Minggu, 14 Juli 2019

SUGESTI TERAPI KESURUPAN


  —Saiful Islam—

“Orang kesurupan bisa disembuhkan dengan sugesti…”

Ingat. Al Qur’an ini, memang ‘hanyalah’ sebuah kata-kata. Namun Allah berjanji akan menghidupkan kita dengan kata-kata itu. Akan mencerahkan kita. Akan menderdaskan kita. Akan membimbing kita. Akan memotivasi dan menginspirasi kita. Untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat. Real happiness!

Dan sebaliknya. Kita masih ingat, di Surabaya. Sekeluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan tiga orang anaknya sepakat bunuh diri mengebom gereja. Itu ya karena kata-kata. Kata-kata yang masuk ke dalam pikirannya. Alam bawah sadarnya. Menjadi keyakinan yang terpendam bertahun-tahun. Pengaruh itu, lantas meledak!

Benar sekali. Orang itu bisa mendapat hidayah dari kata-kata. Tapi sebaliknya, ia pun bisa tersesat karena kata-kata. Waspadalah! Terutama dengan informasi apa pun yang bersentuhan dengan kita sehari-hari. Termasuk tulisan saya ini. Tegaslah untuk menerima yang baik dan benar. Dan menolak yang buruk dan salah. Nah. Soal pengaruh mempengaruhi ini, ilmu pengetuan mengenal istilah sugesti.

Kata sugesti berasal dari Bahasa Inggris, suggestion. Yang berarti saran. Suggest berarti metode pemberian saran kepada orang lain. Jadi, saran. Yang namanya saran tak lain dan tak bukan adalah kata-kata. Memberikan pengaruh kepada orang lain dengan menggunakan kata-kata. Benar. Orang bisa terpengaruh dengan kata-kata. Kata-kata salah dan buruk akan berdampak nasib buruk. Kata-kata benar dan baik, akan berdampak nasib baik. Jangka pendek atau panjang.

Sugesti atau pengaruh yang benar dan baik-baik, dalam jangka waktu yang lama, itu akan menyembuhkan kita. Menyembuhkan jiwa kita. Termasuk akan menyembuhkan orang yang sering ‘kesurupan’. Apalagi Al Qur’an. Ya, Al Qur’an memang bisa menyembuhkan jiwa. Tapi sekali lagi, bukan disalahgunakan seperti yang saya ceritakan kemarin. Tapi dengan dipahami maknanya, dan lantas dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Semampu kita. Sampai menjadi kebiasaan. Budaya. Sampai kita kembali kepada Allah.

Paling tidak ada tiga jenis sugesti. Pertama, adalah yang disebut sugesti kerumunan. Yaitu, penerimaan (nilai-nilai, keyakinan, dan sebagainya) yang tidak berasal dari sistem penalaran. Tapi sebagai akibat dari keanggotaan dari sebuah kerumunan. Atau kelompok. Seperti ormas, partai politik, komunitas, dan group-group yang lain.

Kedua, adalah sugesti negatif. Gampangnya, sugesti ini adalah pengaruh yang diberkan kepada orang lain dengan ancaman-ancaman. Contoh misal, seorang penjahat yang meminta ditransfer sejumlah uang kepada perempuan. Jika perempuan tidak menurutinya, makan akan disebar foto-foto atau video-videonya yang tidak senonoh.

Yang ketiga, adalah apa yang disebut sugesti prestif. Yaitu sugesti yang muncul dan dilakukan akibat pengaruh dari perstise orang lain. Atau dari orang yang berwibawa. Atau ditokohkan. Atau yang dianggap figur. Ini bisa jadi tokoh masyarakat, ustadz atau kiai, politisi, artis, dan lain semisalnya.

Ada beberapa faktor yang membuat orang itu gampang terpengaruh. Atau mudah tersugesti. Antara lain pertama, kemampuan berpikir seseorang yang pada saat itu terpecah belah. Tidak fokus dan sulit berkonsentrasi.

Kedua, kemampuan nalar rasionalnya terhambat karena sedang dilanda emosi. Orang yang sedang emosi, daya nalar rasionalnya menurun. Seperti orang yang sedang marah-marah. Sebaliknya, orang yang tenang dan sabar, daya nalarnya meningkat.

Ketiga, orang yang memberikan sugesti memiliki wewenang untuk memberikan saran atau pengaruh kepada orang lain. Seperti atasan kepada para bawahannya di kantor-kantor pemerintahan maupun swasta. Atau semisal ustadz kepada jamaahnya.

Keempat, dukungan dan pendapat yang diberikan orang-orang di sekitar ketika seseorang sedang dilanda keraguan. Inilah alasan kenapa sebaiknya kalau curhat itu harus kepada orang yang benar dan terpercaya. Karena jika curhat kepada sembarang orang, apalagi jelas orang yang salah, tentu saja akibatnya juga akan salah. Berbuah nasib buruk.

Kelima, tingkat berpikir seseorang yang masih rendah. Alias belum dewasa. Menurut saya, kedewasaan itu ditempa dengan pengalaman. Baik itu pengalaman intelektual, emosional, dan spiritual. Olah raga dan olah rasa. Misalnya dengan belajar, bergaul dengan sesama, dan bernteraksi dengan Allah; shalat, dzikir, dll.

Keenam, orang yang memiliki keahlian di bidangnya. Orang yang seperti ini memang berbeda dengan orang rata-rata. Dia punya keahlian. Dan banyak orang lain yang ingin mempunyai keahlian yang sama. Maka ucapan-ucapannya, saran-sarannya, nasehat-nasehatnya, akan mudah diterima. Akan berpengaruh. Berdampak. Karena dia sudah membuktikan hasil-hasilnya dengan keahliannya itu.

Keenam, faktor yang membuat orang gampang terpengaruh adalah iklan-iklan yang beredar di media massa. Baik elektronik seperti radio, TV, internet, dan lain-lain. Maupun cetak seperti Koran, majalah, dan lain-lain. Tanpa sadar, setiap hari informasi-informasi yang berujuan memengaruhi kita itu, masuk ke dalam kepala kita.

Dan yang ketujuh adalah kelompok besar. Ya, kelompok besar atau mayoritas mudah sekali memengaruhi kelompok kecil. Terutama, ketika kelompok kecil itu tidak punya prinsip. Tidak punya pegangan hidup. Tidak punya nilai-nilai yang diyakini kebenarannya melalui nalar logis rasional. Apalagi bercampur dengan takut-takut, dan khawatir-khawatir yang tak beralasan.

 QS. Al-Baqarah[2]: 204
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَىٰ مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ
Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu. Dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.

QS. Al-Munafiqun[63]: 4
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ ۖ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۚ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah terhadap mereka. Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...