Jumat, 05 Juli 2019

MUSA MEMBAWA AYAT-AYAT-NYA


—Saiful Islam—

“Ternyata, tongkat Nabi Musa, itu adalah Taurat…”

Jadi, sudah pasti tongkat Nabi Musa tidak menjadi ular. Ia hanya seakan-akan hidup. Lalu apa sebenarnya tongkat Nabi Musa itu? Tongkat di situ artinya adalah kekuatan Nabi Musa. Apa kekuatan Nabi Musa untuk menghadapi Fir’aun dan para penyihirnya? Tidak lain dan tidak bukan, itu adalah ayat-ayat Allah. Tongkat Nabi Musa adalah firman-firman Allah. Kalimat-kalimat Allah. Yakni Taurat!

Tongkat di situ, adalah ungkapan majas. Majaaz atau isti’aaroh, atau tasybiih dalam teori Sastra Arab (Ilmu Balaghah). Yakni makna kiasan. Makna simbolik. Makna konotatif. Bukan makna hakiki. Tidak makna denotatif. Bukan berarti tongkat sebenarnya. Secara bahasa, ‘ashoo (tongkat) memang bisa berarti kekuatan (al-quwwah) dan kekuasaan (al-qudrah). Orang Arab memang sering menggunakan kata hayyah (ular) itu sebagai perumpamaan. Seperti sudah kita ceritakan sebelumnya.

Para penyihir Fir’aun digambarkan melempar tongkat-tongkat dan tali-tali. Disebutlah oleh Nabi Musa bahwa semua itu adalah sihir. Yakni mereka mengelabui dan menipu semua orang yang hadir dengan mulut mereka. Dengan kata-kata mereka. Mereka mencoba mempengaruhi dengan omongan mereka yang tanpa dalil. Mereka berdusta. Mereka berbohong. Untuk kepentingan-kepentingan egoistis. Maka lantas dibongkar oleh Allah dengan firman-firman-Nya lewat Nabi Musa.

Jadi ini adalah duel mulut. Debat sengit. Adu argumentasi. Antara para penyihir Fir’aun dengan Nabi Musa. Antara sihir-sihir (kata-kata yang melemahkan, melenakan, memperbudak, bullying, dan semisalnya) dengan firman-firman Allah yang mencahayai, yang mencerahkan, yang menghidupkan, yang memotivasi dan menginspirasi, yang mencerdaskan, yang membahagiakan, dan seterusnya (baca buku ke-3 saya ‘Ayat-Ayat Kemenangan).

Para penyihir itu digambarkan kalah. Lalu beriman kepada ayat-ayat yang disampaikan Nabi Musa. Lantas beriman kepada Allah dan Nabi Musa. Tentulah para penyihir tersebut paham betul bahwa kalimat-kalimat Musa itu bukan kalimat-kalimat sembarangan. Ia adalah firman. Mereka bisa merasakan energinya. Serta keindahan kalimat-kalimatnya. Mereka takjub. Gemetar. Seperti benang basah. Takut. Apalagi setelah terbongkar semua ‘kibulnya’.

Kalimat-kalimat Nabi Musa dengan mudahnya menunjukkan kesalahan-kesalahan argumentasi mereka. Menunjukkan kesalahan dan kebohongan serta kelemahan argumentasi mereka. Perdebatan itu telah sampai pada argumentasi puncaknya. Yang paling detail. Yang paling rinci. Yang paling ujung. Para penyihir itu tidak bisa mengelak lagi. Para penyihir itu benar-benar takjub. Membuat mata mareka terbelalak. Mereka sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Diam seribu bahasa. Semua argumentasi mereka sudah terbantahkan. Sejelas-jelasnya. ‘Tongkat’ Nabi Musa telah ‘menelan tongkat-tongkat dan tali-tali’ mereka.

Jelas sekali pada ayat berikut ini yang dibekalkan oleh Allah kepada Musa dan Harun adalah ayat-ayat-Nya. Atau keterangan-keterangan (bayyinaat). Alias firman-Nya. Yakni Taurat! Bukan mukjizat magis bin ajaib yang sering diterjemahkan itu. Sekali lagi, aayaatinaa. Ayat-ayat Kami! Taurat!!

QS. Al-Zukhruf[43]: 46
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَقَالَ إِنِّي رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata: "Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam.”

QS. Thaha[20]: 42 & 47
اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي
42. Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku.

فَأْتِيَاهُ فَقُولَا إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا تُعَذِّبْهُمْ ۖ قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَالسَّلَامُ عَلَىٰ مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَىٰ
47. Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, Maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa ayat dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.

QS. Al-A’raf[7]: 103 & 105
ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَظَلَمُوا بِهَا ۖ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ
103. Kemudian Kami utus Musa sesudah rasul-rasul itu dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Lalu mereka mengingkari ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan.

حَقِيقٌ عَلَىٰ أَنْ لَا أَقُولَ عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ ۚ قَدْ جِئْتُكُمْ بِبَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَرْسِلْ مَعِيَ بَنِي إِسْرَائِيلَ
105. “Wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti (keterangan) dari Tuhanmu, Maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersamaku.”

QS. Al-Syu’ara[26]: 15
قَالَ كَلَّا ۖ فَاذْهَبَا بِآيَاتِنَا ۖ إِنَّا مَعَكُمْ مُسْتَمِعُونَ
Allah berfirman, “Jangan takut. Maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami. Sungguh Kami bersamamu mendengarkan.”

QS. Al-Dzariyat[51]: 38
وَفِي مُوسَىٰ إِذْ أَرْسَلْنَاهُ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ
Dan juga pada Musa, ketika Kami mengutusnya kepada Fir'aun dengan membawa kekuatan (ayat) yang nyata.

QS. Al-A’raf[7]: 132
وَقَالُوا مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِ مِنْ آيَةٍ لِتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ
Mereka berkata: "Bagaimanapun kamu mendatangkan ayat kepada Kami untuk menyihir Kami dengan keterangan itu. Maka Kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu".

QS. Al-‘Ankabut[29]: 39
وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مُوسَىٰ بِالْبَيِّنَاتِ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ
Dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. Dan ssungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa) keterangan-keterangan. Akan tetapi mereka sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).

QS. Al-Qashash[28]: 36
فَلَمَّا جَاءَهُمْ مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا بَيِّنَاتٍ قَالُوا مَا هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُفْتَرًى وَمَا سَمِعْنَا بِهَٰذَا فِي آبَائِنَا الْأَوَّلِينَ
Maka tatkala Musa datang kepada mereka dengan (membawa) ayat-ayat Kami yang nyata, mereka berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami dahulu".

QS. Thaha[20]: 56
وَلَقَدْ أَرَيْنَاهُ آيَاتِنَا كُلَّهَا فَكَذَّبَ وَأَبَىٰ
Dan sesungguhnya Kami telah perlihatkan kepadanya (Fir'aun) ayat-ayat Kami semuanya. Maka ia mendustakan dan enggan (menerima kebenaran).

QS. Al-A’raf[7]: 144-147
قَالَ يَا مُوسَىٰ إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالَاتِي وَبِكَلَامِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ
144. Allah berfirman: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara dengan-Ku. Sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur."

وَكَتَبْنَا لَهُ فِي الْأَلْوَاحِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْعِظَةً وَتَفْصِيلًا لِكُلِّ شَيْءٍ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ وَأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوا بِأَحْسَنِهَا ۚ سَأُرِيكُمْ دَارَ الْفَاسِقِينَ
145. Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu. Maka (kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya. Nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik.

سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ
146. Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari ayat-ayat-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat, mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya. Tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.


147. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...