Rabu, 02 September 2020

DIJAMIN TIDAK SESAT


—Saiful Islam*—

“Ciri-ciri setan, itu menghalang-halangi umat kepada Qur’an…”

Ungkapan berikut, menurut saya sangat berbahaya: “Memahami Qur’an itu bisa sesat.” Kesalahan ini sangat fatal kalau sampai membuat Umat Islam lantas beragamanya tidak merujuk Qur’an. Bahaya sekali pernyataan itu kalau sampai menjauhkan Umat Islam dari Qur’annya.

Sebenarnya, ungkapan di atas itu hanya opini pribadi saja. Dan saya tidak setuju. Secara akal sehat saja, pernyataan itu tidak bisa diterima. Dari awal Tuhan itu menurunkan firman-Nya (Qur’an), itu memang supaya dipahami manusia. Karena Qur’an itu memang untuk pikiran manusia.

Bahkan satu-satunya panduan beragama Nabi, itu tidak lain dan tidak bukan adalah Qur’an ini. Juga panduan untuk para Sahabatnya, kaumnya, semua Kaum Mukminin, bahkan semua manusia yang mau mengimaninya. Sejauh penelusuran saya pada ayat-ayat Qur’an, Nabi selalu mengikuti Qur’an. Baik akidah maupun syariat.

Tidak ada rujukan beragama saat itu kecuali Qur’an. Nabi selalu ikut Qur’an. Selama Nabi hidup dan para Sahabatnya, tidak ada teks tertulis yang menjadi pedoman beragama Islam kecuali Qur’an. Hadis-Hadis tidak ada. Ijma’ ulama tidak ada. Mazhab-mazhab tidak ada. Apalagi qiyas. Jelas tidak ada. Sekali lagi, adanya cuma Qur’an.

Qur’an memang diturunkan dengan Bahasa Arab. Audiens pertamanya adalah orang-orang Arab. Wajar kalau orang-orang Arab itu mengerti pesan yang ada di dalam teks Qur’an. Mereka paham, paling tidak makna kosa katanya dan kalimat-kalimatnya. Baik yang diucapkan Nabi, maupun yang ditulis.

Namun. Qur’an itu bukan hanya untuk orang Arab. Tetapi untuk semua Mukminin di belahan bumi mana pun. Statusnya sebagai orang beriman, tidak ada bedanya antara orang Arab dan orang Indonesia. Jadi, meskipun Qur’an itu berbahasa Arab, Mukmin Indonesia semestinya menyadari Allah sedang menyampaikan pesan kepadanya ketika membaca Qur’an.

Syukur-syukur kalau Mukmin Indonesia meluangkan waktu untuk belajar Bahasa Arab. Terutama kosa kata Qur’an. Sehingga ketika mendengar Qur’an dibacakan, atau ketika membaca Mushhaf, bisa langsung mengerti maknanya.

Tetapi kalau memang belum sempat, tidak ada masalah kalau dia menempuh cara untuk sampai kepada Qur’an. Misalnya ia membaca terjemah, membaca buku-buku Islami yang mengutip Qur’an sekaligus terjemahannya, bertanya dan berguru kepada orang yang sudah belajar Bahasa Arab, diskusi dan seterusnya. Yang penting, ia sedang dan selalu mengarah ke Qur’an.

Tentu bahaya sekali jika tiba-tiba orang tersebut diberi pernyataan: “Memahami Qur’an, itu bisa sesat dan menyesatkan!” Lantas umat Islam kehilangan pedoman paling pentingnya dalam bergamanya. Kemudian malah mengikuti rujukan-rujukan yang tidak jelas. Menjauh dari Qur’an.

Memang Qur’an ini sudah sempurna turun 30 juz di abad ke-7 Masehi itu. Rasul, pun telah tiada. Tetapi jangan lupa, Qur’an itu ada di tengah-tengah kita sekarang! Qur’an yang sama, tidak kurang tidak lebih, dengan Qur’an yang dipakai Rasulullah untuk para Sahabat dan kaum beliau itu. Kita tinggal membacanya. Memahaminya. Lantas menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Qur’an untuk bisa sampai kepada kita di zaman modern ini, itu tidak mudah. Allah melibatkan banyak pihak. Berkat jerih payah ulama yang tulus mensedekahkan waktu dan umurnya, sehingga Qur’an bisa sampai kepada kita. Para ulama, itu semuanya pahlawan yang selalu berupaya mendekatkan umat pada Qur’annya. Tidak menjauhkan!

