—Saiful Islam—
“Kesurupan masal itu dibuat. Disengaja. Supaya
viral. Supaya marketing dengan lowest cost…”
Kemarin, seorang kawan menginfokan
kepada saya sebuah berita terkait kesurupan masal dan santet. Saya telusuri
situsnya. Dikabarkan bahwa bisnis kuliner yang sedang booming milik
seorang artis. Tiba-tiba para karyawannya kesurupan masal. Kemudian, dipanggil
lah seorang ‘indigo’ untuk melihatnya. Katanya, itu adalah santet yang dikirim sesama
artis yang iri. Lantas, kawan ini meminta saya untuk menanggapinya.
Sebenarnya sudah langsung saya
tanggapi singkat: “Agaknya, itu adalah strategi marketing!” Berikut ini lebih
jauh tanggapan saya.
Kalau kalian membaca lagi
tulisan-tulisan saya sebelumnya, pasti kalian sudah paham. Ringkasnya begini:
kesurupan itu cari perhatian. Santet itu tidak ada. Orang yang mengaku bisa
melihat Jin, menyihir magis, menyantet, guna-guna, dan sebagainya, itu tidak lain
dan tidak bukan adalah kadzdzab. Alias hoax. Alias dusta. Alias nggedabrus.
Lecek. Aclak. Super lie. Bisa di-OK-kan kalau konteksnya hiburan belaka.
Dr Richard Gallagher, seorang
profesor psikiatri, meyakini bahwa kesurupan itu sebenarnya adalah buatan
manusia. Tidak sembarangan ngomong. Di samping pakar teoritis, prof ini sudah
berpengalaman merawat pasien kesurupan selama puluhan tahun. Ya, puluhan tahun.
Guardian tahun 2005 mengutip
pernyataan Blackmore bahwa kesurupan itu diperkirakan muncul karena anggapan
masyarakat dengan sisi keagamaan yang kuat, terlalu membesar-besarkan atau
mengaitkannya dengan keberadaan makhluk halus. Penelitian Ferracuti tahun 1996
mengungkap bahwa mereka yang punya kepercayaan kuat terhadap nilai-nilai
religius, lebih mudah mengalami kesurupan. Dan itu, disengaja!
Peneliti di AS menemukan bahwa
fungsi dari bunyi-bunyian seperti musik atau tabuhan drum yang mengiringi
kesenian kudang lumping (jaranan) atau reog, itu ternyata berperan penting
dalam membuat para medium (pemainnya) tetap terjaga dan sadar, meskipun
digunakan juga untuk menginduksi kesurupan. Kesadaran mereka berubah. Istilahnya
altered state of consciousness/ASC. Jadi, tidak benar-benar hilang
kendali total atas tubuh dan pikiran.
Dalam Psikologi, kesurupan itu
suatu bentuk mekanisme pembelaan ego. Ini sebagai cara lari dari masalah. Serta
mengurangi stres (tekanan mental, tekanan sosial, dan lain-lain) sementara
waktu. Begitu kata spesialis kedokteran jiwa, dr. Silas Henry Ismanto dari RSUP
Dr Sardjito.
Karena memang kalau diringkas,
sebab kesurupan itu adalah tekanan hidup atau stres (sosial, mental, ekonomi,
politik, asmara, dan lain-lain) yang bercampur dengan keyakinan yang salah,
plus alay. Latah. Atau caper. Alias cari perhatian.
Nah, saya ‘mencium’, kasus di atas
itu berbau caper ini. Alias strategi marketing murah-meriah. Ingat, marketing
itu ujung tombak bisnis. Dan dalam bisnis itu anggaran marketing besar sekali. Seingat
saya, lebih dari 50 persen! Supaya viral. Bisnisnya semakin booming. Lantas
semakin laris. Apalagi dunia artis. Alah alaaaah…
Terkait kesurupan masal. British
Journal of Psychiatry pernah menulis bahwa memang kesurupan itu bisa
menular. Meskipun awalnya dipicu oleh satu orang. Ini tergolong penyakit. Ya,
penyakit. Namanya psikogenik masal. Sebab bisa menyebar sesuai kredibilitas dan
kerentanan suatu komunitas tertentu. Semisal lingkungan homogen. Yakni bernasib
sama atau memiliki penderitaan sama. Atau memiliki tujuan yang sama.
