—Saiful Islam—
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah
ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu…”
Kata ayat itu bisa jadi diambil
dari kata ayyun. Namun yang benar kata ayat itu diambil dari kata al-taayya,
berarti yang tetap dan kokoh pada sesuatu. Jika dikatakan taayya. Itu berarti
tolonglah. Berilah manfaat. Atau kata ayat juga bisa diambil dari perkataan
orang Arab, awiya ilayh (menempati).
Dikatakan untuk bangunan yang
tinggi, itu adalah ayat. Seperti pada QS. Al-Syu’ara[26] ayat 128.
أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ
آيَةً تَعْبَثُونَ
Apakah kamu mendirikan pada
tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main.
Setiap kalimat Qur’an itu menunjuk
pada hukum ayat. Baik dalam satu Surat utuh. Maupun sebagian atau bagian-bagian
dari Suratnya. Terkadang dikatakan bahwa setiap kata dari Qur’an yang terpisah-pisah
secara lafaznya, itu adalah ayat. Begitu juga kalimat-kalimat yang ada dalam
sebuah Surat Qur’an adalah ayat.
QS. Al-‘Ankabut[29]: 44
خَلَقَ اللَّهُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ
Allah menciptakan langit dan bumi
dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi orang-orang mukmin.
QS. Al-Hijr[15]: 77
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً
لِلْمُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya pada yang demikian itu
menjadi ayat bagi orang-orang yang beriman.
Kata ayat di dalam QS. Al-‘Ankabut[29]
ayat 44 dan QS. Al-Hijr[15] ayat 77, itu berarti ayat-ayat yang masuk akal yang
lepas dari pandangan. Layaknya orang yang tidak berilmu. Seperti itu juga
pemahaman QS. Al-‘Ankabut[29] ayat 49 di bawah ini.
بَلْ هُوَ آيَاتٌ
بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا
إِلَّا الظَّالِمُونَ
Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah
ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada
yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.
Begitu pula kata ayat dalam QS.
Yusuf[12] ayat 105. Di satu tempat disebut bentuk tunggalnya, aayah. Dan
di tempat yang lain disebut bentuk pluralnya, aayaat. Perbedaan ini
untuk makna tertentu.
Kata ayat disebut dalam bentuk
tunggal dalam QS. Al-Mu’minun[23] ayat 50. Untuk Maryam dan Isa tidak disebut
dua ayat. Aayatayn. Karena salah satu di antara keduanya menjadi ayat
bagi yang lain.
Firman Allah aayaat dalam QS.
Al-Isra’[17] ayat 59. Yang dimaksud adalah belalang, kutu, katak, dan
semisalnya, itu sebagian dari ayat-ayat yang dikirim pada umat-umat terdahulu. Dan
itu adalah peringatan ditujukan kepada orang untuk menakut-nakuti. Itu juga
posisi yang paling buruk bagi yang diperintah.
Sesungguhnya orang itu mau berbuat
baik karena satu dari tiga hal. Pertama, karena diiming-imingi atau ditakut-takuti.
Ini poisisi atau tingkatan paling bawah. Kedua, karena mencari pujian. Dan
ketiga, orang mau berbuat baik itu karena mencari keutamaan. Ia mau
keutamaan tersebut ada dalam dirinya. Dan yang terakhir inilah yang paling
utama.
Ketika umat ini menjadi umat
terbaik, sebagaimana QS. Ali Imran[3] ayat 110, maka Allah akan menaikkan posisi
mereka. Dan Allah berjanji tidak akan mengazab mereka semuanya. Meskipun ada di
antara mereka yang jahil (bodoh) yang berkata, “Jika betul (Al Quran) ini, ialah
yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau
datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (QS. Al-Anfal[8]: 32). Dan menurut
pendapat yang lain, kata aayaat di sini, menunjuk pada tanda (penunjuk atau
argumentasi). Allah mencukupkan dengan tanda-tanda, dan mereka terlindung dari
adzab yang mereka minta percepat. Seperti tergambar dalam QS. Al-‘Ankabut[29]
ayat 54.
Itulah keterangan menurut Al-Raghib
Al-Ashfahaniy tentang kata ayat dalam Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung,
insya Allah…
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar