Senin, 01 Juli 2019

SEPERTI MENGGOYANG KURMA


—Saiful Islam—

“Menelan, dalam Bahasa Arab, itu ada sendiri. Yaitu ibtala’a…”

Lisan al-‘Arab cukup menarik mengartikan kata al-jaann ini. Begini. Al-jaann adalah perumpamaan untuk menyebut jenis ular. Hitam kedua kelopak matanya. Kuning. Dan tidak berbisa atau tidak mematuk orang. Ular ini banyak ditemui di rumah orang-orang. Menurut Sibawayh, bentuk kata jamaknya adalah jinnaan.

Hadis menyebut, “Rasulullah melarang membunuh al-jinnaan”. Menurut Siwawayh, al-jinnaan di sini berarti al-hayyaat (ular) rumah. Bentuk kata tunggalnya adalah jaann yang berarti ular kecil dan ringan. Ringkasan firman Allah, “(Tongkat itu) bergerak seolah-olah jaann,” menurutnya, al-jaann adalah ular putih. Sedangkan Abu Amr mengartikan al-jaann adalah hayyah (ular). Bentuk pluralnya yaitu jawaan.

Adapun Al-Zajjaj memahami ayat tersebut bahwa tongkat Nabi Musa itu menjadi bergerak. Seperti al-jaann (ular) yang bergerak. Dengan pergerakan yang ringan atau lincah. Kemudian dia berkata, “(Tongkat Nabi Musa itu) berbentuk tsu’baan, yakni ular yang besar.”

Sepadan dengan pendapat di atas, yaitu pendapat Ibnu Abbas. Ia berkata, “Allah menyerupakan besarnya tongkat itu dengan al-tsu’baan (ular besar). Dan menyerupakan kelincahannya dengan al-jaann (ular kecil). Karenanya di satu tempat Allah berfirman, “Maka tongkat itu adalah tsu’baan (ular besar),” dan di tempat yang lain Allah juga berfirman, “(Tongkat itu) seakan-akan jaann (ular kecil).” Dan al-jaann itu juga berarti setan.

Dalam Hadis Zam-Zam, disebutkan, “Di dalamnya (agaknya sumur Zam-Zam), banyak jinnaanan (ular-ular kecil).

Adapun Al-Raghib al-Ashfahaniy dalam Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, sangat ringkas mengomentari QS.27:10 dan QS.28:31 itu. (Tongkat Nabi Musa) itu seakan-akan jaann (ular), menurut satu pendapat jaann di situ sebutan untuk al-hayyaat (jenis ular).

Kemudian kata talqof yang sering diterjemahkan atau diterjemahkan dengan menelan. Padahal kata menelan itu ada sendiri dalam Bahasa Arab. Yaitu, ibtala’a dari kata bala’a yabla’u. Sedangkan talqof itu asal maknanya adalah mencapai atau mengambil dengan cepat apa yang ditawarkan baik dengan tangan maupun lisan. Apa yang ditawarkan itu, bisa berupa barang atau pemikiran. Orang yang cerdas, itu disebut orang yang laqif. Karena dia cepat menanggapi argumentasi lawan.

Selain itu ada kata tahtazzu. Artinya bisa bergerak, bergoyang, berayun, dan bergoncang. Hazaza oleh Al-Ashfahaniy diartikan dengan gerakan keras. Digambarkan seperti menggoyang pohon kurma sampai buah-buahnya berjatuhan (QS.19:25) dan (QS.27:10). Menggoyang. Menggoncang.

Analisisnya insya Allah berikutnya. Terutama menjawab penasaran kita, “Benarkah tongkat Nabi Musa benar-benar menjadi ular?”

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...