—Saiful Islam—
“Dampak orang-orang Arab yang suka
perang itu, nilai perempuan menjadi sangat rendah…”
Jazirah Arabia. Tanjung adalah
daratan yang dikelilingi oleh laut di ketiga sisinya. Sedangkan semenanjung,
adalah tanjung yang lebih luas. Nah. Jazirah itu merupakan semenanjung yang
lebih besar. Jadi jazirah Arabia bisa diartikan, sebuah semenanjung besar di
Asia barat daya pada persimpangan Afrika dan Asia.
Tiga laut yang membatasi sisi
jazirah Arab ini sebagai berikut. Ada Laut Merah dan Teluk Aqabah di barat daya. Di tenggara,
ada Laut Arab. Serta ada Teluk Oman dan Teluk Persia di timur laut.
Adapun secara politik, jazirah Arab
meliputi beberapa negara. Yaitu Arab Saudi, Kuwait, Yaman, Oman, Uni Emirat
Arab, Qatar, Bahrain, Irak, dan Suriah.
Dari asal keturunannya, orang-orang
yang menghuni jazirah Arab itu, dapat dibagi menjadi dua golongan besar. Pertama,
Qahthaniyun. Alias keturunan Qahthan. Dan kedua, ‘Adnaniyun. Yakni
keturunan Ismail putra Ibrahim. Qahthaniyun, pada awalnya mendiami bagian
selatan. Sedangkan di bagian utara, ditempati golongan ‘Adnaniyun. Meski dalam
perkembangannya, terjadi percampuran. Karena pindah-pindah selatan-utara. Atau
sebaliknya.
Orang-orang Arab kuno merupakan
penduduk fakir miskin yang hidup di pinggiran desa terpencil. Mereka senang
perang. Hidupnya bergantung pada cocok tanam serta turunnya hujan. Dalam
kehidupan sosial, prinsipnya adalah aturan kabilah atau suku. Sedangkan orang
Arab kota lebih sibuk bepergian dan berdagang. Meskipun prinsip bersosialnya
juga sama dengan yang di desa.
Baik yang menetap, maupun yang
nomadik (pindah-pindah), hidup dalam budaya kesukuan Badui. Beberapa keluarga
yang berkelompok membentuk kabilah. Dan beberapa kelompok kabilah itu membentuk
suku. Dipimpin oleh seorang syekh. Solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan
bagi kabilah atau suku. Suka berperang, membuat antar suku sering perang.
Dampak masyarakat yang suka perang seperti itu, nilai perempuan menjadi sangat rendah.
Meski orang-orang Badui memiliki
pemimpin, mereka hanya nurut kepada syekh atau ketua kabilahnya. Terutama hal
yang kaitannya dengan peperangan, pembagian harta rampasan, dan pertempuran
tertentu. Di luar urusan tersebut, syekh atau amir tidak kuasa mengatur anggota
kabilahnya.
Sejarah orang-orang Arab Badui itu,
baru diketahui sekitar 150 tahun menjelang hadirnya Qur’an. Yaitu melalui
syair-syair yang beredar di kalangan para perawi syair. Cukup terlambat. Ya
karena mereka sibuk perang itu. Dari syair-syair tersebut, bisa diketahui.
Bahwa sifat orang-orang Arab Badui itu salah satunya tinggi sekali semangatnya
dalam mencari harta. Sabar menghadapi kekerasan alam. Sekaligus orang-orang
yang cinta dengan kebebasan. Hampir semua penduduk Badui itu penyair.
Beda dengan penduduk negeri yang
telah berbudaya. Yang mendiami pesisir jazirah Arab. Sejarahnya bisa diketahui
lebih jelas. Mereka bisa membuat alat-alat dari besi. Bahkan mendirikan
kerajaan-kerajaan. Sampai hadirnya Nabi, kota-kotanya adalah kota-kota
perdagangan. Memang jazirah Arab saat itu, merupakan daerah yang terletak pada
jalur perdagangan. Yang menghubungkan antara Syam dan Samudra India. Mereka
juga pandai menggubah syair. Biasanya dibacakan di pasar-pasar. Bahasa mereka
kaya dengan tata bahasa dan kiasan.
