—Saiful Islam—
“Ini
juga alasan kenapa perempuan lebih gampang kesurupan daripada laki-laki...”
Untuk menangani orang kesurupan,
medis biasanya memberi suntik atau obat penenang. Semacam obat tidur. Saya tidak
sepenuhnya setuju solusi itu. Sebab, kesurupan ini bukan masalah fisik. Tapi
masalah psikis. Soal jiwa. Ibarat smartphone, kesurupan itu bukan
masalah hardware-nya. Tapi software-nya. Maka, bisa mengganti
aplikasinya atau instal ulang sekalian. Jadi, suntik maupun obat itu, belum
menyentuh akar masalahnya.
Kesurupan
ini seperti kondisi terhipnotis. Yaitu amygdala (bagian otak yang menyimpan
memori emosional) membajak sistem limbik otak. Sehingga hippocampus tidak bekerja
dengan baik. Orang kesurupan ini ditandai dengan mulai malasnya bagian rasional
otak tersebut untuk bekerja. Akibatnya, filter logikanya lumpuh.
Jadi,
orang kesurupan itu ciri khasnya adalah otak rasionalnya tidak bekerja. Otak kirinya
terus melemah. Bagian otak yang tugasnya berpikir logis, tugas bahasa,
matematika, Sains, kritis, dan analisis, sedang menganggur. Tidak aktif. Alias pasif.
Sebaliknya, yang semakin aktif adalah otak kanannya. Otak emosional. Otak imajinatif.
Otak yang sarat dengan keyakinan-keyakinan.
Ini juga
alasan kenapa perempuan lebih gampang kesurupan daripada laki-laki. Karena biasanya
perempuan lebih emosional. Sedangkan laki-laki lebih rasional. Perempuan umumnya
lebih mudah terpengaruh.
Tentu
saja, berbahaya jika otak imajinatif itu dibiarkan liar. Berkelana berfantasi
bebas sebebas-bebasnya. Nah, otak kiri itu adalah ibarat tali kekangnya. Seperti
keyakinan bahwa kesurupan itu sendiri adalah kemasukan Jin. Atau kerasukan
setan. Atau dalam kendali Iblis. Tentu saja ini keyakinan yang salah. Kok bisa
menyimpulkan ini keyakinan salah? Otak kiri kita lah yang menyimpulkan itu.
Otak logis. Otak rasional setelah memahami ilmunya.
Maka,
kayakinan harus benar. Jangan gampang meyakini sesuatu kalau itu sumbernya
tidak jelas. Apalagi soal agama. Kita harus kritis dan skeptis. Jangan main-main
soal keyakinan. Kita mesti mulai terbiasa mengecek terlebih dahulu. Dari sumber-sumber
yang terpercaya. Paling tidak, kita bisa search di Google.
Dan aktifkan
otak kiri. Atau perkuat otak kiri. Pikiran memang bersifat elastis. Seperti otot.
Kalau sering dilatih misalnya angkat barbel atau nge-gym, otot-otot akan
semakin besar dan kuat. Begitu juga otak. Semakin kita mengaktifkan otak kiri,
lambat laun otak ini akan semakin kuat. Misalnya dengan banyak membaca,
menulis, diskusi, mengajar, dan lain-lain yang intinya kerja bahasa. Jangan
biasakan otak kiri menganggur. Bacalah! Literasi!! Ganti keyakinan mistis dengan Sains!!!
QS.
Al-‘Alaq[96]: 1–5
“BACALAH
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari al-‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran BACA TULIS. Dia mengajar manusia apa yang tidak
diketahuinya.
QS.
Al-Anfal[8]: 24
“Hai
orang-orang yang beriman. SAMBUTLAH seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada suatu yang MENGHIDUPKANMU…”
Sudah
kita ketahui, kesurupan itu dipengaruhi beberapa faktor. Seperti sosial,
spiritual, psikologis, dan lain-lain. Penyebab utama kesurupan ini adalah stres
sosial dan mental yang ditekan ke alam bawah sadar sehingga mempengaruhi
kondisi emosional. Tekanan sosial dan mental itu, misalnya seperti
pengangguran, upah kecil, ketidakadilan, banjir, tsunami, gizi buruk,
kesenjangan yang sangat kontras, frustasi dan kegagalan yang disikapi secara
salah dan lain semisalnya.
Nah sebenarnya,
penyebab kesurupan itu kompleks. Tidak sesederhana. Setiap orang punya
masalahnya masing-masing. Kalau ada saudara kita yang sering kesurupan, mungkin
masalahnya tak kungjung mendapatkan jodoh. Maka tugas kita membantu mencarikan
jodoh. Mungkin menganggur sehingga minder akut di masyarakat. Maka tugas kita
membantu mencarikan pekerjaan. Mungkin masalahnya dililit hutang. Maka tugas
kita membantu melunasinya. Mungkin ia punya keinginan-keinginan. Tugas kita
menanyakan keinginan-keinginan itu dan membantu mewujudkannya. Dan lain-lain.
Jadi,
solusinya bisa mengubah keadaan fisik seperti di atas. Bisa juga dengan
mengubah pola pikir. Mengubah mindset. Alias cara menyikapi masalah. Misalnya
dengan pemahaman ikhlas yang benar. Syukur yang benar. Sabar yang benar. Untuk ini,
selanjutnya bisa baca buku pertama saya Berpikir, Bersikap dan Beraksi ala
Pemenang.
Maka
solusi itu, memang tidak bisa bim salabim. Tidak bisa instan. Harus
terus berproses. Membiasa menjadi budaya hidup sehat. Sehat badannya. Sehat jiwanya.
QS. Thaha[20]: 124
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ
ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
“Dan
siapa yang berpaling dari peringatan-Ku (Al Qur’an), maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit. Dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta.”
Begitu
dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar