidak jadi-jadi. Hehehe. Kayaknya Jinnya takut dengan saya. Haha.

Bisa dipastikan bahwa mereka itu caper semua. Cari perhatian. Pokoknya kesenian-kesenian yang berlagak magis, itu caper semua. Seperti kuda lumping atau jaranan itu, reog, dan lain seterusnya. Termasuk praktek-praktek sufistik yang tidak ada dasarnya. Ya, cari perhatian semua. Mulai kostum dukun hitam-hitam bervariasi loreng-loreng ala Madura, badan kekar rambut gondong, menyan, ayam hitam atau putih, dan lain-lain itu. Mereka memang harus cari perhatian. Supaya terkesan sakti. Supaya tampak hebat. Supaya ditonton.

Meskipun kesenian ini amat sangat dekat dengan kesyirikan. Dari kaca mata teologi Islam. Ya karena magic-magic-nya yang dibuat-buat itu. Juga membuat sesat pikir. Mestinya supaya tetap indah, seni dan budaya ini harus tetap apa adanya sebagai seni. Tidak usah dan tidak boleh dikait-kaitkan dengan magis, mistik, klenik dan yang semisalnya. Sudahlah. Tidak ada kekuatan selain Allah. Pun tidak ada yang tahu kegaiban kecuali rasul-rasul-Nya, sebatas informasi dari-Nya.

Kembali pada pertanyaan di atas. Kesadaran, itu terkait dengan gelombang otak. Alat untuk melihat gelombang ini namanya Electroencephalography. Disingkat EEG. Nah, dari sadar penuh sampai tidur pulas, gelombang otak manusia itu digambarkan sebagai berikut.

Pertama, gelombang Gamma. Yaitu dari yang paling sadar. Frekuensinya berada di atas 30 Hz. Gelombang ini muncul ketika seseorang sangat aktif.

Kedua, gelombang Beta. Ada di frekuensi 13 – 30 Hz. Seseorang dalam keadaan sadar sepenuhnya. Gelombang ini sering muncul. Yaitu ketika seseorang melakukan aktivitas sehari-hari. Di sini kewaspadaan dan logika berpikirnya masih baik. Begitu juga konsentrasinya. Namun gelombang Beta yang berlebihan, bisa meningkatkan kecemasan seseorang. Akibatnya, ia bakal tidak tenang dan stres. Sampai menjadi paranoid.

Ketiga, gelombang Alpha. Dikisaran 8 – 13 Hz. Gelombang ini biasanya muncul ketika seseorang dalam keadaan rileks  maupun saat melamun. Orang dengan gelombang Alpha yang tinggi, biasanya memiliki tingkat konsentrasi yang baik. Emosinya pun stabil. Tenang. Selain itu, ia bisa menghasilkan ide-ide cemerlang. Juga mampu menyerap informasi lebih baik saat belajar. Efeknya bakal memberikan hasil kerja yang lebih baik.

Keempat, gelombang Theta. Berada di frekuensi 4 – 8 Hz. Gelombang ini muncul pada saat seseorang sangat mengantuk. Hampir tidur. Bisa juga saat meditasi. Atau saat-saat ketika seseorang akan bangun dari tidurnya. Para pemusik ataupun seniman, biasanya mempunyai gelombang Theta yang baik. Sehingga mendapatkan inspirasi dan berpikir dengan kreatif. Juga bisa memecahkan masalah dengan baik. Meskipun, gelombang Theta yang terlalu tinggi, bisa membuat orang sulit berkonsentrasi.

Terakhir, adalah gelombang Delta. Frekuensinya paling rendah. Yaitu di bawah 4 Hz. Gelombang ini muncul ketika seseorang tidur pulas. Tidak ada informasi dari luar yang bisa masuk, ketika seseorang tidur pulas. Gelombang ini sering diasosiasikan sebagai pemulihan diri. Atau produksi hormon-hormon yang mengurangi tingkat stres, memperlambat penuaan, serta peningkatan daya tahan tubuh.

Maka, kalau melihat tingkat kesadaran berdasar gelombang otak ini, pemain seni jaranan atau reog dan semisalnya itu, sadar penuh. Baik sebelum maupun ketika beratraksi. Gelombang otaknya berada antara Gamma – Beta. Yaitu berfrekuensi 13 Hz ke atas. Mata mereka terbuka, dan beraktivitas. Loh kok bisa kesurupan? Ya itu karena imajinasinya terlalu liar. Diliputi keyakinan yang salah. Sekaligus, otak kiri yang logis – rasional itu tidak pernah dilatih. Tidak pernah digunakan.

QS. Al-Dzariyat[51]: 20 -21
وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) PADA DIRIMU SENDIRI. Apakah kamu tidak MEMPERHATIKAN?

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...