Gangguan psikogenik, menurut
Psikologi, adalah variasi cara berbahasa yang normal, yang merupakan ungkapan
dari gangguan mental. Jadi awalnya gangguan psikogenik ini melihat bahasa alay
atau bahasa latah supaya mendapat perhatian. Ya, caper sebagai akibat dari
gangguan mental. Alias penyakit. Di samping karena sugesti, gangguan psikogenik
inilah yang menyebabkan kesurupan masal itu.
Ringkasnya, begini penyebab
gangguan psikogenik itu. Pertama, ingin mencari perhatian orang lain.
Ya, kesurupan masal itu memang caper. Cari perhatian orang lain. Ya, sekali
lagi supaya viral. Supaya marketing dengan lowest cost. Kedua, akibat adanya
interaksi sosial yang saling pengaruh-mempengaruhi (sugesti). Ketiga, adalah
trend. Jawa, Madura, Sunda, atau mayoritas Indonesia lah, ‘istilah
kesurupan makhluk halus’ itu memang trend (makanya saya koreksi, hehe). Keempat,
bangga. Karena dianggap keren bisa punya perewangan, khodam, asisten jin, menyihir
magis, dan seterusnya.
Orang-orang muda yang berada di
lingkungan penuh tekanan seperti sekolah atau asrama, dan juga pekerja pabrik,
rentan mengalami kesurupan masal. Kesurupan masal ini cenderung menimpa orang
yang labil dan mudah tersugesti atau terpengaruhi. Yaitu orang yang tidak punya
prinsip atau pegangan hidup yang benar. Serta mereka yang percaya pada hal gaib
secara berlebihan. Yakni percaya gaib ngawur. Atau gaib ala animisme—dinamisme.
Kesurupan masal, menurut peneliti
dan pakar, itu mirip dengan proses dilakukannya sugesti dan hipnotis secara
besar-besaran. Hanya dengan melihat seseorang mengalami kesurupan, orang bisa
secara otomatis akan ikut menjadi kesurupan. Terutama saat kondisi psikologis
dan psikisnya lemah.
Orang yang ikut-ikutan kesurupan,
itu gampangnya begini. Dirinya sendiri lemah. Baik prinsip hidup, ilmu,
akalnya, hatinya, maupun lemah secara ekonomi, sosial, dan seterusnya. Terutama
keyakinan soal Jin, setan, iblis, makhluk halus, yang salah, dan seterusnya.
Kemudian, dia melihat langsung
temannya yang senasib sedang kesurupan di depannya. Dia akhirnya terpengaruh (tersugesti).
Sehingga mau kesurupan juga. Dia juga tahu, tindakannya itu dibenarkan oleh
mayoritas tradisi dan budaya Indonesia yang klenik. Apalagi dia tendensius:
punya maksud, tujuan dan kepentingan tertentu! Maka, memang sangat bisa jadi
kesurupan masal kasus di atas itu setting-an! Diseting!! Tidak ada
kaitannya sama sekali dengan makhluk halus, santet, dan tetek bengek itu!!!
Kesimpulannya, kesurupan masal itu
adalah gangguan jiwa masal. Ya, gila masal. Kita harus peduli untuk
menyembuhkannya bersama-sama. Ya, bersama-sama. Dengan Qur’an dan Sains. Dengan
literasi! Iqra’!!
QS. Al-‘Alaq[96]: 1 – 5
Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran baca
tulis. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung,
insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar