Sabtu, 27 Juli 2019

KESURUPAN MASAL SETINGAN


—Saiful Islam—

“Kesurupan masal itu dibuat. Disengaja. Supaya viral. Supaya marketing dengan lowest cost…”

Kemarin, seorang kawan menginfokan kepada saya sebuah berita terkait kesurupan masal dan santet. Saya telusuri situsnya. Dikabarkan bahwa bisnis kuliner yang sedang booming milik seorang artis. Tiba-tiba para karyawannya kesurupan masal. Kemudian, dipanggil lah seorang ‘indigo’ untuk melihatnya. Katanya, itu adalah santet yang dikirim sesama artis yang iri. Lantas, kawan ini meminta saya untuk menanggapinya.

Sebenarnya sudah langsung saya tanggapi singkat: “Agaknya, itu adalah strategi marketing!” Berikut ini lebih jauh tanggapan saya.

Kalau kalian membaca lagi tulisan-tulisan saya sebelumnya, pasti kalian sudah paham. Ringkasnya begini: kesurupan itu cari perhatian. Santet itu tidak ada. Orang yang mengaku bisa melihat Jin, menyihir magis, menyantet, guna-guna, dan sebagainya, itu tidak lain dan tidak bukan adalah kadzdzab. Alias hoax. Alias dusta. Alias nggedabrus. Lecek. Aclak. Super lie. Bisa di-OK-kan kalau konteksnya hiburan belaka.

Dr Richard Gallagher, seorang profesor psikiatri, meyakini bahwa kesurupan itu sebenarnya adalah buatan manusia. Tidak sembarangan ngomong. Di samping pakar teoritis, prof ini sudah berpengalaman merawat pasien kesurupan selama puluhan tahun. Ya, puluhan tahun.

Guardian tahun 2005 mengutip pernyataan Blackmore bahwa kesurupan itu diperkirakan muncul karena anggapan masyarakat dengan sisi keagamaan yang kuat, terlalu membesar-besarkan atau mengaitkannya dengan keberadaan makhluk halus. Penelitian Ferracuti tahun 1996 mengungkap bahwa mereka yang punya kepercayaan kuat terhadap nilai-nilai religius, lebih mudah mengalami kesurupan. Dan itu, disengaja!

Peneliti di AS menemukan bahwa fungsi dari bunyi-bunyian seperti musik atau tabuhan drum yang mengiringi kesenian kudang lumping (jaranan) atau reog, itu ternyata berperan penting dalam membuat para medium (pemainnya) tetap terjaga dan sadar, meskipun digunakan juga untuk menginduksi kesurupan. Kesadaran mereka berubah. Istilahnya altered state of consciousness/ASC. Jadi, tidak benar-benar hilang kendali total atas tubuh dan pikiran.

Dalam Psikologi, kesurupan itu suatu bentuk mekanisme pembelaan ego. Ini sebagai cara lari dari masalah. Serta mengurangi stres (tekanan mental, tekanan sosial, dan lain-lain) sementara waktu. Begitu kata spesialis kedokteran jiwa, dr. Silas Henry Ismanto dari RSUP Dr Sardjito.

Karena memang kalau diringkas, sebab kesurupan itu adalah tekanan hidup atau stres (sosial, mental, ekonomi, politik, asmara, dan lain-lain) yang bercampur dengan keyakinan yang salah, plus alay. Latah. Atau caper. Alias cari perhatian.

Nah, saya ‘mencium’, kasus di atas itu berbau caper ini. Alias strategi marketing murah-meriah. Ingat, marketing itu ujung tombak bisnis. Dan dalam bisnis itu anggaran marketing besar sekali. Seingat saya, lebih dari 50 persen! Supaya viral. Bisnisnya semakin booming. Lantas semakin laris. Apalagi dunia artis. Alah alaaaah…

Terkait kesurupan masal. British Journal of Psychiatry pernah menulis bahwa memang kesurupan itu bisa menular. Meskipun awalnya dipicu oleh satu orang. Ini tergolong penyakit. Ya, penyakit. Namanya psikogenik masal. Sebab bisa menyebar sesuai kredibilitas dan kerentanan suatu komunitas tertentu. Semisal lingkungan homogen. Yakni bernasib sama atau memiliki penderitaan sama. Atau memiliki tujuan yang sama.

Gangguan psikogenik, menurut Psikologi, adalah variasi cara berbahasa yang normal, yang merupakan ungkapan dari gangguan mental. Jadi awalnya gangguan psikogenik ini melihat bahasa alay atau bahasa latah supaya mendapat perhatian. Ya, caper sebagai akibat dari gangguan mental. Alias penyakit. Di samping karena sugesti, gangguan psikogenik inilah yang menyebabkan kesurupan masal itu.

Ringkasnya, begini penyebab gangguan psikogenik itu. Pertama, ingin mencari perhatian orang lain. Ya, kesurupan masal itu memang caper. Cari perhatian orang lain. Ya, sekali lagi supaya viral. Supaya marketing dengan lowest cost. Kedua, akibat adanya interaksi sosial yang saling pengaruh-mempengaruhi (sugesti). Ketiga, adalah trend. Jawa, Madura, Sunda, atau mayoritas Indonesia lah, ‘istilah kesurupan makhluk halus’ itu memang trend (makanya saya koreksi, hehe). Keempat, bangga. Karena dianggap keren bisa punya perewangan, khodam, asisten jin, menyihir magis, dan seterusnya.

Orang-orang muda yang berada di lingkungan penuh tekanan seperti sekolah atau asrama, dan juga pekerja pabrik, rentan mengalami kesurupan masal. Kesurupan masal ini cenderung menimpa orang yang labil dan mudah tersugesti atau terpengaruhi. Yaitu orang yang tidak punya prinsip atau pegangan hidup yang benar. Serta mereka yang percaya pada hal gaib secara berlebihan. Yakni percaya gaib ngawur. Atau gaib ala animisme—dinamisme.

Kesurupan masal, menurut peneliti dan pakar, itu mirip dengan proses dilakukannya sugesti dan hipnotis secara besar-besaran. Hanya dengan melihat seseorang mengalami kesurupan, orang bisa secara otomatis akan ikut menjadi kesurupan. Terutama saat kondisi psikologis dan psikisnya lemah.

Orang yang ikut-ikutan kesurupan, itu gampangnya begini. Dirinya sendiri lemah. Baik prinsip hidup, ilmu, akalnya, hatinya, maupun lemah secara ekonomi, sosial, dan seterusnya. Terutama keyakinan soal Jin, setan, iblis, makhluk halus, yang salah, dan seterusnya.

Kemudian, dia melihat langsung temannya yang senasib sedang kesurupan di depannya. Dia akhirnya terpengaruh (tersugesti). Sehingga mau kesurupan juga. Dia juga tahu, tindakannya itu dibenarkan oleh mayoritas tradisi dan budaya Indonesia yang klenik. Apalagi dia tendensius: punya maksud, tujuan dan kepentingan tertentu! Maka, memang sangat bisa jadi kesurupan masal kasus di atas itu setting-an! Diseting!! Tidak ada kaitannya sama sekali dengan makhluk halus, santet, dan tetek bengek itu!!!

Kesimpulannya, kesurupan masal itu adalah gangguan jiwa masal. Ya, gila masal. Kita harus peduli untuk menyembuhkannya bersama-sama. Ya, bersama-sama. Dengan Qur’an dan Sains. Dengan literasi! Iqra’!!

QS. Al-‘Alaq[96]: 1 – 5

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran baca tulis. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...