—Saiful Islam—
“Menelan, dalam Bahasa Arab, itu
ada sendiri. Yaitu ibtala’a…”
Lisan al-‘Arab cukup menarik
mengartikan kata al-jaann ini. Begini. Al-jaann adalah
perumpamaan untuk menyebut jenis ular. Hitam kedua kelopak matanya. Kuning. Dan
tidak berbisa atau tidak mematuk orang. Ular ini banyak ditemui di rumah
orang-orang. Menurut Sibawayh, bentuk kata jamaknya adalah jinnaan.
Hadis menyebut, “Rasulullah
melarang membunuh al-jinnaan”. Menurut Siwawayh, al-jinnaan
di sini berarti al-hayyaat (ular) rumah. Bentuk kata tunggalnya adalah jaann
yang berarti ular kecil dan ringan. Ringkasan firman Allah, “(Tongkat itu)
bergerak seolah-olah jaann,” menurutnya, al-jaann adalah ular
putih. Sedangkan Abu Amr mengartikan al-jaann adalah hayyah
(ular). Bentuk pluralnya yaitu jawaan.
Adapun Al-Zajjaj memahami ayat
tersebut bahwa tongkat Nabi Musa itu menjadi bergerak. Seperti al-jaann
(ular) yang bergerak. Dengan pergerakan yang ringan atau lincah. Kemudian dia
berkata, “(Tongkat Nabi Musa itu) berbentuk tsu’baan, yakni ular yang
besar.”
Sepadan dengan pendapat di atas,
yaitu pendapat Ibnu Abbas. Ia berkata, “Allah menyerupakan besarnya tongkat itu
dengan al-tsu’baan (ular besar). Dan menyerupakan kelincahannya dengan al-jaann
(ular kecil). Karenanya di satu tempat Allah berfirman, “Maka tongkat itu adalah
tsu’baan (ular besar),” dan di tempat yang lain Allah juga berfirman, “(Tongkat
itu) seakan-akan jaann (ular kecil).” Dan al-jaann itu juga
berarti setan.
Dalam Hadis Zam-Zam, disebutkan, “Di
dalamnya (agaknya sumur Zam-Zam), banyak jinnaanan (ular-ular kecil).
Adapun Al-Raghib al-Ashfahaniy
dalam Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, sangat ringkas mengomentari
QS.27:10 dan QS.28:31 itu. (Tongkat Nabi Musa) itu seakan-akan jaann
(ular), menurut satu pendapat jaann di situ sebutan untuk al-hayyaat
(jenis ular).
Kemudian kata talqof yang
sering diterjemahkan atau diterjemahkan dengan menelan. Padahal kata menelan
itu ada sendiri dalam Bahasa Arab. Yaitu, ibtala’a dari kata bala’a
yabla’u. Sedangkan talqof itu asal maknanya adalah mencapai atau mengambil
dengan cepat apa yang ditawarkan baik dengan tangan maupun lisan. Apa yang
ditawarkan itu, bisa berupa barang atau pemikiran. Orang yang cerdas, itu
disebut orang yang laqif. Karena dia cepat menanggapi argumentasi lawan.
Selain itu ada kata tahtazzu.
Artinya bisa bergerak, bergoyang, berayun, dan bergoncang. Hazaza oleh
Al-Ashfahaniy diartikan dengan gerakan keras. Digambarkan seperti menggoyang
pohon kurma sampai buah-buahnya berjatuhan (QS.19:25) dan (QS.27:10). Menggoyang.
Menggoncang.
Analisisnya insya Allah berikutnya.
Terutama menjawab penasaran kita, “Benarkah tongkat Nabi Musa benar-benar menjadi
ular?”
Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung,
insya Allah…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar