Kamis, 18 Juli 2019

KABAR SESEORANG MENYIHIR NABI


—Saiful Islam—

“Sedangkan yang kabarnya bersumber dari Anas bin Malik, berbeda lagi…”

Tentang sihir yang terkait dengan Jin, ini pernah seorang kawan menyoal saya dengan ayat yang akan saya kutipkan ini. Sedangkan yang lain, mencoba mengkonter semua argumen yang sudah saya ceritakan, pun dengan ayat berikut. Bahkan, di kampus dulu, saya pernah punya kawan yang meneliti tentang sihir ini. Tapi berangkatnya dari Hadis. Ia pun berkesimpulan bahwa sihir yang magis itu memang ada.

Agaknya, ayat inilah yang menjadi argumen puncak kawan-kawan diskusi saya itu. Seakan-akan argumen yang akan saya ceritakan ini, meruntuhkan argumen yang sudah saya bangun beberapa hari ini. Padahal, sebaliknya. Puluhan episode yang sudah saya ceritakan itulah yang menurut saya paling kokoh terutama episode ke-20 sampai 25. Silakan baca lagi. Silakan nilai sendiri.

Baiklah. Sementara saya biarkan dulu terjemahnya apa adanya. Ayat yang menjadi argumen pamungkas tersebut adalah berikut ini.

QS. Al-Falaq[113]: 1 - 5
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
1.      Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh.
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
2.      “Dari kejahatan makhluk-Nya.
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
3.      “Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita.
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
4.      “Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul.
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
5.      5. “Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."

Ada yang mengatakan, Surat Al-Falaq ini turun sepaket dengan Surat Al-Nas[114] ayat 1 – 6.  Katakanlah, “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.”

Makanya, kedua Surat ini dinamai Al-Mu’awwidzatayn. Alias dua Surat minta pertolongan atau perlindungan kepada Allah. Kalau dibaca sekilas saja kedua Surat ini, ayat-ayatnya memang berisi perintah minta pertolongan atau perlindungan kepada Allah. Soal minta pertolongan kepada Allah ini, agaknya kita semua sepakat. Tidak ada masalah. Hanya kepada Allah kita minta pertolongan. Hakikatnya, hanya kepada Allah lah kita minta solusi dari semua masalah-masalah hidup kita ini.

Surat Al-Falaq ini, secara urutan di Mushaf Utsmaniy adalah Surat ke-113. Hanya saja, berdasar tertip turunnya, Surat ini adalah Surat ke-20. Turun setelah Surat Al-Fil. Ada yang mengatakan, ini adalah Surat Makkiyah. Alias Surat yang turun sebelum Nabi hijrah. Ada juga yang mengatakan bahwa Surat ini adalah Madaniyah.

Ada dua sebab turunnya ayat tersebut. Paling tidak, begitu yang kita tahu dalam tradisi Islam. Pertama, yang kabarnya bersumber dari Ibnu Abbas. Dan kedua, yang bersumber dari Anas bin Malik. Yang bersumber dari Ibnu Abbas begini bunyinya.

Nabi pernah sakit parah. Maka dua Malaikat datang kepada beliau. Satu, duduk di sebelah kepala beliau. Dan yang satu lagi di sebelah kaki beliau. Malaikat yang duduk di sebelah kaki beliau berkata kepada Malaikat satunya itu. “Apa yang engkau lihat?”

“Beliau terkena guna-guna,” jawabnya.

“Apa guna-guna itu?”

“Guna-guna itu adalah sihir!”

“Siapa yang membuat sihirnya?”

“Labid bin al-A’sham al-Yahudi. Sihirnya berupa gulungan yang disimpan di dalam sumur keluarga si fulan di bawah sebuah batu besar. Datanglah ke sumur itu. Timbalah airnya dan angkat batunya. Kemudian ambillah gulungannya dan bakarlah.”

Pada pagi harinya, Nabi mengutus ‘Ammar bin Yasir dan kawan-kawannya. Sesampainya di sumur itu, airnya tampak merah. Seperti air pacar. Air itu ditimba. Diangkat batunya. Dan kemudian diangkat gulungannya lantas dibakar. Ternyata di dalam gulungan itu, ada tali yang terdiri atas sebelas simpul. Kedua Surat Al-Falaq dan Al-Nas ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut. Setiap kali Rasulullah mengucapkan satu ayat, terbukalah simpulnya.

Riwayat Bukhari ada kabar yang mirip. Tapi tidak sama. Selain itu, di sana tidak menyebutkan bahwa riwayat tersebut adalah sebab turunnya kedua Surat Al-Falaq dan Al-Nas. Berikut saya kutipkan.

Seseorang dari Bani Zuraiq, yang bernama Labid bin Al-A’sham, menyihir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga beliau merasa melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya. Sampai pada suatu hari atau pada suatu malam ketika beliau berada di sisiku, beliau terus berdoa dan berdoa.

Kemudian beliau bersabda. “Wahai ‘Aisyah, apakah kamu tahu bahwa Allah telah memperkenankan doaku tentang apa yang aku tanyakan kepada-Nya? Ada dua orang yang mendatangiku, satu diantaranya duduk di dekat kepalaku dan yang satunya lagi berada di dekat kakiku.

Lalu salah seorang diantara keduanya berkata kepada temannya, ”Sakit apa orang ini?”

“Terkena sihir,” sahut temannya.

“Siapa yang telah menyihirnya?” tanya temannya lagi.

Temannya menjawab, “Labid bin al-A’sham.”

“Dengan apa?”

Dia menjawab, “Dengan sisir dan rontokan rambut ketika disisir, dan mayang kurma jantan.”

“Lalu dimana semuanya itu berada?” tanya temannya.

Dia menjawab, “Di sumur Dzarwan”.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi sumur itu bersama beberapa orang sahabat beliau. Setelah kembali, beliau berkata, “Wahai ‘Aisyah, seakan-akan airnya berwarna merah seperti perasan daun pacar. Dan ujung dahan pohon kurma (yang berada di dekatnya) seakan-akan seperti kepala setan”.

Lalu ‘Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau meminta dikeluarkan?” Beliau menjawab, “Allah telah menyembuhkanku, sehingga aku tidak ingin memberi pengaruh buruk kepada umat manusia dalam hal itu”. Kemudian beliau memerintahkan untuk menimbunnya. Maka semuanya pun ditimbun dengan segera (HR. Bukhari dan Muslim).

Sedangkan sebab nuzul yang kabarnya bersumber dari Anas bin Malik, berbeda lagi. Sebagai berikut. Bahwa kaum Yahudi membuatkan makanan untuk Nabi. Setelah memakan makanan itu, tiba-tiba Nabi sakit keras. Para sahabat beliau mengira penyakit tersebut disebabkan oleh perbuatan Yahudi itu. Maka Jibril turun membawa dua Surat ini (Al-Falaq dan Al-Nas) serta membacakan ta’aawudz (a’uudzubillaahi minasysyaythoonirrojiiim, aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk). Seketika itu juga Nabi keluar menemui sahabat-sahabatnya dalam keadaan sehat wal afiat.

Sampai di sini dulu. Semoga bermanfaat. Tinjauan lebih jauh dan analisisnya, insya Allah bersambung…

Salam








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...