Kita pun sekarang bisa merujuk Qur’an dengan mudahnya. Kita bisa mencari, melacak, menelusuri dan menyelidiki ayat-ayat yang kita inginkan. Bahkan telah Allah mudahkan dengan majunya teknologi. Ada terjemahan. Ada Google. Ada aplikasi Android. Guru, sekolah, madrasah, pesantren, kampus, dan seterusnya juga sangat membantu kita dalam upaya memahami Qur’an.

Bisa jadi, Allah lebih memudahkan kita daripada ulama terdahulu dalam upaya memahami Qur’an. Untuk mengumpulkan kosa kata terkait yang tersebar di seluruh Mushhaf, itu ulama menghafalkan Qur’an dulu. Kemudian menyusun Kamus Qur’an misalnya Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaazh al-Qur’an. Sekarang, bahkan dengan sebuah aplikasi Qur’an android, kita bisa melakukan pelacakan secara tematik dengan mudahnya.

Contohnya kasus itu sendiri: memahami Qur’an disebut bisa sesat. Kita tinggal cek di Qur’an. Sepanjang penelusuran saya, tidak ada satu ayat pun yang menyebutkan bahwa memahami Qur’an itu bisa sesat dan apalagi menyesatkan. Malah sebaliknya. Yang beragama tidak merujuk Qur’an, itu bisa disesatkan setan. Uniknya sambil menyangka mendapat petunjuk. Padahal bukan. Jadi kecele.

QS. Al-Zukhruf[43]: 36 – 37
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Barangsiapa yang BERPALING dari PENGAJARAN Tuhan Yang Maha Pemurah (AL QUR’AN), Kami adakan baginya SETAN (YANG MENYESATKAN). Maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.

وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ
Dan sesungguhnya setan-setan itu BENAR-BENAR MENGHALANGI MEREKA DARI JALAN YANG BENAR dan mereka MENYANGKA bahwa mereka mendapat petunjuk.

QS. Thaha[20]: 123
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ
Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama. Sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka siapa yang MENGIKUTI PETUNJUK-KU (AL QUR’AN), ia TIDAK AKAN SESAT dan TIDAK AKAN CELAKA.

QS. Al-Nisa’[4]: 113
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ وَرَحْمَتُهُ لَهَمَّتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ أَنْ يُضِلُّوكَ وَمَا يُضِلُّونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ ۖ وَمَا يَضُرُّونَكَ مِنْ شَيْءٍ ۚ وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُنْ تَعْلَمُ ۚ وَكَانَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا
SEKIRANYA BUKAN KARENA KARUNIA ALLAH DAN RAHMAT-NYA kepadamu, tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk MENYESATKANMU. Tetapi mereka tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri. Dan mereka tidak dapat membahayakanmu sedikitpun. Dan (JUGA KARENA) ALLAH TELAH MENURUNKAN KITAB DAN HIKMAH KEPADAMU. Dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah KARUNIA ALLAH sangat besar atasmu.

Yang bisa sesat dan menyesatkan, itu yang dari awal sudah condong pada kesesatan (QS.3:7).

Bahkan Qur’an pun sudah menyebut ciri-ciri orang yang sesat. Misalnya menyekutukan Allah (QS.4:116); kafir setelah beriman alias murtad (QS.3:90); tidak mendapat petunjuk firman Allah (QS.6:77 dan QS.1:6-7); berputus asa dari rahmat Allah (QS.15:56); membunuh anak karena kebodohan (QS.6:140); dan mengikuti hawa nafsu alias ngarang-ngarang tanpa ilmu (QS.28:50).

Semua ciri di atas, itu tidak ada satu pun bahwa memahami Qur’an itu bisa sesat.

Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishshowaab….

*Penulis buku Ayat-Ayat Kemenangan, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...