Nah. Golongan Qahthaniyun itu
pernah mendirikan Kerajaan Saba’ dan Kerajaan Himyar (110 SM – 525 M) di
Yaman—bagian selatan Jazirah Arab. Kerajaan Saba’ itulah yang membangun
bendungan raksasa yang menjadi sumber air untuk seluruh wilayah kerajaan.
Bendungan Ma’arib namanya. Pada masa pemerintahan Saba’, bangsa Arab menjadi
penghubung perdagangan antara Eropa dan dunia Timur Jauh.
Setelah kerajaan Saba’ itu
mengalami kemunduran, muncul kerajaan Himyar menaklukannya (sekitar tahun 25
SM). Kerajaan baru tersebut dikenal kekuatan armada niaganya. Yang menjelajah
India, Cina, Somalia, dan Sumatera. Bolak-balik ke pelabuhan-pelabuhan Yaman.
Bisa dikatakan, saat itu kerajaan Himyar ini memonopoli dunia perdagangan.
Sementara di bagian utara Jazirah
Arab, juga pernah berdiri kerajaan-kerajaan. Meskipun hanya kerajaan
protektorat. Sebab para kafilah Romawi dan Persia selalu mendapat gangguan dari
para suku Arab yang memeras dan merampoknya. Nah, untuk melindungi para kafilah
tersebut, atas inisiatif kerajaan besar itu, didirikanlah Kerajaan Hirah di
bawah perlindungan Persia. Serta kerajaan Ghassan di bawah perlindungan Romawi.
Kerajaan Hirah dan Ghassan ini berkembang dalam waktu yang hampir bersamaan.
Yakni sekitar abad ke-3 sampai turunnya Qur’an.
Hijaz, termasuk wilayah Arab yang
tidak pernah dijajah oleh bangsa lain. Baik karena sulit dijangkau, tandus, dan
miskin. Kota paling penting di daerah ini adalah Mekah. Ka’bah ada di sini.
Bukan hanya para penganut agama asli Mekah yang menyucikan dan mengunjungi Ka’bah.
Tapi juga orang-orang Yahudi yang bermukim di sekitarnya.
Supaya para peziarah aman
berkunjung ke Mekah itu, dibangunlah pemerintahan. Awalnya suku Jurhum sebagai
pemegang kekuasaan politik. Lalu berpindah ke suku Khuza’ah. Dan akhirnya ke
suku Quraisy di bawah pimpinan Qushai. Suku Quraisy inilah yang lantas mengatur
semuanya. Baik politik maupun khususnya urusan Ka’bah.
Sejak itulah, suku Quraisy
mendominasi masyarakat Arab. Berikut 10 jabatan tinggi yang dibagikan kepada
para kabilah asal suku Quraisy. Yaitu hijabah (penjaga kunci-kunci Ka’bah;
siqayah pengawas zam-zam untuk digunakan para peziarah); diyat
(kekuasaan hakim sipil dan kriminal); sifarah (kuasa usaha negara atau
duta); liwa’ (ketentaraan); rifadah (pengurus pajak untuk orang
miskin); nadwah (ketua dewan); khaimmah (pengurus balai
musyawarah); khazinah (administrasi keuangan); azlam (penjaga
panah peramal untuk mengetahui pendapat dewa-dewa).
Setelah kerajaan Himyar runtuh pada
525 M oleh kerajaan Aksum, jalur perdagangan didominasi oleh kerajaan Romawi di
barat, dan kerajaan Persia di timur. Pusat perdagangan bangsa Arab lantas
serentak beralih ke Hijaz. Akibatnya Mekah menjadi terkenal dan disegani.
Otomatis juga suku Quraisy. Sehingga perdagangan suku Quraisy ini semakin maju.
Walaupun kemajuan itu masih belum sebanding dengan kemajuan yang pernah diraih oleh
kerajaan-kerajaan Arab sebelumnya.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar