Minggu, 07 Juli 2019

MENEROPONG KATA AYAT


—Saiful Islam—

“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu…”

Kata ayat itu bisa jadi diambil dari kata ayyun. Namun yang benar kata ayat itu diambil dari kata al-taayya, berarti yang tetap dan kokoh pada sesuatu. Jika dikatakan taayya. Itu berarti tolonglah. Berilah manfaat. Atau kata ayat juga bisa diambil dari perkataan orang Arab, awiya ilayh (menempati).

Dikatakan untuk bangunan yang tinggi, itu adalah ayat. Seperti pada QS. Al-Syu’ara[26] ayat 128.
أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ آيَةً تَعْبَثُونَ
Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main.

Setiap kalimat Qur’an itu menunjuk pada hukum ayat. Baik dalam satu Surat utuh. Maupun sebagian atau bagian-bagian dari Suratnya. Terkadang dikatakan bahwa setiap kata dari Qur’an yang terpisah-pisah secara lafaznya, itu adalah ayat. Begitu juga kalimat-kalimat yang ada dalam sebuah Surat Qur’an adalah ayat.

QS. Al-‘Ankabut[29]: 44
خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ
Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang mukmin.

QS. Al-Hijr[15]: 77
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi ayat bagi orang-orang yang beriman.

Kata ayat di dalam QS. Al-‘Ankabut[29] ayat 44 dan QS. Al-Hijr[15] ayat 77, itu berarti ayat-ayat yang masuk akal yang lepas dari pandangan. Layaknya orang yang tidak berilmu. Seperti itu juga pemahaman QS. Al-‘Ankabut[29] ayat 49 di bawah ini.

بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ
Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.

Begitu pula kata ayat dalam QS. Yusuf[12] ayat 105. Di satu tempat disebut bentuk tunggalnya, aayah. Dan di tempat yang lain disebut bentuk pluralnya, aayaat. Perbedaan ini untuk makna tertentu.

Kata ayat disebut dalam bentuk tunggal dalam QS. Al-Mu’minun[23] ayat 50. Untuk Maryam dan Isa tidak disebut dua ayat. Aayatayn. Karena salah satu di antara keduanya menjadi ayat bagi yang lain.

Firman Allah aayaat dalam QS. Al-Isra’[17] ayat 59. Yang dimaksud adalah belalang, kutu, katak, dan semisalnya, itu sebagian dari ayat-ayat yang dikirim pada umat-umat terdahulu. Dan itu adalah peringatan ditujukan kepada orang untuk menakut-nakuti. Itu juga posisi yang paling buruk bagi yang diperintah.

Sesungguhnya orang itu mau berbuat baik karena satu dari tiga hal. Pertama, karena diiming-imingi atau ditakut-takuti. Ini poisisi atau tingkatan paling bawah. Kedua, karena mencari pujian. Dan ketiga, orang mau berbuat baik itu karena mencari keutamaan. Ia mau keutamaan tersebut ada dalam dirinya. Dan yang terakhir inilah yang paling utama.

Ketika umat ini menjadi umat terbaik, sebagaimana QS. Ali Imran[3] ayat 110, maka Allah akan menaikkan posisi mereka. Dan Allah berjanji tidak akan mengazab mereka semuanya. Meskipun ada di antara mereka yang jahil (bodoh) yang berkata, “Jika betul (Al Quran) ini, ialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (QS. Al-Anfal[8]: 32). Dan menurut pendapat yang lain, kata aayaat di sini, menunjuk pada tanda (penunjuk atau argumentasi). Allah mencukupkan dengan tanda-tanda, dan mereka terlindung dari adzab yang mereka minta percepat. Seperti tergambar dalam QS. Al-‘Ankabut[29] ayat 54.

Itulah keterangan menurut Al-Raghib Al-Ashfahaniy tentang kata ayat dalam Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Salam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...