Selasa, 02 Juli 2019

MUSA MENERIMA FIRMAN


—Saiful Islam—

“Ingat. Tidak ada kata ‘menjadi’, menjadi ular. Juga tidak ada kata mukjizat…”

Berikut ini adalah gambaran awal-awal Musa AS menerima wahyu dari Allah. Dikisahkan dalam QS. Thaha[20] ayat 9 sampai 36. Supaya tidak terlalu makan tempat, saya hanya akan mencantumkan redaksi Arabnya saat sudah mulai terkait dengan kata hayyah (ular). Dan sedikit menguraikan kata-kata terkait yang belum kita bahas sebelumnya.

9. Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa?

10. Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya, "Tinggallah kamu (di sini). Sesungguhnya aku melihat api. Mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit api itu kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu.”

11. Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil, "Hai Musa.

12. “Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu. Maka lepaskanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada dilembah yang Suci, Thuwa.

13. “Dan Aku telah memilih kamu. Maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).

14. “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.

15. “Segungguhnya hari kiamat itu akan datang aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.

16. “Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa.

وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَىٰ
17. “Apakah itu yang di tangan kananmu, Hai Musa?”

Kata yamiin, tidak hanya berarti tangan kanan. Menurut Lisan al-‘Arab, kata yamiin juga bisa berarti kekuatan (al-quwwah) dan kekuasaan (al-qudrah).

قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَىٰ غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَىٰ
18. Musa menjawab, "Ini adalah tongkatku. Aku bertelekan padanya. Dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku. Dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya".

Kata ‘ashoo ternyata maknanya tidak hanya tongkat. Kata ‘ashoo juga bisa berarti kelompok atau kumpulan (al-jamaa’ah), persatuan atau kerukunan (al-i’tilaaf), lidah (al-lisaan), dan lain-lain.

Adapun kata tawakka’a berarti bersandar atau bertelekan.

Kata ahusysyu dalam ahusysyu biha ‘alaa ghonamiy, ada yang mengartikan memukul dengan keras pohon yang masih segar (hijau) agar dedaunannya rontok. Kemudian dedaunan tersebut untuk makan kambing atau domba. Ada pula yang mengartikannya bukan memukul pohonnya. Tapi menarik dahan atau rantingnya.

Sedangkan kata ma’aarib artinya adalah hajat atau kebutuhan.

قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَىٰ
19. Allah berfirman, "Lemparkanlah ia, hai Musa!"
Lafaz alqiha dari alqoo. Asal kata ini adalah laqiya artinya bertemu. Mengikuti bentuk af’ala sehingga menjadi alqoo. Jika dikatakan alqoo al-syay’ memang berarti melemparkan sesuatu. Namun, kata ini bisa berubah arti jika maf’ul (objeknya) lain. Seperti alqoo ilayh al-qowl (berbicara kepadanya), alqoo al-dars (menyampaikan pelajaran), dan lain-lain.

فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَىٰ
20. Lalu dilemparkannyalah tongkat itu. Maka ia (menjadi) ular yang merayap dengan cepat.

Adapun kata sa’aa bisa berarti bergerak, berjalan, berusaha, dan lain-lain. Perlu digarisbawahi di sini, bahwa redaksi ayat tersebut tidak ada kata menjadi. Maka tongkat itu adalah hayyah. Sekali lagi, tidak ada kata “menjadi”.

قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ ۖ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَىٰ
21. Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula.

Kata siiroh dalam siirotaha al-uula, maknanya antara lain berarti bentuk atau rupa, tingkah laku, jalan, kelakuan, perikehidupan, kisah, sejarah, dan lain-lain.

وَاضْمُمْ يَدَكَ إِلَىٰ جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ آيَةً أُخْرَىٰ
22. “Dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu. Niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain (pula).

Perlu kita perhatikan dalam ayat ini kata yang diterjemahkan sebagai mukjizat. Ingat, di situ tidak ada kata mukjizat. Tapi disebut ayat. Sekali lagi, ayat! Agaknya cukup panjang untuk menguraikan kata ayat ini. Insya Allah di lain tempat akan saya ceritakan.

لِنُرِيَكَ مِنْ آيَاتِنَا الْكُبْرَى
23. “Untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar.

Di ayat ini sekali lagi disebut kata aayaatina. Yakni ayat-ayat Kami. Bentuk plural dari aayatan, ayat.

24. “Pergilah kepada Fir'aun. Sesungguhnya ia telah melampaui batas.”

25. Musa berkata, "Ya Tuhanku. Lapangkanlah untukku dadaku.

26. “Dan mudahkanlah untukku urusanku.

27. “Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku.

28. “Supaya mereka mengerti perkataanku.

29. “Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku.

30. “(Yaitu) Harun, saudaraku.

31. “Teguhkanlah dengan dia kekuatanku.

32. “Dan jadikankanlah Dia sekutu dalam urusanku.

33. “Supaya Kami banyak bertasbih kepada Engkau.

34. “Dan banyak mengingat Engkau.

35. “Sesungguhnya Engkau adalah Maha melihat (keadaan) kami.”

36. Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, Hai Musa."

Wah semakin menarik. Sampai di situ dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...