—Saiful Islam—
“Ingat. Tidak ada kata ‘menjadi’,
menjadi ular. Juga tidak ada kata mukjizat…”
Berikut ini adalah gambaran
awal-awal Musa AS menerima wahyu dari Allah. Dikisahkan dalam QS. Thaha[20]
ayat 9 sampai 36. Supaya tidak terlalu makan tempat, saya hanya akan
mencantumkan redaksi Arabnya saat sudah mulai terkait dengan kata hayyah
(ular). Dan sedikit menguraikan kata-kata terkait yang belum kita bahas
sebelumnya.
9. Apakah telah sampai kepadamu
kisah Musa?
10. Ketika ia melihat api, lalu berkatalah
ia kepada keluarganya, "Tinggallah kamu (di sini). Sesungguhnya aku
melihat api. Mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit api itu kepadamu atau aku
akan mendapat petunjuk di tempat api itu.”
11. Maka ketika ia datang ke tempat
api itu ia dipanggil, "Hai Musa.
12. “Sesungguhnya Aku inilah
Tuhanmu. Maka lepaskanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada dilembah
yang Suci, Thuwa.
13. “Dan Aku telah memilih kamu. Maka
dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).
14. “Sesungguhnya Aku ini adalah
Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat
untuk mengingat aku.
15. “Segungguhnya hari kiamat itu
akan datang aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas
dengan apa yang ia usahakan.
16. “Maka sekali-kali janganlah
kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh
orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa.
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ
يَا مُوسَىٰ
17. “Apakah itu yang di tangan
kananmu, Hai Musa?”
Kata yamiin, tidak hanya
berarti tangan kanan. Menurut Lisan al-‘Arab, kata yamiin juga
bisa berarti kekuatan (al-quwwah) dan kekuasaan (al-qudrah).
قَالَ هِيَ عَصَايَ
أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَىٰ غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ
أُخْرَىٰ
18. Musa menjawab, "Ini adalah
tongkatku. Aku bertelekan padanya. Dan aku pukul (daun) dengannya untuk
kambingku. Dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya".
Kata ‘ashoo ternyata
maknanya tidak hanya tongkat. Kata ‘ashoo juga bisa berarti kelompok
atau kumpulan (al-jamaa’ah), persatuan atau kerukunan (al-i’tilaaf),
lidah (al-lisaan), dan lain-lain.
Adapun kata tawakka’a
berarti bersandar atau bertelekan.
Kata ahusysyu dalam ahusysyu
biha ‘alaa ghonamiy, ada yang mengartikan memukul dengan keras pohon yang
masih segar (hijau) agar dedaunannya rontok. Kemudian dedaunan tersebut untuk
makan kambing atau domba. Ada pula yang mengartikannya bukan memukul pohonnya. Tapi
menarik dahan atau rantingnya.
Sedangkan kata ma’aarib
artinya adalah hajat atau kebutuhan.
قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَىٰ
19. Allah berfirman, "Lemparkanlah
ia, hai Musa!"
Lafaz alqiha dari alqoo.
Asal kata ini adalah laqiya artinya bertemu. Mengikuti bentuk af’ala
sehingga menjadi alqoo. Jika dikatakan alqoo al-syay’ memang berarti
melemparkan sesuatu. Namun, kata ini bisa berubah arti jika maf’ul (objeknya)
lain. Seperti alqoo ilayh al-qowl (berbicara kepadanya), alqoo
al-dars (menyampaikan pelajaran), dan lain-lain.
فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ
حَيَّةٌ تَسْعَىٰ
20. Lalu dilemparkannyalah tongkat
itu. Maka ia (menjadi) ular yang merayap dengan cepat.
Adapun kata sa’aa bisa
berarti bergerak, berjalan, berusaha, dan lain-lain. Perlu digarisbawahi di
sini, bahwa redaksi ayat tersebut tidak ada kata menjadi. Maka tongkat itu
adalah hayyah. Sekali lagi, tidak ada kata “menjadi”.
قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ
ۖ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَىٰ
21. Allah berfirman: "Peganglah
ia dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula.
Kata siiroh dalam siirotaha
al-uula, maknanya antara lain berarti bentuk atau rupa, tingkah laku,
jalan, kelakuan, perikehidupan, kisah, sejarah, dan lain-lain.
وَاضْمُمْ يَدَكَ إِلَىٰ
جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ آيَةً أُخْرَىٰ
22. “Dan kepitkanlah tanganmu ke
ketiakmu. Niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai
mukjizat yang lain (pula).
Perlu kita perhatikan dalam ayat
ini kata yang diterjemahkan sebagai mukjizat. Ingat, di situ tidak ada kata
mukjizat. Tapi disebut ayat. Sekali lagi, ayat! Agaknya cukup panjang untuk
menguraikan kata ayat ini. Insya Allah di lain tempat akan saya ceritakan.
لِنُرِيَكَ مِنْ آيَاتِنَا
الْكُبْرَى
23. “Untuk Kami perlihatkan
kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar.
Di ayat ini sekali lagi disebut
kata aayaatina. Yakni ayat-ayat Kami. Bentuk plural dari aayatan,
ayat.
24. “Pergilah kepada Fir'aun. Sesungguhnya
ia telah melampaui batas.”
25. Musa berkata, "Ya Tuhanku.
Lapangkanlah untukku dadaku.
26. “Dan mudahkanlah untukku
urusanku.
27. “Dan lepaskanlah kekakuan dari
lidahku.
28. “Supaya mereka mengerti
perkataanku.
29. “Dan jadikanlah untukku seorang
pembantu dari keluargaku.
30. “(Yaitu) Harun, saudaraku.
31. “Teguhkanlah dengan dia
kekuatanku.
32. “Dan jadikankanlah Dia sekutu
dalam urusanku.
33. “Supaya Kami banyak bertasbih
kepada Engkau.
34. “Dan banyak mengingat Engkau.
35. “Sesungguhnya Engkau adalah
Maha melihat (keadaan) kami.”
36. Allah berfirman:
"Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, Hai Musa."
Wah semakin
menarik. Sampai di situ dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar